kerajaan majayan dalam situasi kritis,sang prabu telah di ambang kematian,saat terakhir dalam hidup nya,sang prabu hanya bisa membuat rencana penyelamatan putra mahkota,berharap di masa depan ,sang putra mahkota dapat mengambil hak nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lintang88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pangeran munding Jayananta
perang segitiga telah usai, pertama tama Patih kala Mulya menyerang,lalu tiba tiba mereka diserang oleh pasukan pamotan,saat pasukan Pamotan akan menang,tak disangka mereka malah kemudian diserang oleh pasukan pangeran damar saka yang sempat mereka kalahkan dan direbut wilayah nya.
pangeran damar yang seharusnya bergembira ,malah bermuram durja,dia tidak mendapatkan apa apa dari kemenangan ini,tidak ada satupun harta peninggalan yang bisa dia rebut,bahkan bangunan istana yang megah pun tidak bisa dia tempati, kemenangan ini mahal harganya,butuh banyak biaya,waktu dan tenaga untuk sekedar membangun istana saja,
berhubung istana tidak bisa di gunakan, pangeran damar dengan sangat terpaksa kembali ke kota warna pura ,entah bagaimana dia akan menjalankan pemerintahan nya.
hari berganti bulan berlalu,sudah dua belas tahun tak terasa waktu berlalu, kerajaan majayan yang pernah ada ,sudah di lupakan orang,bekas istana yang terbakar, kini telah berubah menjadi lapangan luas, pangeran damar saka membangun pemerintahan nya di kota warna pura dan mendirikan kerajaan Wanayasa, daerah kekuasaan nya meliputi semua bekas wilayah kerajaan majayan.
kerajaan baru ini tidak berkembang, pemerintahan pangeran damar saka tidak berjalan baik,walau pangeran tidak memerintah dengan tangan besi, tetapi dia juga menerapkan pajak yang tinggi, apalagi ada persoalan yang belum selesai dengan kerajaan Pamotan, kedua kerajaan sering terlibat pertempuran di wilayah perbatasan yang masih berlangsung hingga sekarang.
####
Gunung rangkong menjulang tinggi, sebagian puncaknya tertutup awan saking tingginya
,di kaki gunung ada desa bernama desa kepeng, di pimpin oleh seorang Kuwu yang bernama aki Nala kepeng
,desa ini ramai, penduduk nya sekitar delapan ratusan kepala keluarga, dengan total jumlah penduduk hampir tiga ribuan.
desa ini kaya dan makmur,namun sangat aman,malah sangat di takuti baik oleh desa lain maupun para perampok.
Walau ramai, desa ini ternyata bukan bagian dari kerajaan Wanayasa, desa ini berjalan sendiri,ada struktur pemerintahan dan pejabat nya bahkan di desa ini ada sekolah militer dan padepokan silat dengan status kelas satu.
dari tahun ke tahun ,luas wilayah desa kepeng bertambah,di karenakan banyak desa yang secara sukarela bergabung dibawah pimpinan desa kepeng
semua hal yang terjadi di desa kepeng ini anehnya tetap luput dari pemerintahan prabu damar saka, se akan akan desa kepeng ini tidak ada atau tertutup oleh kabut
Di puncak gunung rangkong ,di atas sebuah batu dekat air terjun, seorang pemuda duduk bersila dalam sikap semedi.
" bangun Raden ,pangeran ..sudah waktunya"
sebuah suara tiba tiba membangunkan pemuda itu dari semedinya.
"ama .. sudah berapakali saya bilang,hilangkan gelar itu,saya kepeng,saya ini anak mu , bukan pangeran junjungan Ama..!"
" tidak boleh kepeng, pangeran anak ku,walau kau menganggap aku Ama mu,aku tidak boleh lupa diri.." mata orang yang di panggil Ama itu merah ,dia menetes kan air mata.
melihat nya begitu,pemuda bernama kepeng dan di panggil pangeran ini , segera berlari,memeluk nya dan berkata..
" iya iya..baiklah..terserah Ama saja deh, dengan siapa Ama datang? Mana adik ku Nawang?
" aku sengaja sendiri, Nawang adikmu aku tidak beri tau, aku menyelinap tadi hahaha"
" apakah ada hal yang serius Ama?'
ya.. sebaik nya kita turun terlebih dahulu,nanti kita bicarakan di rumah saja.
dua orang kemudian turun gunung,perjalanan turun gunung ini tidak memakan waktu lama bagi mereka berdua,dengan ilmu lagi cepat tidak sampai sepenanakan nasi ,mereka telah sampai di sebuah rumah panggung besar yang merupakan sebuah balai pertemuan
" salam pangeran" saat masuk rumah ,ternyata sudah ada sekitar dua puluhan orang yang hadir,mereka semua membungkuk hormat saat melihat pangeran datang.
" ya paman paman salam ku untuk paman semua"
pangeran membalas hormat mereka.
orang orang ini berasal dari kerajaan majayan ada Senopati wanareksa dan sepuluh orang anak buah nya,lima orang bekas pengurus istana lima orang resi anak didik resi Mahayana dan seorang mahaguru yang merupakan teman seperguruan aki Nala
saat melarikan diri bersama Nilam untuk menyelamatkan pangeran munding,Nala kembali ke perguruan tapak buana,meminta restu menikahi Nilam dia juga butuh nasehat dari guru nya dan guru sepuh yang juga merupakan guru dari mendiang sang prabu tentang amanat yang di emban nya .
atas nasehat mereka,Nala kemudian menetap di bawah kaki gunung rangkong,yang kemudian entah karena apa tempat ini malah di temukan oleh pelarian dari orang orang istana majayan, menjadi tempat sembunyi mereka saat tempat ini ditemukan juga oleh Senopati wanareksa , akhirnya mereka semua sepakat membuka sebuah desa baru.
mengetahui perkembangan desa apalagi dengan adanya pangeran munding ,demi ke amanan, sebelum meninggal, guru sepuh kemudian turun tangan,membuat kabut panglingmunan untuk menjaga desa ini.
desa ini tidak akan di temukan terkecuali ada orang orang dari dalam yang membawa masuk atau memberitahu orang lain.
saat ini usia pangeran sudah lebih dari 19 tahun, dipandang sudah dewasa dan saat nya dia unjuk diri, memperkenalkan dirinya sekaligus menguji pangeran.
"pangeran,kami ini semua pendukung setia mendiang ayahanda pangeran, Gusti prabu aji Jayananta, kami semua juga mengemban amanat yang sama, jadi pangeran, sebelum kami semua membuat keputusan,kami mohon maaf,kami perlu menguji pangeran terlebih dahulu, apapun hasilnya, itu tidak akan menggoyahkan keyakinan kami,hanya saja dengan sangat terpaksa mungkin harus menunda rencana selanjutnya."
aki Nala berkata panjang lebar,dia juga menerangkan tentang syarat menjadi raja , berhubung singgasana sudah tidak ada,maka hanya dengan dapat mencabut keris sangga buana dan mengenakan mahkota Mayangkara sajalah pangeran dapat di anggap sebagai raja baru dan mereka siap berjuang untuk mendirikan kembali kerajaan majayan.di bawah pimpinan pangeran,
akan tetapi,jika hasil pengujian kali ini tidak sesuai harapan,maka rencana mendirikan kembali kerajaan majayan,terpaksa di tunda,entah sampai kapan tidak ada yang tau
"bagaimana pangeran"
"ijinkan aku memikirkan nya ,Ama dan paman paman sekalian."
pangeran munding sebenarnya juga tidak berniat menjadi raja, apalagi mendirikan kerajaan,dia sudah cukup puas dengan kehidupan nya yang sekarang, namun dia tidak enak hati dengan orang orang yang ada di depannya, mereka semua telah susah payah berjuang menjaga nya dan amanat raja.
secara samar, pangeran juga teringat perkataan mendiang ayahnya , sehingga dia meminta waktu terlebih dahulu untuk memikirkannya.
seorang resi yang bernama resi jayanala berkata
" baik pangeran,kami juga harus bersiap siap untuk melaksanakan prosesi pengujian ini"
"bagaimana kalau tujuh hari dari sekarang,kita adakan pengujiannya pangeran ?"
" baiklah..aku setuju..tujuh hari dari sekarang "
" kalau begitu semua sudah beres,mari kita kembali berkumpul tujuh hari lagi"
pertemuan resmi itu pun akhir nya selesai, mereka melanjutkan dengan sedikit pesta perayaan,untuk lebih mengenal pangeran,wajah mereka semua terlihat' puas,mereka mengagumi sifat sang pangeran
"duhai Dewata yang agung,tetapkanlah pangeran munding sebagai raja kami"