NovelToon NovelToon
Aurora

Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Apa yang kita lihat, belum tentu itulah yang sebenarnya terjadi. Semua keceriaan Aurora hanya untuk menutupi lukanya. Dia dipaksa tumbuh menjadi gadis kuat. Bahkan ketika ayahnya menjual dirinya pada seorang pria untuk melunasi hutang-hutang keluarga pun, Aurora hanya bisa tersenyum.

Dia tersenyum untuk menutupi luka yang semakin menganga. Memangnya, apa yang bisa Aurora lakukan selain menerima semuanya?

"Jika kamu terluka, maka akulah yang akan menjadi obat untuk lukamu." —Skala Bramasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Tak kenal lelah, setelah membersihkan diri, Aurora lanjut membuat cookies, seperti apa yang dia katakan pada Skala tadi pagi.

Skala sendiri tidak tau karena dia masih di kamar, tepatnya di balkon, sedang memeriksa email masuk.

"Bibi, tolong cek oven nya," pinta Aurora sambil membentuk adonan cookies.

Salah satu pelayan yang membantu Aurora pun segera bergerak. Aurora sendiri fokus membentuk adonan yang lain. Dari aromanya saja, dia yakin kalau ini akan berhasil. Bentuknya lebih kecil dari buatan Lythia, agar matangnya merata.

"Bagaimana?"

"Sudah matang, Nona," jawab si pelayan. Ia mengeluarkan loyang dari sana, lalu memasukkan loyang yang sudah siap.

Aurora tersenyum melihat hasilnya. Benar-benar sempurna. Tapi, apakah rasanya pas?

Setelah semua adonan telah dia bentuk, Aurora pun mencuci tangannya. Dia menatap cookies yang sudah dipindahkan ke mangkuk kecil. Karena sudah tidak sabar, Aurora pun mengambil salah satunya dan mencicipi rasanya.

Seketika senyumnya semakin lebar, dia mengangguk beberapa kali ketika merasakan cookies tersebut. Enak dan tidak terlalu manis, Skala pasti menyukainya.

"Apa yang kamu lakukan?"

Nah, sang juri sudah datang. Aurora menarik tangan Skala agar mendekat, dia mengabaikan tatapan tajam suaminya.

"Cobalah, ini masih hangat." Aurora menyodorkan satu cookies pada Skala.

Meski sedikit kesal, Skala tetap membuka mulut dan mulai mengunyah nya.

"Enak?" tanya Aurora dengan mata berbinar.

Skala mengangguk. Dia mengambil satu lagi dan memakannya. Hal itu tentu membuat Aurora senang.

"Sepertinya dimakan dengan susu lebih nikmat." Aurora mengambil mangkuk kaca dan menuangkan susu ke dalamnya. Lalu dia mengambil satu biskuit untuk dia celup kan ke susu tersebut.

Skala mengerutkan keningnya, perpaduan macam apa itu?

Melihat mata Aurora yang berbinar setelah memakannya, Skala jadi penasaran sendiri.

"Enak?" tanya pria itu.

Aurora mengangguk cepat. "Ini lebih enak dan pas rasanya!"

Skala melakukan hal yang sama, dan benar, rasanya lebih enak dimakan dengan susu dibandingkan seperti tadi.

Tak sampai satu jam, semuanya sudah matang. Aurora juga memberikan untuk pelayan agar ikut merasakannya juga. Sedangkan dia mengambil satu mangkuk dan membawanya ke ruang keluarga. Skala mengikuti di belakang sembari membawa susu yang ada di mangkuk tadi.

"Haruskah aku membuka toko kue?" Aurora tertawa kecil. Hanya membuat cookies seenak ini saja, dia langsung kepikiran ke sana.

"Jika kamu mau, aku akan membuatkannya," balas Skala.

Aurora langsung menggeleng cepat. "Tidak, aku hanya bercanda!"

"Ini, habiskan semuanya. Kamu suka, kan?" lanjut Aurora. Dia menyuapi Skala, dan Skala tidak menolak sama sekali.

"Jangan terlalu sering," celetuk Skala.

"Hm? Apa?"

"Biar pelayan yang memasak."

Aurora cemberut. "Aku suka memasak. Masih banyak masakanku yang belum kamu cicipi."

Skala menghela nafas. "Baiklah, asalkan hati-hati. Jika sampai terluka, aku benar-benar tidak akan memperbolehkan mu untuk masuk ke dapur lagi, mengerti?"

Aurora tersenyum dan mengangguk cepat. Dengan begini, dia bisa memasak untuk Skala, membuatkan bekal, membuat kue, dan lainnya. Skala memang harus mencoba semua masakannya.

****

"Ada apa kamu datang kemari, Evelyn? Tidak puas membuatku malu di depan Skala dan Aurora?"

Evanda menatap malas Evelyn. Entah apa yang menjadi alasan perempuan itu datang kemari.

"Aku hanya ingin meminta maaf, Mom. Tolong maafkan aku, aku benar-benar menyesal." Evelyn menundukkan kepalanya, seolah dia benar-benar menyesal.

Evanda menghela nafas. "Sudahlah, aku sudah memaafkan mu. Jangan ulangi lagi."

Evelyn mengangguk pelan. Perlahan dia menatap Evanda yang berdiri di depannya. "Mommy, aku ... tidak ingin hubungan kita renggang. Bisakah—"

"Tidak bisa," sela Evanda. "Aku memang sudah memaafkan mu, Evelyn. Tapi, aku tidak bisa melakukan apa yang kamu minta. Mungkin kita masih bisa bertegur sapa, namun, jika seperti dulu, aku tidak bisa melakukannya. Aku sudah berjanji pada putraku agar tidak berhubungan denganmu lagi."

Dada Evelyn berdenyut nyeri. Dia sudah sangat dekat dengan Evanda, bahkan mereka seperti ibu dan anak. Terasa berat jika harus menjadi orang asing.

"Dan tolong jangan mengganggu Skala lagi. Carilah pria lain di luar sana, jangan putraku," imbuhnya membuat Evelyn tidak bisa berkata-kata.

Meski terpaksa, Evelyn mengangguk. Bahkan dia mencoba tersenyum. "Baiklah. Maaf dan terimakasih untuk semuanya, Mom."

Evanda mengangguk sebagai jawaban.

Merasa sudah tidak ada yang ingin dibicarakan, Evelyn pun pergi dari sana.

Hanya satu yang Evanda harapkan, semoga Evelyn benar-benar pergi dan tidak kembali pada Skala. Untuk saat ini, Evanda ingin mencoba menerima Aurora sebagai menantunya.

Sedangkan Aurora dan Skala sedang berada di luar. Skala menemani Aurora belanja snack di supermarket. Mana rela dia membiarkan Aurora ke luar sendiri.

Skala mendorong troli, sedangkan Aurora sibuk memilih snack.

Banyak snack yang Aurora inginkan, jadi dia dengan cepat memasukkannya ke dalam troli sebelum Skala berubah pikiran. Pasalnya selama ini dia jarang memakan snack seperti ini, biasanya Skala lah yang membelikan snack untuknya, dan itupun snack serba sehat.

"Mau ini, boleh?" Aurora mengambil satu coklat batang.

"Satu saja."

Gadis itu mengangguk cepat dan memasukannya ke dalam troli.

Skala sendiri membiarkan Aurora memilih sepuasnya, karena dengan seperti ini, Aurora tidak akan berniat untuk diet.

"Sudah," ucap Aurora setelah mengambil satu kotak susu rasa stroberi.

Skala mengangguk saja. Mereka pun berjalan menuju kasir. Namun, sebelum menuju kasir, Skala menuju salah satu rak yang terdapat kardus-kardus berisi macam snack. Dia mengambil dua dus susu kotak dan memasukkan nya ke dalam troli.

"Skala?" Aurora syok. Bagaimana bisa suaminya mengambil dua dus itu tanpa melihat harganya?

"Hm?"

"Itu ... terlalu banyak," ucap Aurora.

"Kamu mau rasa apa? Coklat?" Skala kembali mengambil satu dus rasa coklat lagi.

"Sudah cukup." Aurora memegang lengan Skala yang hendak mengambil lagi.

"Kulkas kita besar, jangan khawatir." Skala tetap mengambilnya lagi. Hingga semuanya ada lima dus susu kotak dengan rasa berbeda.

Skala sengaja, agar nanti Aurora semakin gembul. Dia juga sangat suka wangi mulut Aurora ketika sehabis meminum susu. Katakan saja Skala aneh.

Aurora menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang suami. Dia hanya mengambil satu susu kotak dan Skala menambahnya lima dus.

Setelah membayar ke kasir, mereka bergegas pulang karena tiba-tiba mendung. Hawa dingin mulai menusuk kulit mereka.

Dan benar saja, dalam hitungan detik, hujan mengguyur jalanan dengan deras. Skala menekankan laju mobilnya agar lebih aman. Dia menoleh pada Aurora yang kedinginan.

"Di belakang ada jaket, ambil dan pakailah agar tidak kedinginan," ujarnya.

Aurora segera menurutinya. Dia memakai jaket tersebut hingga tubuhnya tenggelam karena saking besarnya jaket Skala.

"Ada yang lucu?" tanya Aurora ketika mendengar kekehan Skala.

Skala menepikan mobilnya, dia melepas sabuk pengaman dan memajukan tubuhnya pada Aurora. Tangannya menarik tudung jaket tersebut agar menutupi kepala Aurora.

"Cute," ucap pria itu lalu terkekeh lagi.

"Kamu tidak kedinginan?" Aurora mengerjap polos ketika Skala mencium kedua pipinya dengan gemas.

"Tidak," jawab Skala setelah menjauhkan wajahnya.

"Ayo cepat, aku ingin sampai rumah." Aurora mendorong dada suaminya agar kembali ke posisi semula.

Padahal Skala masih ingin berlama-lama menatap wajah Aurora yang menggemaskan. Tapi, bukankah masih ada waktu di rumah nanti? Baiklah, dia akan mengurung Aurora sesampainya di rumah.

bersambung...

1
레이디핏
Happy happy yh kalian bedua sebelum ada rawr nyaaaa🤏🏻
Nabila
lanjut
minsugaa
luar biasa
neur
keren KK 😎👍❤☕👌
lanjuuuut
dyarryy: makasih kak❤‍🔥
total 1 replies
레이디핏
Aaaaaa Rora bahagia dehhh, ternyata kamu orang besar jugaaa🤏🏻
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣untung besar skala kalai ini 🤭🤭🤭🤭
레이디핏
Eaaaaa ang angggg yuk bisa yukkk keluarkan romance nyeeee😍😘
vj'z tri
yang lain antara ada dan tiada 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
itu dayung rora dayung 🤭🤭🤭🤭🤭
erma irsyad
astaga pertanyaan rora😂🤣
vj'z tri
ayo rora kamu pasti bisa .... cih keluarga di saat butuh uang dianggap keluarga tapi di saat senang mereka lupa kalau rora masih bagian dari mereka 😏😏😏😏🥹🥹🥹
vj'z tri
aku selalu sabarrrrr menunggu lanjutan Aurora dan skala 🤩🤩🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
ayo rora tunjukan tarung mu 🔥🔥🔥🔥🔥
vj'z tri
gemes gemes gemes banget sama pasangan ini 🤗🤗🤗🤗🤗
vj'z tri
panggilan kesayangan neng kan lucuuuuu 🤭🤭🤭🤭🤭🤗🤗🤗kucing manis
vj'z tri
Evelyn 😤😤😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
tidak boleh tidak boleh menangis 😭😭😭😭🤧 semangat rora kamu harus bangkit bangkit jangan mau di tindas 🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
semoga rora bisa berenang 😱😱😱🫣🫣🫣
vj'z tri
ehhh mulut mu itu mulut mu ibu mertua kelakuan pingin tak getok 😅😅😅
레이디핏
Syukur dh pindahhhh, mari buat kemajuan Skala Kitten☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!