Alur : Luar Negeri
Apa jadinya jika terpaksa menikahi kakak ipar di mana wanita tersebut adalah cinta pertamanya yang sudah ia upayakan semaksimal mungkin untuk lupakan?
Takdir seakan mempermainkan perasaannya kembali saat dirinya akan menikahi wanita lain sebagai calon istrinya.
Liam Conrad Putra Abraham terpaksa menikahi Nola Claudia Abraham yang berstatus sebagai kakak iparnya. Cinta pertamanya sejak kecil yang bertepuk sebelah tangan karena Nola mencintai Lio Bintang Putra Abraham, kakak kandung Liam. Pernikahan penuh keterpaksaan yang tak mudah bagi keduanya demi anak semata.
Saat Nola mulai membuka hati untuk Liam yang berstatus sebagai suaminya, mendadak kabar mengejutkan datang bahwa Lio ternyata masih hidup dan dalam kondisi koma.
Ke mana kah takdir cinta Nola akan bermuara? Lantas bagaimana pula kelanjutan hubungan Liam dan Julia Baldwin, calon istrinya?
Update chapter : Setiap hari
Bagian dari novel Darah dan Air Mata Suamiku🍁Terpaksa Menikahi Kakakku🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Papa-Mama
Pagi hari pun tiba. Jam saat ini sudah menunjukkan pukul lima pagi. Mata Nola perlahan mulai terbuka. Saat matanya sudah terbuka, ia pun mengedarkan pandangannya. Dan baru tersadar bahwa semalam ia masih tertidur di kamar suaminya.
Saat akan beranjak bangun dari tempat tidur, terasa sebuah beban yang ia rasakan di atas perutnya. Lantas ia menurunkan pandangannya yang ternyata tangan suaminya tengah mendekapnya. Terlihat sangat posesif.
Ia pun berusaha memindahkan tangan Liam yang mendekap dirinya. Namun baru sedikit ia geser, sang empunya tubuh sudah merasakan sesuatu yang hilang. Dan alhasil Liam justru memeluk dirinya dari arah belakang semakin erat.
"Jangan pergi sayang. Aku butuh kamu," ucap Liam dengan suara paraunya tanpa sadar. Khas seperti orang mengigau. Nola pun melirik ke arah sang suami yang ternyata masih dalam kondisi mata memejam.
Bahkan kaki Liam saat ini sudah berada di atas kakinya juga. Sang suami mendekap erat dirinya seperti guling.
"Huh, gimana bisa bangun kalau sudah begini." Nola hanya bisa membatin melihat kelakuan suaminya saat tidur ternyata cukup nakal. Dan ia baru mengetahuinya. Sebab ini pertama kali mereka tidur dalam satu ranjang dan kamar yang sama.
Beruntung hari ini akhir pekan. Dan sudah barang tentu dirinya serta Liam ketika akhir pekan tidak akan disibukkan dengan urusan pekerjaan kecuali urgent. Sebab, akhir pekan adalah hari meluangkan waktu untuk keluarga.
Satu jam kemudian, Liam terpaksa harus terbangun dari tidur nyenyaknya. Bukan Nola yang membangunkan melainkan gedoran pintu dari Ima.
Tok...tok...tok...
"Bapak, Ibu. Maaf mengganggu. Non Lulu sejak tadi nangis terus nyariin Ibu. Apa Ibu bisa keluar sebentar lihat Non Lulu?" tanya Ima di depan pintu kamar Liam yang masih tertutup.
Beruntung Liam sedang tak menyalakan peredam suara di kamarnya. Alhasil sepasang suami istri yang sedang asyik tidur itu pun langsung terbangun. Nola yang telah bangun saat jam lima pagi tadi, akhirnya tak berselang lama mendadak tidur kembali. Sebab kantuk dan rasa nyaman atas dekapan hangat Liam tengah menyambanginya kembali sehingga ia tertidur lagi.
Liam langsung melepaskan dekapannya pada Nola. Keduanya duduk sejenak dan bersandar pada headboard ranjang. Seketika rasa canggung melingkupi keduanya.
"A_ku. Aku keluar dulu, Dek. Lulu mencariku," ucap Nola terbata-bata seraya merapikan baju dan tatanan rambut serta wajahnya.
Saat Nola akan bangkit, lengannya mendadak ditarik oleh Liam. Sehingga ia masih dalam posisi duduk di atas ranjang.
"Ada apa, Dek?" tanya Nola.
"Mulai sekarang jangan panggil aku Adek. Sejak kecil, kamu kan tahu aku benci dipanggil Adek sama kamu," ucap Liam yang semacam perintah namun terdengar dengan nada manja pada Nola.
Ya, Liam sejak kecil terutama semenjak ia merasakan rasa cinta untuk Nola, memang tak suka dan tak mau jika wanita yang menjadi cinta pertamanya ini memanggil dirinya dengan sebutan Adek. Walaupun usia mereka berdua terpaut dua tahun. Tentu saja Nola lebih tua daripada Liam. Wajar jika Nola memanggil Liam dengan sebutan Adek saat mereka masih kecil.
"Bukankah kamu sendiri yang panggil aku Mbak sejak awal pernikahan kita. Apa kamu lupa dengan aturan yang kamu buat sendiri?" tanya Nola dengan lembut tanpa nada menghakimi seraya menatap Liam dengan sorot yang tampak berbeda dari biasanya.
Kedua tangan Liam pun langsung menggenggam erat tangan Nola.
"Aku minta maaf. Apa kamu mau maafin semua salahku?"
"Tanpa kamu minta, aku sudah maafkan. Apa sudah selesai bicaranya?"
"Aku mau ke anak-anak,"
"Belum, tunggu sebentar. Ada satu lagi yang ingin aku minta darimu," ucap Liam menatap Nola dengan wajah serius. Walaupun sejujurnya hatinya tengah dilanda gugup yang luar biasa. Seperti anak bujangan yang akan melamar seorang gadis sebagai calon istrinya.
"Apa itu?" tanya Nola yang ikut penasaran.
"Apa boleh aku panggil kamu, Ma_ma?"
Nola pun masih terdiam berusaha mencerna ucapan Liam barusan padanya yang sangat mengejutkan. Ia menajamkan pendengarannya, khawatir salah mendengar permintaan Liam yang di luar dugaannya.
"Kamu juga panggil aku, Papa." Liam pun mengutarakan keinginan hatinya pada Nola mengenai sebutan sayang di antara mereka. Yang awalnya Mbak-Adek, kini berubah menjadi Papa-Mama.
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
memang jalan menuju sukses itu berliku liku
tapi aku yakin author bisa melewatinya dengan baik
tetap semangat