Kebaikan hatinya di masa lalu, membuatnya dikejar-kejar oleh lelaki yang jauh lebih muda darinya.
Apa yang harus dirinya lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan dengan Tasya
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Happy reading.
Sesuai janjinya kemarin Olsen mengajak Tasya untuk jalan, ia menjemput gadis itu di rumahnya, bahkan Olsen sampai berpamitan kepada kedua orang tuanya.
Alangkah gembiranya Tasya, ia merasa ini seperti mimpi, bahkan ia mencubit punggung tangannya sendiri,
"Lo kenapa?" Olsen menoleh, saat gadis di sebelahnya menjerit pelan.p
"Nggak ada apa-apa kok kak, cuman kayak berasa mimpi aja, bisa di ajak jalan sama kak Olsen," ungkap gadis itu dengan senyum lebarnya.
Suasana menjadi hening tidak ada percakapan setelahnya sampai mobil memasuki parkiran basemen mall mewah ibu kota.
Bahkan Olsen sampai membukakan pintu untuk Tasya, hal itu membuat gadis itu merona, andai boleh Tasya ingin melompat girang saking senangnya.
"Lo udah makan belum?" Tanya Olsen ketika keduanya mulai memasuki mall yang ramai saat weekend ini.
"Tadi di rumah, aku udah makan, tapi kalau kak Olsen mau makan, aku temenin kok," jawab Tasya tersenyum.
Olsen mengajak gadis itu di salah satu restoran italia di mall itu.
Rasanya Tasya ingin sekali berfoto bersama dengan lelaki yang menjadi salah satu idola sekolah itu, ia ingin memamerkan kepada teman-temannya bahwa ia sedang kencan dengan lelaki tampan itu.
"Apa makanannya tidak sesuai selera Lo? Kok cuman di aduk-aduk," tanya Olsen yang sedang menikmati pasta pesanannya.
Tasya melambaikan kedua tangannya, ia sedikit salah tingkah diperhatikan oleh lelaki yang disukainya, "Nggak kok, ini enak banget, hanya saja aku bahagia banget, akhirnya aku bisa jalan sama kak Olsen, kayak berasa mimpi," jawab gadis dengan penampilan girly.
Olsen tak menanggapi ucapan gadis di hadapannya itu, ia masih tetap menikmati makanannya.
"Pacar kakak nggak marah kalau lihat kakak jalan bareng sama aku?"
"Nggak, dia malah yang nyuruh gue jalan sama elo, bahkan dia yang antusias pilihkan baju, sepatu bahkan sampai parfum yang gue pakai," jawab Olsen santai.
Tasya melongo, "Kok ada cewek yang rela pacarnya jalan sama cewek lain,"
"Lo aja heran apalagi gue yang jadi pacarnya,"
"Emang pacar kakak, nggak suka beneran sama kakak ya? Maaf kak, aku nggak bermaksud menyinggung kakak," ujar Tasya mengatupkan kedua tangannya.
"Katanya, karena dia sayang banget sama gue, makanya dia begitu,"
"Unik ya pacar kakak," ujar Tasya tersenyum canggung. "Kalau kak Olsen apa beneran cinta sama pacarnya?" Tanyanya penasaran.
Olsen mengelap sekitar mulutnya dengan tisu yang tersedia, "Cinta mati malah, dia itu cinta dan pacar pertama gue," jelasnya.
Tasya mendadak sesak mendengarnya, "Aku jadi penasaran sama pacar kakak," gadis itu menghela nafas, "Apa alasan kakak begitu mencintai pacar kakak?" lanjutnya.
"Nggak ada alasan buat mencintai seseorang, gue bahkan jatuh cinta sama dia sejak gue berumur dua belas tahun," akui Olsen.
"Hah... Kok bisa?" tanya gadis itu terkejut.
"Adalah cerita di balik itu," sahutnya, Olsen melihat pergelangan tangannya, "Masih ada waktu setengah jam, Lo mau belanja dulu? Tas, sepatu atau baju," tawar lelaki dengan kemeja hitam dengan dalaman kaos berwarna putih.
"Nggak usah kak," tolak Tasya tak enak.
"Ayok cepetan," Ujar Olsen setelah membayar bill, ia mengajak gadis itu ke toko sepatu tak jauh dari restoran.
Tak lupa ia membelikan kekasihnya sepatu baru, "udah sana Lo pilih, entar gue yang bayar,"
"Aku boleh pilih sepatu yang kakak pegang nggak?" tanya gadis itu ragu,
"Tapi ini buat pacar gue, Lo pilih model lain aja sana, kan banyak tuh," tolak Olsen.
Terpaksa Tasya memilih asalnya asal, rasanya kesal sekali.
Setelah dari toko sepatu, mereka langsung menuju ke bioskop, Tasya memilih genre romansa,Olsen membelikan tiket juga popcorn dan dua softdrink.
Sepanjang film berlangsung, Olsen sangat bosan, andai tadi Hasya tak mengancamnya, ia pasti sudah bersama wanita itu sekarang, bukan dengan Tasya yang terkadang mencuri-curi pandang ke arahnya, saat adegan romantis serta beberapa kali sengaja menyenggol tangannya, ia sangat risih, dia ingin hal ini segera berlalu, saking tidak tahannya, ia ijin ke toilet.
Di toilet, ia berkali-kali mencuci tangannya, entah mengapa ia jijik, ia bahkan duduk diatas kloset toilet untuk bermain game di ponselnya.
Tasya menghubunginya, dan memberitahukan bahwa film telah berakhir.
Olsen keluar dari sana, didepan toilet, Tasya sudah menunggunya, "Sorry ya, perut gue mules banget tadi," Olsen beralasan.
"Tapi sekarang nggak apa-apa kan kak? Apa kita ke rumah sakit aja?" tanya Tasya khawatir.
"Udah nggak papa, gue udah mendingan, sekarang pulang aja yuk," ucap Olsen berjalan mendahului gadis itu.
Olsen melangkahkan kaki panjangnya lebih cepat, ia benar-benar ingin hal ini segera berakhir.
"Kak Olsen makasih banget loh, udah ajak Tasya jalan, aku seneng banget," ucap Tasya ketika keduanya di dalam mobil.
Olsen hanya mengangguk, ia mulai mengemudikan mobilnya, tak ada percakapan diantara keduanya sampai mobil sampai di depan rumah Tasya, Olsen ikut keluar langsung menemui serta berpamitan pada kedua orang tua gadis itu.
Tasya ikut mengantar Olsen hingga mobilnya, "Kak sekali lagi terima kasih banget ya, aku bahagia banget bisa jalan-jalan sama kak Olsen, sebagai ucapan terima kasih aku, bisa nggak kakak nunduk sedikit," Olsen menurutinya dan cup..., Tasya mencium pipi Olsen, hal itu membuat lelaki itu melotot kaget, "Apa yang Lo lakuin?" ucap Olsen marah.
"Aku hanya ingin ucapin terima kasih sama kakak, apa kakak mau lebih?" tanya Tasya malu-malu.
"Dasar gila, nyesel gue ngajak Lo jalan," bentak Olsen, langsung memasuki mobilnya tak lupa menghapus bekas bibir cewek sialan itu, berbagai umpatan ia ucapkan di dalam mobil.
Ia tak langsung pulang ke rumah ia menuju bengkelnya, di sana juga tersedia tempat cuci mobil dan motor, ia memerintahkan kepada karyawannya untuk mencucinya hingga kedalam mobilnya, tak lupa ia mandi sebersih-bersihnya, ia tidak ingin ada bekas gadis gila itu.
Olsen baru sampai rumahnya ketika senja berganti malam, "Udah pulang, gimana kencannya? Seru kan?" Tanya Hasya menyambut kedatangan pacar brondongnya itu.
"Ini terakhir kali aku ikutin kemauan gila kamu," jawab lelaki itu marah.
"Nih minum dulu," ujar Hasya menyodorkan segelas air padanya, "Perasaan tadi pas berangkat kamu nggak pakai baju ini deh," tanyanya heran.
"Aku tadi mandi di bengkel dan aku buang bajunya,"
"Kenapa sih? Bukannya seneng bisa kencan sama cewek muda, pulang-pulang kusut begini," Tanya Hasya sambil duduk di pangkuan remaja yang sedang ngambek itu.
"Kamu jangan marah ya?" Hasya hanya mengangguk, "Jadi tadi pas di bioskop masa dia senggol tangan aku, terus curi-curi pandang, aku kan nggak nyaman, terus yang bikin aku kesel banget, dia itu berani cium pipi aku, rasanya jijik," Hasya mendengarkannya dengan baik seolah ibu yang mendengar keluhan anaknya.
"Mana yang tadi di cium?" Olsen menunjukan pipi sebelah kirinya, "Tapi aku udah mandi kok, udah aku gosok berkali-kali biar bekasnya ilang," lelaki itu benar-benar terlihat kesal.
Hasya mencium pipi Olsen, bahkan ia m*njilatinya, "Jangan mancing aku mbak, aku bisa lepas kendali kali ini,"
Hasya bangkit, dan tertawa terbahak-bahak, "Si bocah ngancem gue," ia berkacak pinggang, "Oy bocil dengerin Tante ya, Lo macem-macem sama Tante, atau Tante buat kemaluan kamu, nggak akan bisa berdiri lagi besok,"
Reflek Olsen langsung memegangi bagian bawahnya, ia bergidik ngeri membayangkan kejadian dulu terulang lagi.
WANITA MALU PACARAN DGN BRONDONG, TPI PACARAN DGN OM2 YG SEUSIA BPK NYA GK MALU, BHKN JDI SUGAR BABY TU OM2..
PRIA BRONDONG GK PRNH MALU PACARAN DGN WANITA DEWASA
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹