Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, anak bontot yang seharusnya selalu mendapat kasih sayang, namun itu tidak berlaku bagi Rangga Guitama.
Rangga Anak bungsu dari tiga bersaudara, namun tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, karena Rangga tidak jenius seperti kakak kakaknya, dia tak mampu menyamai akademis sang kakak, dia anggap bodoh oleh keluarganya, menurut keluarga nya Rangga hanya anak pembawa sial.
Mau tau ceritanya yukkk ikuti...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Pagi ini Rania pergi ke kampus menyerah kan tugas tugas plknya, di sudah menyelesaikan tugas lebih cepat dari waktu yang di berikan, karena Rania benar benar serius ingin cepat cepat selesai, dan secepatnya wisuda, agar tidak bertemu lagi dengan dosen dan teman dosennya yang aneh itu, semakin kesini Tania semakin ilfil melihat ke dua laki laki itu, walau tidak memperlihatkan secara lansung.
"Bagus Rania tugas kamu selesai dengan cepat. Saya salut sama kamu. Apakah kamu kamu akan bekerja di perusahaan setelah tamat" tanya dosen pembimbingnya.
"Terimakasih Pak, sepertinya tidak pak, saya akan bekerja di bengkelnya suami saya saja pak, saya ingin membantu suami saya metintis usahanya" Ujar Rania tersenyum lembut.
"Apakah kamu tidak rugi, dengan ilmu yang kamu dapatkan, dan kamu hanya menghabiskan waktu kamu di usaha kecil yang belum tentu berkembang itu" ujar dosen pembimbing yang meremehkan usaha Rangga.
"Bagi saya, bekerja dengan suami saya sendiri itu suatu kebanggaan tersendiri pak, saya hanya tidak ingin terikat kerja bersama orang lain, cukup bekerja sama bersama suami saya, berkembang atau tidak itu bukan urusan bapak" ujar Rania" kesal setengah mati dengan ucapan dosen pembimbingnya itu.
"Pikirkan lagi Rania, ada perusahaan ternama dikota ini yang mau menerima kamu. Dan bersedia menggaji kamu dengan gaji yang lebih tinggi" ujar Dosen tersebut.
"Tidak terimakasih pak, saya tetap akan bekerja bersama suami saya, saya ingin mengembangkan usaha kami bersama" ujar Rania.
"Terserah kamu Rania, kau terlalu sombong sebagai siswa, pintar saja tidak cukup, kalau kau bersikap seperti ini, saya yakin tidak ada yang suka sama kamu.
Rania sangat tau perusahaan siapa yang di sodorkan oleh dosennya itu, karena dosen itu pun akan mendapatkan persenannya klau Rania masuk ke sana, Rania tidak lah bodoh, dia sangat tau itu perusahaan keluarga sang suami, bagaimana dia akan bekerja dengan perusahaan itu, sementara suaminya saja tidak di akui, oohh... tentu saja Rania menolak, dan ke inginannya saat ini hanya bekerja bersama sang suami membesarkan bengkel sang suami, agar lebih maju lagi.
"Terimakasih Pak, klau tidak ada lagi, saya undur diri" ujar Rania.
Rania keluar dari ruangan itu, dengan muka di tekuk. kesal sekali dia sama dosen sombong itu, memang salah klau dia tidak ingin bekerja dengan perusahaan yang dia sarankan, apa salahnya dia bekerja dengan suaminya, walau pun usaha suaminya kecil, lalu patutkah di hina, tidak ada usaha baru lansung besar seperti usaha yang sudah lama berdiri, dan sudah banyak di kenal orang, memang lah orang orang itu seenak jidatnya saja mengatai orang.
"Kenapa tuh muka di tekuk ujar Citra" yang memang sengaja menunggu Rania, memang Rania minta di temani dengan Citra, karena dia memang tidak suka berduaan dengan laki laki selain sang suami.
"Emang salah ya gue, ngak mau kerja di perusahaan yang dia berikan sama gue, trus salah juga klau gue mau kerja di bengkel suami gue yang baru di rintis itu, masa di hina dan di sumpahin sama dosen ngak ada akhlak itu" gerutu Rania.
"Mungkin dosennya mau kamu berkembang, Ran, secara kamu kan pintar, sayang saja kamu hanya bekerja di bengkel kecil begitu, mungkin maksudnya baik, cuma cara penyampaiannya saja yang salah" ujar teman Rania memberi pengertian.
"Bengkel suami gue memang kecil, namannya juga baru merintis, apa perlu di hina dan sumpahin" gerutu Rania.
Citra tidak lagi bersuara dia sangat tau siapa Rania, dia tidak akan pernah mau, suaminya akan di salahkan oleh orang lain, dia akan membela suaminya mati matian, begitu beruntungnya laki laki yang di cintai sahabatnya itu, selalu di suport apa pun usaha suaminya, dan selalu membatu di setiap kesulitan, dan tidak pernah suka melihat suaminya di tindas, andai saja Rania belum menikah, pasti dia ingin abangnya menikah dengan wanita baik ini.
"Ya sudah yuk pulang, katanya di bengkel suami mu lagi sibuk" ujar Citra.
"Yook.... lumayan sibuk lah, suami gue Alhamdulillah banjir orderan dari luar kota" ujar Rania kembali bersemangat, mengingat sang suami dan bengkelnya.
Bersambung.....