NovelToon NovelToon
Di Antara Gema Rindu

Di Antara Gema Rindu

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Enemy to Lovers
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Subber Ngawur

Rindu pernah bermimpi. Mimpi yang begitu tinggi hingga ia tak sanggup bangkit ketika terjatuh. Saat itu, Gema datang dengan dua sayap malaikat, bersama sinaran senja yang membawa harap.
Senja selalu menyimpan banyak kenangan, termasuk tentang Gema. Warna jingga itu seperti senyumnya yang menghangatkan. Selalu mencairkan hati Rindu yang beku. Ada atau tiada di sisi, senja akan selalu menjadi saksi bahwa nama Gema akan selalu tergurat dalam memori.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Subber Ngawur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh Tujuh

“Itu bukan omong kosong, kan?”

“Demi Tuhan.”

“Kalau begitu, Papa boleh memperistri Mama lagi.” Gema tertawa, lalu terbatuk. Ada darah yang menyebur saat itu. Gema mengusapnya dengan punggung sebelum orang lain membantunya.

“Gun, Kakak punya buku catatan yang Kakak taruh di lemari kita. Di rak bagian kanan, yang isinya baju-baju Kakak. Kamu nanti coba cari ya.”

Isakan yang terdengar itu Gema artikan sebagai pengganti kata, 'ya'.

“Ma, Pa... Gema mau ngobrol sebentar sama Guntur. Biasa, masalah cowok.”

Mama dan Papa tahu diri dan permisi keluar, hingga menyisakan Guntur dan Gema saja di kamar. Sebelum mengutarakan niatnya, Gema menarik napas panjang. Bayang Rindu berkelebat di matanya, teringat gadis itu sempat dibuatnya menangis. Barangkali ia masih bersedih sampai sekarang. Gema yakin hal itu. Rindu, bagaimana dia sekarang?

“Gun…” Gema berusaha bangkit dari pembaringannya. Guntur buru-buru membenahi bantal dan membantu Gema duduk.

“Ya, Kak…kenapa?” tanyanya saat posisi Gema sudah nyaman, ia pun duduk di tepi ranjang. Menunggu Kakaknya bicara lagi. Awalnya, Gema hanya tersenyum saat Guntur menatapnya. Gema terlihat malu, tapi sebaliknya Guntur masih terus memasang wajah serius.

“Kamu bisa jaga seseorang untuk Kakak?” tanya Gema. Guntur sudah menduga ini sebelumnya. “Rindu, kan?” tebak Guntur.

Gema setengah tertawa saat menjawab. “Kamu tau ternyata…”

“Tidak ada gadis lain yang dekat denganmu selain dia, Kak.” Seingat Guntur, Kakaknya memang sulit didekati, tidak sepertinya yang sering kali membuka hati untuk banyak gadis. Guntur bahkan sempat jadi playboy ketika SMA. Tapi sejak kuliah, Guntur memutuskan untuk tidak lagi menjalin hubungan dengan gadis mana pun. Kalau ingat Mamanya yang susah mencari uang, Guntur lebih memilih belajar dengan serius.

“Baiklah, Kakak lega kalau kamu tau.”

“Aku musti ngapain?” tanya Guntur lagi.

“Sederhana, cukup mengantar kue seperti kebiasaan Kakak biasanya, tapi jangan langsung pulang. Ajak dia bicara, kalau bisa beri dia motivasi dan kata-kata semangat, dan jangan sampai dia tahu kalau kamu bukan Kakak. Biar dia selalu menganggapmu Gema. Bisa, kan?”

Guntur mengangguk.

“Oh, iya… minta maaflah padanya,” tambah Gema. Awalnya ia ragu mengatakan ini, ia khawatir kalau Guntur akan memberondongnya dengan banyak pertanyaan. Dan ternyata dugaannya benar, Guntur langsung menanyakan alasan di balik perintah untuk meminta maaf itu.

“Soal apa? Kakak ada salah sama dia?”

Gema cuma menggeleng. Enggan berkomentar. “Bilang saja soal kemarin, itu semua tidak serius.”

***

Guntur menghentikan langkah kakinya di depan rumah Rindu. Tidak ada gadis itu di beranda rumah. Padahal, biasanya jam ketika Guntur mengantar kue pesanan, gadis itu sudah duduk di atas kursi rodanya, di beranda. Guntur putuskan tetap masuk, melewati gerbang rumah. Matanya bergerak-gerak, mencari sosok gadis itu. Tapi yang keluar dari balik pintu ruang tamu hanya wanita berdaster yang menyambutnya dengan senyum.

“Mas Gema...” sapanya. Guntur mengangguk kikuk.

“Rindu di mana?” tanyanya, to the point. Wanita di hadapannya tak langsung menjawab, ia yang tengah ember berisi pakaian basah untuk di jemur itu hanya mengkerutkan kening. Setelah cukup lama diam, ia meletakkan embernya yang terasa makin berat. Guntur sudah merasa makin canggung dibuatnya.

“Mas berantem sama Non Rindu?”

“Aku? Tidak, kok.” Gema menggeleng. “Aku sama sekali ti—“

Sebelum Guntur menyelesaikan ucapannya, gadis dengan rambut sebahu yang dibiarkan terurai muncul dari balik pintu. Matanya memicing, terlihat sangat sinis.

“Mau apa kamu ke sini lagi?” tanya gadis itu, tubuhnya yang tinggi itu nyaris menyamai tinggi Guntur. Wajahnya sekilas mirip Rindu, tapi kulitnya lebih putih.

“Mencari Rindu,” jawab Guntur terkesan sangat polos. Dan itu membuat Kasih tertawa hambar. “Setelah kamu bikin dia patah hati?”

“Patah hati??” tanya Guntur penuh kejut. Rasanya ia tidak tahan lagi, ia ingin berteriak dan bertanya apa yang terjadi. Apalagi saat sosok di depannya makin mendekatkan langkahnya, wajahnya makin mengeras. Terlihat menyeramkan hingga rasa berat untuk meneguk ludah sendiri. Guntur mengangkat kedua tanyanya sembari berkata, “Oke aku salah...” akunya meski berat mengakui kesalahan yang tidak pernah dilakukan.

“Aku mau minta maaf...” tambah Guntur. “Bilang kalau aku sangat menyesal.”

“Enak banget minta maaf? Kamu nggak tau aja kemarin Rindu nangis semalaman.”

Guntur merutuk, bingung dengan apa yang sebenarnya dilakukan Gema kemarin.

“Rindu nggak mau ketemu dulu...” Kasih masih bersungut. Tapi tak lama, Rindu pun muncul dari balik pintu.

“Kata siapa?”

Kasih menoleh dan menemukan Rindu sudah kembali tersenyum. Matanya memang masih sembab, tapi ia sudah lebih cerah daripada kemarin. Gila, pikir Kasih. Cinta memang ajaib.

“Hei, kamu...” Rindu memandang Guntur. “Mau ngomong apa?”

Guntur menggaruk kepalanya.

***

Ada kopi yang kehilangan uapnya. Guntur hanya memandang cangkir itu sejak beberapa saat lalu. Di ruang tamu hanya ada Rindu dan ia sendiri. Kasih sudah berangkat kuliah, sementara Bi Salmah ke pasar. Mama dan Papa pun sudah berangkat kerja sejak pagi tadi.

“Aku minta maaf soal kemarin.” Guntur memainkan jemarinya. Entah kenapa ia harus gugup saat mengatakan ini. Bukan ia yang bersalah, tapi kenapa ia yang harus dihakimi? Apalagi tadi sempat kena semprot Kakaknya Rindu. Sial sekali Guntur hari ini. Terlebih, ia terjebak dengan gadis yang tidak dikenalnya. Rasanya begitu asing dan tentu saja Guntur merasa canggung saat bicara dengan Rindu.

“Tidak apa-apa...” sahut Rindu.

Guntur menghela napas panjang. Jawaban singkat itu sangat membuatnya tidak nyaman. Atau memang jangan-jangan sebenarnya Rindu masih marah, tapi tidak diungkapkan dengan gamblang? Entahlah. Keadaannya terlalu sulit. Guntur mencoba mencari topik lain, ia kembali menghirup udara dalam-dalam lalu membuangnya, sebelum bertanya. “Kata Kakakmu, semalaman kamu nangis.”

“Ha? Aku...” Rindu mengangkat wajahnya, sejenak tatapannya bertemu dengan Guntur, namun gadis itu buru-buru mengalihkan pandang. “Nggak...” Rindu menutupi rasa malu.

1
Melati Putri
novelnya bagus thor, banyak bawang nya..
Subber Ngawur: Terima kasih sudah mampir baca 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!