"Aku tidak mau dijodohkan! Bukankah kalian semua tau kalau aku sudah memiliki kekasih? " "Kami semua tau nak, tapi tidak bisakah kamu menolong papa sekali ini saja, ? " "Tidak! Yang menjadi anak dirumah ini bukan hanya aku saja, masih ada Melodi di rumah ini, kenapa bukan dia saja yang kalian jodohkan! "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
Kerutan di dahi Melodi semakin dalam saat ia melangkah masuk ke ruang tamu yang megah. Di sana, calon suaminya, Arkan, sudah menunggu dengan setelan jas yang rapi. Ayahnya berdiri di sampingnya, matanya memohon agar Melodi mengerti dan menerima situasi ini. "Ini untuk kebaikan kita semua, Nak," bisik ayahnya dengan suara serak.
Melodi memandang Arkan yang mencoba tersenyum padanya, namun senyuman itu tak sampai ke matanya yang dingin. Melodi tahu ini bukan pilihan hatinya, tapi tekanan hutang yang membelit keluarganya membuatnya tak punya pilihan lain. Apalagi kemarin dia sendiri lah yang meminta untuk dinikahkan oleh Arkan, semoga apa yang telah ia pilih saat ini bukanlah sesuatu hal yang mengerikan untuk kehidupan selanjutnya.
Ia harus menikahi Arkan agar hutang ayahnya dapat dilunasi."Ikuti saja alurnya, Melodi. Seiring waktu, mungkin kamu akan menemukan kebahagiaan," saran ibunya yang lembut sambil membetulkan gaun pengantin sederhana yang dikenakan Melodi.
Dengan napas yang berat, Melodi mengangguk pelan. Ia berjalan mendekati Arkan, tangannya gemetar saat Arkan mengulurkan tangan untuk menggenggamnya. "Ayo, kita lakukan ini," ucap Arkan dengan nada yang hampir tidak terdengar.
Setiap langkah yang mereka ambil menuju altar terasa seperti seribu mil. Melodi merasa seolah setiap detak jantungnya menggema di seluruh ruangan, memberatkan langkahnya. Namun, ia tahu ia harus melalui ini, demi keluarga dan masa depan mereka. Ayahnya menatapnya dengan rasa syukur dan penyesalan yang tercampur aduk, sementara ibunya menyeka air mata yang jatuh di pipinya. Melodi memejamkan matanya, mengumpulkan setiap ons keberanian yang ia miliki, dan bersiap untuk memulai bab baru dalam hidupnya yang penuh ketidakpastian.
Tangan mereka saling menggenggam erat, seolah tak ingin melepaskan.
Pendeta memulai upacara dengan suara yang lembut namun penuh wibawa, "Kita berkumpul di sini hari ini untuk menyaksikan dan merayakan cinta antara Arkan dan Melodi." Suasana di kapel itu terasa sakral dan hangat, diisi dengan harapan dan doa dari keluarga serta teman-teman yang hadir.
Ketika tiba saatnya mengucapkan janji, Arkan menatap Melodi dengan penuh emosi. "Aku, Arkan, mengambilmu, Melodi, menjadi istriku, untuk memiliki dan memegang, dari hari ini, untuk lebih baik, untuk lebih buruk, untuk lebih kaya, untuk lebih miskin, dalam sakit dan dalam sehat, sampai maut memisahkan kita." Suaranya bergetar, namun penuh keteguhan.
Melodi, dengan air mata kebahagiaan mengalir di pipinya, mengucapkan janjinya, "Aku, Melodi, mengambilmu, Arkan, menjadi suamiku, dengan segala kelebihan dan kekuranganmu, aku akan selalu ada di sisimu." Suaranya lembut namun pasti, seolah-olah setiap kata yang diucapkannya adalah janji abadi.
Pendeta kemudian menyatakan mereka sebagai suami istri dan mempersilakan mereka untuk menyegel janji suci mereka dengan ciuman. Saat bibir mereka bertemu, tepuk tangan meriah menggema di kapel tersebut, menyambut pasangan baru ini ke dalam babak baru kehidupan mereka. Momen itu, penuh dengan cinta dan kegembiraan, akan selamanya terukir dalam memori mereka sebagai permulaan dari perjalanan hidup bersama.
"Tampan sih, tapi sayang cacat. " Batin Maudy menatap itu semua dengan pandangan mencomoh
Tak ada sedikit pun rasa iri dihatinya melihat adiknya itu menikah dengan Arkan Putra bungsu dari keluarga Sanjaya. Baginya tampan dan juga kaya raya tidak ada artinya jika pria itu cacat. Bersyukur ia menolak untuk dinikahkan dengan pria cacat seperti itu. Ia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika benar benar menikah dengan Arkan, maka sudah dipastikan hari harinya hanya akan habis untuk mengurusi pria cacat itu.
Sementara dibalik pesta yang begitu meriah dan orang orang tengah berbahagia atas pernikahan Arkan, justru ada seseorang yang tersenyum licik diwajahnya. Ia berdiri sengaja jauh dari tempat keramaian dengan menyeringai "hari ini kau boleh berbahagia, tapi kedepannya ku pastikan akan selalu ada gangguan yang kau Terima. Dengan kaki mu yang cacat itu kupastikan kau tidak akan pernah bisa sembuh sampai kapanpun, nikmati lah hari bahagia mu satu hari ini, "ucapnya tersenyum smirk
***
" Apa kau lelah? "Tanya Arkan pada Melodi yang duduk di tepi ranjang.
"Lelah sih, tapi nggak lelah banget. Kamu sendiri lelah? " Jawab Melodi
Arkan mengangguk " Hanya sedikit, " Ucapnya
"Kamu mau mandi? Bisa tunjukan dimana letak kamar mandinya, biar aku siapin air hangat untuk mu. " Ucap Melodi
Usai acara pernikahan selesai mereka semua memutuskan untuk pulang saja kerumah. Dan disinilah mereka berada, di kamar Arkan ini begitu luas membuat Melodi bingung dimana letak kamar mandi nya.
"Ada di ujung sebelah kiri. " Tunjuk Arkan dan modi mengikuti kemana arah telunjuk pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu.
"Baiklah, tunggu sebentar. " Melodi langsung berdiri dari duduknya, dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Setelah beberapa saat kemudian ia pun kembali dan mendekati Arkan. "Mau apa kamu? " Tanya Arkan ketika melihat Melodi mengikis jarak diantara mereka
Alis Melodi berkerut mendengar perkataan suaminya. "Aku? Ya mau bantuin kamu buka baju lah. Kan kamu mau mandi, nggak mungkin kamu mandi nya pake baju? " Tanyanya polos
"Saya bisa sendiri. Yang cacat hanya kaki, bukan tangan saya. " Ucap nya dengan nada datar
Seketika Melodi sadar. Ia lupa jika kekurangan dari suaminya itu hanya di kaki, bukan di tangan nya. "Tapi gimana caranya kamu buka celana? " Tanya Melodi ingin tau
Arkan terdiam sesaat, ia bingung harus berkata seperti apa lagi. Ditengah ke terdiam nya, tiba tiba saja pintu berbunyi dan dengan segera Melodi berjalan ke arah pintu
Ceklek!
"Maaf nyonya muda, saya hanya ingin memandikan tuan. " Jawab Fajar asisten pribadi Arkan
Kedua bola mata Melodi membola, "apa? Kamu mau memandikan suami saya? " Tanya nya tak percaya
Fajar selaku asisten Arkan menjadi bingung. Memangnya apa yang salah dengan perkataan nya? Begitulah pikirnya, "iya nyonya muda, selama ini memang itulah tugas saya, memang nya ada yang salah? " Tanyanya dan Melodi menggeleng
"Salah? Oh tidak, silahkan masuk kalau begitu, " Ucap Melodi mempersilahkan Fajar masuk
"Aku kan udah jadi istrinya, tapi kenapa aku nggak dibolehin buat bantu dia mandi? "Gumam Melodi terheran
" Eh tunggu! "Cegah Melodi melihat Fajar yang sudah memasuki kamar mandi.
" Ada apa? "Tanya Arkan dengan alis naik sebelah
" Aku ikut! Biarkan aku ikut, aku mau ngeliat bagaimana Fajar memandikan mu, biar besok besok aku saja yang melakukan nya. Kamu kan sudah punya istri, jadi itu sudah menjadi tugasku. "Jelasnya panjang membuat Arkan dan Fajar saling tatap
" Tidak! Biar Fajar saja yang melakukan nya. "Tolak Arkan tegas
" Lho, tapi kenapa? "Ucap Melodi berpikir dengan tangan yang ia letakan di dagu
" Fajar itu saya gaji. Jadi biarkan dia melakukan tugasnya dengan baik. Nggak perduli mau saya punya istri ataupun nggak, saya membayar Fajar karena memang itu tugasnya. "Arkan berkata dengan nada tegas
" Tapi, "
"Tidak ada bantahan. Fajar, cepat saya gerah. " Potong Arkan dengan cepat
Fajar pun menurut dan melanjutkan langkah nya menuju kamar mandi, meninggalkan Melodi yang melongo ditempat nya.
"Mau sampai kapan kau berpura-pura? " Tanya Fajar ketika mereka sudah sepenuh masuk di dalam kamar mandi
Kamar mandi itu bukanlah kamar mandi biasa, melainkan ada ruangan lain yang menghubungkan kamar Fajar dan kamar mandi milik Arkan. Itulah kenapa mereka berdua tidak merasa canggung sama sekali
Arkan berdiri dari duduknya dan menjauhkan kursi roda itu. Semua yang Arkan lakukan tidak lepas dari tatapan mata Fajar. "Sampai aku bisa mengumpulkan bukti yang kuat, " Jawab Arkan santai
"Jadi, selama bukti itu belum terkumpul maka kau akan berpura-pura lumpuh? " Tanya Fajar dan Arkan mengangguk
"Sekalian aku juga ingin melihat, apakah Melodi benar benar bisa menerima kekurangan ku, atau hanya berpura-pura saja, agar hutang ayahnya itu lunas. " Jawabnya yang membuat Fajar mengerti
Selama ini, Arkan hanya berpura-pura menjadi orang lumpuh akibat kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Awalnya ia memang lumpuh, tapi kelumpuhan nya itu hanya sementara, dan seiring berjalannya waktu Arkan pun dinyatakan sembuh.
Namun Arkan tetap memilih melanjutkan kelumpuhan nya untuk mencari tahu siapa dalang yang sudah membuat nya seperti ini. Ia meletakkan kecurigaan pada satu orang. Namun karena belum yakin dan cukup bukti, Arkan memilih diam dan mencari lebih dalam lagi bukti bukti yang lebih akurat
"Yaudah terserah, lebih baik kau mandi, aku mau berkencan dengan kasur ku terlebih dahulu. Nanti kalau udah selesai panggil aja, " Setelah berkata seperti itu Fajar pun keluar dari kamar mandi Arkan melalui pintu rahasia