Brondong In Love
Cerita ini dari setahun lalu aku buat, baru sempat publish sekarang, mudah-mudahan pada suka.
Happy reading.
Situasi IGD salah satu rumah sakit, mendadak ramai dengan kedatangan sekelompok siswa berseragam putih abu-abu.
"Sus, tolongin temen saya, perutnya tertusuk," ujar salah satu remaja.
Perawat yang sedang bertugas, segera mempersilahkan remaja itu, untuk menempatkan temannya yang terluka, disalah satu brankar yang ada di sana.
Dokter beserta perawat segera melakukan tindakan kepada remaja laki-laki yang terkena tusukan pisau di pinggang sebelah kanannya.
Saat temannya sedang ditangani, salah satu perawat menyuruh para remaja itu, untuk keluar dari IGD, agar tidak menggangu kerja dokter dan perawat dalam menangani pasien, perawat juga menyuruh salah satu dari mereka, untuk mendaftarkan pasien di loket pendaftaran.
Beberapa saat kemudian remaja yang terluka itu sudah selesai di tangani dan di tempatkan di salah satu ruang rawat.
"Anak-anak udah pada balik?" Tanya remaja yang bernama Olsen kepada sahabatnya, ketika dirinya baru saja membuka mata setelah sempat tertidur, akibat pengaruh obat yang diberikan padanya.
"Udah tadi, begitu Lo masuk ke ruangan ini, mereka balik, tapi ngomong-ngomong, kok bisa Lo kena tusuk sama si brengsek itu sih?" tanya remaja bernama Julian.
Olsen menghela nafas, "Itu juga yang bikin gue bingung, kenapa si Billy tiba-tiba nusuk gue, sambil bilang kalau gue itu penghianat, terus gimana tuh anak?"
"Kata Emil, tadi di angkut sama anak-anak ke kantor polisi," jelas Juli, biasa ia di panggil.
"Ngapa pake bawa polisi segala sih? Kan ribet," protes Olsen.
"Gila lu ya! Itu orang udah hampir bikin Lo mati, terus Lo diemin aja, nggak bisa gitu Olsen," sahut Julian keberatan, mana bisa tindakan kriminal itu, mereka biarkan begitu saja.
"Ya gue kan cuman kena dikit, masa ia sampai polisi segala, maksud gue damai aja gitu,"
"Serah Lo deh Sen, yang penting sekarang Lo sembuh dulu," ujar Julian final.
*****
Sudah beberapa hari Olsen hanya berdiam diri di atas ranjang rumah sakit, ia dilanda kebosanan hanya berdiam diri saja, memainkan ponselnya terus-menerus membuat matanya lelah, sedangkan teman-temannya tak mungkin menjaganya terus, mereka juga harus bersekolah.
Jangan tanyakan soal keluarganya, anak yang di anggap sebagai pembawa sial itu, sudah lama memutuskan hubungan dengan keluarga besar ayahnya, karena Olsen lah ibunya meninggal, saat melahirkannya.
Ayahnya yang sangat mencintai istrinya tentu sangat terpukul dengan kematian istrinya.
Namun sekitar setahun yang lalu, ayahnya menikah dengan seorang janda beranak satu, itupun asal desakan keluarga besar Blade, terpaksa Rudolf Blade menerima perjodohan itu.
Janda beranak satu yang bernama Kamila memiliki anak perempuan bernama Bella, yang usianya berbeda dua tahun dari Olsen.
Bella adalah gadis yang diincar Billy sejak masa orientasi adik kelas mereka beberapa bulan yang lalu, melihat kedekatan Bella dengan Olsen membuat remaja itu cemburu, tanpa meminta penjelasan pada sahabatnya, Billy nekad menusuknya.
"Bosen banget gue rebahan doang, mana masih jam segini, Emil sama Juli pasti masih pada di sekolah, main game Mulu, mata gue pegel," Keluh Olsen saat dirinya sendirian, berada di ruang rawat VIP rumah sakit itu.
Tok....tok...
"Selamat pagi, saya suster Hasya, saya akan mengganti perban anda," Ujar suster dengan seragam ungu muda itu.
Untuk sesaat, Olsen terpesona dengan senyum manis perawat yang baru memasuki ruangan, sambil membawa baki stainless steel berisi obat dan peralatan medis.
Suster dengan lesung pipi itu, mendekatinya dan meletakan baki itu tepat di sebelah Olsen, "Maaf Tuan, saya akan memeriksa luka di perut anda, bisakah anda menyingkap baju sedikit," Pinta suster Hasya ramah.
Olsen hanya menurutinya saja, ia menyingkap baju pasien berwarna biru muda yang remaja itu kenakan.
Bagaimana mungkin remaja SMA, bisa memiliki perut kek roti sobek gini, Hasya mengatakannya dalam hati.
Olsen yang melihat perawat itu terdiam setelah ia menunjukan perut kotak-kotak nya, menyunggingkan senyumnya, "Ada apa, suster? Apa luka saya masih belum kering?" tanyanya.
Seketika Hasya gelagapan, "Em.. maaf," Perawat itu langsung melakukan tindakan, "Luka anda sudah hampir mengering, tapi, anda jangan terlalu banyak bergerak, tadi saya sudah mengoleskan salep dan mengganti perbannya, lalu jangan lupa di minum obatnya, setelah makan," Katanya sambil merapihkan alat-alat yang tadi digunakan.
"Biasanya perawatnya laki-laki sus, tumben sekarang perempuan," ucap Olsen.
"Perawat Budi sedang cuti hari ini, sedang yang lain nanti masuk sif siang dan malam," Jelas Hasya yang sudah menyelesaikan pekerjaannya, "Kalau begitu, saya undur diri dulu, mari.." pamit Hasya, namun belum sampai pintu, Olsen sudah memanggilnya kembali, "Suster Hasya, bisa saya minta tolong,"
Terpaksa Hasya berbalik menuju ranjang tempat dimana pasien sedang terbaring, "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.
"Bisa bantu saya ke toilet? Saya kebelet," pinta remaja tampan itu.
Hasya Memapah lelaki itu menuju kamar mandi, ia sedikit kesulitan, mengingat tubuh pasien itu jauh lebih besar darinya, dengan susah payah, akhirnya Hasya berhasil membawa remaja itu sampai di toilet, ia bahkan ikut masuk ke dalam toilet sambil membawakan tiang infusan.
"Saya keluar dulu, nanti kalau sudah selesai, anda bisa panggil saya di luar," Ucap Hasya berlalu keluar dari toilet itu.
Beberapa menit berlalu, remaja itu memanggil Hasya kembali, "Sudah selesai?" Tanya perawat itu, melihat pasien sedang membenarkan celananya,
"Sudah sus, tapi saya mau sikat gigi sama cuci muka, bisa bantu saya?" pinta Olsen.
Hasya hanya mengangguk, ia membantu menaruh pasta gigi pada sikat gigi yang tersedia, dan memberikannya kepada Olsen, "Tapi tangan kanan saya lagi di infus, jadi susah kalau mau sikat gigi, jadi bisa tolong saya," ucap Olsen menunjukan punggung tangan kanannya, yang tertancap jarum infus.
Perawat itu menarik nafas panjang dan menghembuskan nafasnya pelan, mau tidak mau Hasya menuruti kemauan pasien itu.
Karena perbedaan tinggi, sehingga membuat Hasya kesulitan menggapai mulut remaja itu, Olsen duduk di atas kloset, agar suster dengan mudah untuk membantunya untuk menyikat giginya, dengan telaten Hasya membantu remaja itu untuk menyikat giginya.
Hasya sempat terpana dengan bibir milik remaja itu, yang tebal berbelah tengah dan berwarna merah muda itu, dengan susunan gigi yang rapih juga putih bersih.
Selesai membantu menyikat gigi, Olsen meminta perawat itu untuk membantu mencuci wajahnya, dengan facial wash yang tersedia di sana.
Hasya tak menyangka, remaja itu sangat tampan, dengan alis tebal, mata setajam elang berwarna hitam, dan berhidung mancung serta rahang tegas, sempat membuat dirinya grogi, karena jarak mereka yang terlalu dekat, tanpa dirinya sadari, Olsen menyunggingkan senyumnya.
Setelahnya Hasya kembali membawa remaja itu menuju ranjang pasien, menyelimutinya barulah ia undur diri dari ruangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BARU MAMPIR, SEMOGA CERITANYA MEBARIK, KRN CERITA BRONDONG AKU SUKA, SALAM KENAL THOR DARI PONTIANAK KALIMANTAN BARAT.....🙏🏻🙏🏻🙏🏻
2024-03-03
2
Siti Fatimah
oke sudah di masukkan ke daftar favorit , muda²han cerita nya tidak kalah bagus sm cerita Rindu Milano 😊
2023-12-04
4
Whyro Sablenk
menarik
2023-12-03
1