"Bagaimana aku jadi makmum kamu kalau kamu tak sujud pada tuhanku"
"Namun kupilih jalur langit untuk membuat kita bisa bersatu"
Sulit untuk Inayah atau biasa di panggil Naya untuk bisa bersatu dengan laki-laki yang telah mengisi hatinya, bahkan semakin Naya berusaha untuk menghilangkan perasaannya, perasaan itu justru semakin dalam.
Bisakah keduanya bersama?
Atau justru memang perpisahan jalan terbaik untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Dini hari setelah sholat tahajud Naya memilih tak tidur lagi, jari jemarinya sudah tak tahan lagi ingin menyelesaikan novel terbarunya yang tinggal berapa bab lagi, kebetulan hari ini jadwal mengajarnya kosong.
Jadi setelah para santri sekolah Naya bisa merevisi novelnya ini dan mengirimnya ke karyawan abinya di percetakan agar novelnya bisa segera di proses, Naya juga sudah tak sabar bisa melihat hasil cetak novelnya.
Mungkin baginya ini adalah ikhtiar terakhir untuk bisa menemukan Samuel, jika Samuel serius dengannya tentu Samuel tak akan lama-lama menghilang darinya, meski sosial medianya sekarang sudah tak ada.
Tapi Naya yakin dari kejauhan Samuel tetap memantau aktivitasnya di sosial media, novel ini akan Naya promosikan juga di sosial medianya seperti novel-novel sebelumnya, sengaja untuk memancing Samuel.
Keesokan harinya novel Naya sudah selesai di cetak, bahkan Naya langsung mempromosikan di sosial medianya, Naya juga berharap Samuel melihat postingannya melalui sosial media siapapun.
"Naya, aku order dua ya" ujar Anisa yang tengah sibuk bermain HP
"Order apa?" tanya Naya yang dari tadi memantau perkembangan di sosial media berharap ada titik terang
Anisa memperlihatkan postingan Naya yang sedang mempromosikan novel, Anisa sudah tak sabar untuk membaca novel milik Naya yang sepertinya terlihat menarik dan bagus apalagi tentang cinta beda agama.
"Loh kok dua, isinya kan sama?" tanya Naya
"Kamu mau tau, nih"
Anisa memperlihatkan pesan di HP-nya yang saling berkirim pesan pada Abangnya, terlihat di pesan itu Anisa memberitahu bahwa novel milik Naya sudah di cetak dan Abangnya langsung setuju ingin membeli juga.
"Loh, Anisa. Kok Pak Azka tau kalau aku nulis novel?" tanya Naya
"Iya taulah, aku yang kasih tau"
"Ihh, kamu nih" ujar Naya sembari mencubit pipi Anisa pelan
"Biar kamu cepat jadi kakak iparku"
"Tapi Anisa di dalam novel itu aku menjelaskan bahwa itu ceritaku sendiri, pasti Pak Azka menangapi hal negatif tentang aku ketika tau aku pernah pacaran" kata Naya dengan lirih
"Naya gak ada manusia yang sempurna, kita semua hanyalah manusia akhir zaman yang penuh dosa"
Naya pun sadar dirinya memang begitu banyak dosa karena telah melanggar larangan dari Allah karena pernah pacaran, andai waktu bisa kembali Naya tak ingin mengenal namanya pacaran agar terhindar dari dosa.
Andai dirinya bercadar sejak dulu, sudah bisa mengontrol diri dan begitu dekat sama Allah. Tentu tak akan ada rasa yang seharusnya tak ada di antara dirinya dan Samuel, meski masih sulit juga menghilangkan rasa ini.
"Astagfirullah" gumam Naya dalam hati yang lagi-lagi harus ingat dengan Samuel
"Ohh iya, novel tadi aku pesankan dulu di karyawan percetakan abiku entar baru di kirim ke alamat pesantren ini" ucap Naya pada Anisa ketika ingat order novel
Naya menghubungi karyawan di percetakan abinya, memberitahu kalau yang order novel tambah dua lagi atas nama Anisa dan menyebutkan alamat, lalu Naya bertanya sudah masuk berapa orderan novelnya.
"Udah ada 60 novel, Kak. Yang pertama order dari luar negeri" beritahu Karyawan itu
"Luar negeri? Negara mana?" tanya Naya
"London"
Naya tentu terkejut mendengar jawaban dari karyawan percetakan abinya itu, selama ini tak pernah ada yang memesan dari negara itu. Kemungkinan besar itu adalah Samuel, ada secercah harapan kembali datang.
Naya tersenyum senang, setelah sambungan telepon berakhir Naya mencari tahu pemesan novel yang dari luar negeri itu. Tapi setelah di selidiki ternyata bukan Samuel, melainkan seorang wanita yang memesan novelnya.
Firasat Naya tetap mengatakan bahwa itu adalah Samuel, hanya saja mungkin dia meminta bantuan pada orang lain untuk memesankan novel milik Naya, jika dugaan Naya benar buat apa Samuel bersembunyi.
Ingin rasanya Naya kembali berkomunikasi dengan Samuel walaupun untuk terakhir kalinya, tapi harapan tinggal harapan Naya tak tau harus bagaimana memulai komunikasi dengan Samuel yang sudah menghilang.
.
.
Malam semakin larut, Naya melihat Anisa begitu fokus membaca novel milik Naya yang di pesannya berapa hari yang lalu, sementara Naya memainkan HP-nya untuk menghibur diri agar melupakan Samuel sejenak.
"Kok aku jadi sedih sih" ujar Anisa tiba-tiba
"Sedih kenapa?" tanya Naya langsung meletakkan HP-nya
"Kamu beneran gak pernah ketemu lagi dengan Samuel?"
"Iya" sahut Naya lirih
"Disini kamu mengatakan akan tetap menikah dengan atasanmu, maksudnya Bang Azka?"
Naya lalu beranjak dan menghampiri Anisa yang duduk di tepi ranjang, obrolan malam ini sepertinya sangat serius dan Naya tak mau nanti terganggu dengan pekerjaannya, lalu Naya duduk di samping Anisa.
"Iya aku akan menerima Pak Azka jika kami memang berjodoh, aku juga berjanji akan melupakan Samuel sekuat yang aku bisa. Tetapi kemarin ada yang memesan novelku dari London tempat dimana Samuel juga berada, maafkan aku Anisa" jelas Naya merasa bersalah
Naya sadar bagaimana perasaan Anisa saat ini ketika mengetahui bahwa Samuel memang memiliki ruang di hati Naya, jika Naya ada di posisi Anisa tentu merasa perasaan Abangnya di permainkan.
"Tidak perlu minta maaf, Naya. Satu sisi aku memang sangat ingin kamu menjadi kakak iparku agar kita terikat dalam hubungan keluarga, namun di sisi lain kamu akan tetap menjadi saudara bagiku meski tak bersama Bang Azka" ucap Anisa sembari menggenggam tangan Naya
Naya tak henti-henti memuji hati Anisa ya g seluas samudera, padahal jika Anisa ingin marah padanya. Naya bisa memaklumi, tetapi justru Anisa mengatakan sesuatu yang benar-benar di luar dugaannya.
"Harusnya kamu marah, Anisa. Karena aku sudah mengecewakanmu dan mungkin juga Pak Azka" ucap Naya kekeh menyalahkan dirinya
"Tidak, Naya. Kita sama-sama manusia biasa, kita tempatnya khilaf dan dosa. Allah itu maha membolak-balikkan hati, mungkin saat ini kamu masih dilema antara menunggu dia yang sudah lama menghilang atau melanjutkan tahap yang lebih serius pada Bang Azka. Mana tahu besok atau kapan, Allah sudah membukakan hatimu buat menerima Bang Azka"
"Aamiin Allahuma Aamiin" jawab Naya
Siang harinya Naya melihat novelnya tersusun rapi di atas meja Pak Azka bersama dengan buku-buku lainnya, ternyata Anisa sudah memberikan novel yang di pesannya waktu itu pada Pak Azka.
Tiba-tiba Naya ingat tentang novelnya yang di kirim ke London entah kapan akan sampai, Naya juga belum bertanya lagi pada karyawan percetakan abinya tapi Naya berharap Samuel segera kembali dan menemuinya.
Jika memang Samuel tulus mencintainya, dia pasti akan memperjuangkan cintanya. Tapi jika tidak, kemungkinan besar Naya akan menerima perjodohan dengan Pak Azka.
Terima kasih banyak ya Tor atas cerita yang sudah dibuat
tetaplah semangat dan terus berkarya
semoga selalu sehat , sukses , dan bahagia
nara sm rendi aja kk, rendi agamanya bagus. ibadahnya bagus.
samuel trnyta jg msih ingat sm naya. mengharukan bngt. selamat brbahagia naya. untuk anisa yg caktik dn baik hati mudah2an dpt jodoh yg lebih baik lg dr samuel. masyaAllah... anisa baik bngt...