NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Saudara ketemu gede

Lily kembali ke kelasnya. Dia mengetuk pintu yang tertutup rapat, lalu membukanya.

Bu Farida menoleh.

"Udah selesai urusanmu?" tanya bu Farida dengan nada datar.

"Udah, Bu." Lily mengangguk.

Teman-teman Lily sibuk mengerjakan soal-soal ulangannya. Kali ini tak ada yang gaduh.

Entah kenapa bu Farida tak seperti biasanya. Dia sangat tegas pada anak-anak didiknya.

Mungkin karena bu Farida melihat nilai mereka sebenarnya yang jeblok. Walaupun nanti saat nilai mereka masuk ke buku rapor akan berubah tergantung kemampuan orang tua masing-masing.

Sebagai wali kelas pastinya dia merasa prihatin. Siswa-siswa begitu sangat menyepelekan pelajaran apapun.

Mereka tak pernah pusing meskipun nilainya jauh di bawah rata-rata.

"Ya udah. Sekarang kembali ke mejamu. Dan catat semua soal di papan tulis," ucap bu Farida.

Lily melirik sepuluh soal yang terpampang di papan tulis.

Alamak, banyak amat soalnya? Bagaimana mungkin aku bisa menyelesaikannya? Waktunya aja udah hampir habis. Batin Lily.

"Tunggu apa lagi?" tanya bu Farida.

"Eh iya, Bu." Lily bergegas ke mejanya.

Buku tulisnya masih ada di atas meja. Kalau saja pelajaran sudah selesai, pasti ada saja yang usil menyembunyikannya.

"Dari mana aja kamu, Ly?" tanya Lavender pelan.

Lavender merasa stres dengan soal-soal matematika yang menurutnya sangat sulit.

"Dari kantor TU, terus ke ruangan kepsek," jawab Lily.

Lily pun duduk dengan santai. Bukan karena dia merasa bisa mengerjakan soal-soal ulangan. Tapi justru sebaliknya.

Lily pesimis. Dia merasa tak akan mampu menyelesaikannya dalam waktu yang sudah mepet.

"Kamu bisa mengerjakannya?" tanya Lavender.

Lavender sudah menyerah. Karena dia semalam malah main game sampai larut.

Lily menggeleng.

"Ayolah, Ly. Coba kamu kerjakan. Nanti aku salin hasilnya. Aku janji bakalan traktir kamu di kantin," rayu Lavender.

Lily menoleh.

Sogokan? Tumben amat dia mau menyogokku. Padahal aku sendiri juga belum tentu bisa mengerjakannya. Batin Lily.

Tapi Lily tetap mengerjakan soal-soal itu. Walaupun otaknya sedang sangat kalut.

Lily khawatir bu Lisa tak mampu memperjuangkannya. Dan bisa dipastikan Lily bakal terdepak dari sekolah ini.

Lily menghela nafas, lalu membuangnya dengan kasar.

Sebenarnya Lily memang sudah malas sekolah. Salah satu penyebabnya karena ibunya sudah tak mampu lagi membayar uang bulanan.

Tapi di satu sisi, Lily menyayangkan karena hanya tinggal beberapa bulan lagi kelulusan.

Itu juga yang disayangkan bu Lisa. Dia tak ingin ada lagi siswa yang dikeluarkan hanya karena tak mampu membayar uang bulanan.

"St! Gimana, Ly?" tanya Lavender pelan.

Lily melirik sekilas. Lalu kembali menekuri soal-soal yang entah mengapa terasa mudah sekali dia kerjakan.

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba Lily seperti menemukan jawaban.

"Ayolah, Ly. Kamu pasti bisa."

Suara Lavender seperti memberikan semangat pada Lily untuk lebih semangat lagi mengerjakannya.

Dan tak sampai lima belas menit, semua soal telah diselesaikannya.

Lily menghela nafas dengan lega.

"Mana?"

Lavender terus saja meminta Lily memberikan contekan padanya.

Lily menoleh lagi.

"Nih. Jangan lama-lama." Lily memberikan kertas ulangannya.

Bukan karena iming-iming traktiran. Tapi Lily merasa tak tega pada Lavender.

Dengan sigap Lavender meraih kertas ulangan Lily. Tentunya dengan sangat hati-hati agar tak ketahuan bu Farida.

Dan untungnya bu Farida lagi asik membuka-buka lembar buku yang dibacanya.

Lavender segera menyalin semua jawaban Lily. Dia tak peduli apa jawaban itu benar atau salah. Yang penting kertasnya tidak kosong.

"Nih, Ly. Makasih, ya." Lavender mengembalikan kertas ulangan Lily.

Lily mengangguk.

"Waktunya udah habis. Ayo semua dikumpulkan!" Bu Farida bertepuk tangan memberikan tanda kalau waktu untuk mengerjakan soal ulangan sudah habis.

"Lavender! Ambil semua kertas ulangan. Dan kamu Doni, ambil yang sebelah sini!"

Bu Farida menunjuk arah yang harus diambil oleh Lavender dan Doni.

Doni beranjak dengan malas. Kertas ulangannya memang tidak kosong melompong. Tapi jawabannya hanya asal-asalan saja.

"Ini, Bu." Lavender menyerahkan kertas ulangan milik teman-teman yang sederet dengannya. Termasuk punya Lily.

"Baik. Sekarang silakan kalian istirahat. Ibu akan mengoreksi di ruangan guru."

Lalu bu Farida pergi meninggalkan ruang kelas.

"Ayo Ly. Aku traktir kamu di kantin," ajak Lavender.

Lavender anak seorang pengusaha kaya. Uang sakunya lebih dari cukup kalau cuma untuk mentraktir Lily.

Lily menggeleng. Dia lagi tidak mood pergi kemana-mana. Apalagi ke kantin yang bakalan dipenuhi anak-anak orang kaya.

"Kenapa?" tanya Lavender.

"Aku enggak lapar," jawab Lily.

Padahal dari pagi perutnya belum terisi. Tapi karena perasaannya sedang tidak baik-baik saja, Lily jadi tak merasa lapar.

"Ayolah. Jangan bikin aku berhutang budi padamu!"

Lavender menarik paksa tangan Lily.

Dan dengan terpaksa Lily menurut. Dia berdiri lalu mengikuti Lavender ke kantin.

Tempat yang sudah cukup lama tak disambanginya.

Ya, pastinya sejak bapaknya menghilang dan ibunya tak lagi memberikan uang saku.

"Cie. Akur nih ceritanya?" ledek Doni.

Padahal antara Lily dan Lavender tak pernah ada pertikaian. Tapi memang mereka tak pernah bersama.

Lavender tak menjawab. Dia malah merangkul pundak Lily seolah mereka sahabat yang sangat akrab.

"Jangan pedulikan omongan mereka. Mereka itu anak-anak nyinyir," bisik Lavender.

Padahal biasanya Lavender yang paling nyinyir di antara mereka.

Sebenarnya Lily merasa risi dirangkul seperti itu oleh Lavender. Dia merasa minder.

Tapi karena Lily sedang kurang baik, maka dibiarkan saja.

"Ayo, Ly. Kamu mau pesan apa?" tanya Lavender.

"Aku mau minum aja," jawab Lily. Lily tak mau ambil resiko kalau tiba-tiba temannya yang satu ini mengingkari janji.

Lavender memperhatikan Lily sebentar. Dia tahu kalau Lily merasa sungkan.

"Ya udah. Kamu cari tempat duduk dulu. Biar aku pesenin," ucap Lavender.

Lily mengangguk.

Lavender menunjuk salah satu meja yang kosong.

"Itu di sana aja!" ucap Lavender.

Lily mengangguk dan mengikuti arah jari telunjuk Lavender.

Saat ini masih banyak meja kosong. Maklum bel istirahat masih beberapa menit lagi.

Lavender memesankan minuman buat Lily. Dia juga mengambil beberapa makanan yang disukainya. Dan dia yakin Lily juga bakalan suka.

"Kok banyak banget makanannya?" tanya Lily setelah Lavender mendatanginya dengan satu baki penuh makanan dan jus segar.

"Ini buat makan kita berdua. Makanlah. Kamu pasti lapar." Lavender menyodorkan piring yang berisi banyak kue-kue.

Dengan ragu, Lily mengambilnya satu.

"Enggak usah khawatir, Ly. Semua ini udah aku bayar," ucap Lily.

Lily mengangguk.

"Makasih, Ven," sahut Lily. Setidaknya dia lega karena Lavender sudah membayarnya.

"Ternyata kalian mirip, ya!"

Suara Doni membuat Lily dan Lavender menoleh.

Doni mengangguk sambil tertawa.

"Kalian bak pinang dibelah dua. Mirip sekali," goda Doni.

Padahal Lily dan Lavender tak ada mirip-miripnya. Mereka bak langit dan bumi.

"Kalian bersaudara, ya?"

Doni masih saja menggoda. Membuat Lily tak enak hati.

"Iya! Saudara ketemu gede!" sahut Lavender yang disambut tawa oleh teman-teman sekelas mereka.

Lily hanya menunduk. Dia merasa sebentar lagi pasti ada yang akan nyeletuk tak enak.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!