"Buka hatimu untukku kak Praja," mohon Ardina Rezky Sofyan pada sang suami dengan penuh harap. Air matanya pun sejak tadi sudah menganak sungai di pipinya.
Pernikahan sudah berlangsung lama tapi sang suami belum juga memberinya kebahagiaan seperti yang ia inginkan.
"Namamu belum bisa menggantikan Prilya di hatiku. Jadi belajarlah untuk menikmati ini atau kamu pergi saja dari hidupku!" Balas Praja Wijaya tanpa perasaan sedikitpun. Ardina Rezky Sofyan menghapus airmatanya dengan hati perih.
Cukup sudah ia menghiba dan memohon bagaikan pengemis. Ia sudah tidak sabar lagi karena ia juga ingin bahagia.
Dan ketika ia menyerah dan tak mau berjuang lagi, akankah mata angin bisa berubah arah?
Ikuti perjalanan cinta Ardina Rezky Sofyan dan Praja Wijaya di sini ya😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Semakin Mencinta
Praja menghampiri dua orang perempuan yang sedang bersungut-sungut kesal padanya itu.
Yusta Yusuf menatapnya dengan tajam sedangkan Selfina hanya menunduk diam
"Hey, ada apa ini? Kenapa kalian tampak kusut seperti itu, padahal makanan sudah lengkap di atas meja. Enggak bersyukur tuh namanya," ujar Praja santai.
Pria itu kemudian duduk dan bergabung bersama mereka.
"Ih gak sadar banget sih! Selfina tuh sedih. katanya selalu diajak pada acaramu tapi juga selalu ditinggal. CEO macam apa kamu itu?" Yusta Yusuf seperti biasa menyalak.
"Maafkan aku ya Fin. Aku baru bertemu dengan istriku setelah hampir 3 tahun. Dan kamu tahu bagaimana rasanya jika orang yang kita rindukan itu tiba-tiba bertemu. Semuanya terasa indah," jelas Praja dengan mata berbinar bahagia.
"Iya pak saya mengerti kok. Mungkin kalau saya juga sudah menikah kemudian berpisah dan bertemu kembali dengan orang yang saya cinta, saya akan merasakan seperti yang bapak rasakan." Selfina menjawab dengan wajah yang masih menunduk.
"Nah tuh. Sekretaris aku saja santai dan mengerti, lalu kenapa jadi kamu yang repot?" ucap Praja seraya memandang wajah Yusta Yusuf. Gadis itu mendengus.
"Kamu, kalau jatuh cinta ingat situasi. Kamu harus bertanggung jawab pada sekretaris mu. Dan ya, begitu banyak kerjasama dengan investor yang aku dapatkan semalam. Dan kamu dapat apa saja? Ngilang sampai lupa pulang!" Yusta kembali marah.
Meskipun cintanya pada Praja bertepuk sebelah tangan, tapi ia tetap ingin pria itu selalu maju dalam usahanya. Ia ingin Praja menjadi pria yang selalu sukses.
Dalam hal seperti ini ia lumayan profesional dan tidak mengaitkan dengan urusan hati.
"Aku dapat surga dunia Yus dan insyaallah akan sampai akhirat. Aku sangat mencintai Ardina dan sekarang aku bertemu dengannya. Kamu tahu? Urusan pekerjaan biarlah Selfina yang mengurus."
Yusta Yusuf mencibir. Hatinya sakit tapi ia berusaha baik-baik saja.
Itu berarti mereka berdua telah melalui malam yang sangat panjang semalam.
Pantas saja pria itu tampak sangat bahagia pagi ini.
Ujarnya dalam hati.
"Nah silahkan sarapan sesuka kalian, aku yang bayar. Aku mau makan bersama Ardina di kamar saja." Pria itu langsung berdiri lagi dan meninggalkan dua perempuan itu.
Dasar!
Yusta Yusuf mendengus. Ia pun segera memakan semangkuk sereal yang ada dihadapannya begitupun dengan Selfina. Gadis itu ikut menikmati sarapannya dalam diam.
"Hey, kamu kok diam-diam saja sih Fin?!" Yusta memandang gadis itu dengan wajah curiga.
"Kamu lagi sehat 'kan?" tanyanya lagi. Selfina tersenyum saja, dan melanjutkan mengunyah potongan-potongan cake rasa pisang yang ada ditangannya.
Pandangannya menerawang jauh mengingat Yudha yang berani menciumnya semalam setelah mereka mabar bersama.
"Hai, boleh aku ikut bergabung?" tanya Yudha seraya menarik kursi yang ada di hadapan Dua perempuan itu.
"Ah ya silahkan." Yusta mempersilahkan seraya tersenyum.
"Terima kasih. Hai Fin, apa kabar pagi ini?" sapa pria itu pada Selfina yang sedang berada di dunia lain.
"Fin?" panggil Yudha lagi.
Selfina terhenyak kemudian tergagap karena kaget.
"Yu-yudha? Ah ya maaf a-ku tidak melihatmu." pipi gadis itu tiba-tiba terasa merah dan hangat. Ia malu membayangkan bagaimana pria itu padanya semalam. Dengan cepat ia menundukkan wajahnya.
"Tidurmu nyenyak Fin?" Pria itu terus mendesak karena ia mulai suka dengan ekspresi malu-malu gadis itu.
"Setelah ini kita jalan yuk," ucap Yudha lagi. Yusta Yusuf yang sedang memperhatikan kedua insan yang sedang tatap-tatapan malu itu kembali mendengus.
Ada rasa cemburu dari dalam hatinya melihat Yudha sangat perhatian pada Selfina. Begitupun dengan Praja Wijaya pada Ardina. Ia jadi merasa hidupnya sangat menyedihkan.
Andai saja ada yang mau memberiku perhatian seperti itu, gumamnya dalam hati dengan perasaan miris.
Sementara itu, Praja sudah sampai di dalam kamarnya. Melihat sang istri masih tidur, ia pun menghampiri Ardina dan ikut naik lagi ke atas ranjang.
Rasanya ia ingin kembali bermanja-manja dengan perempuan cantik itu di pagi yang masih buta ini. Ia pun mengecup pipi sang istri dengan sangat lembut.
"Sayang, kamu belum sholat lho." Praja berbisik seraya menyesap kuping istrinya dengan rasa sayang.
Ardina tidak merespon. Meskipun ia merasakan ada yang menyentuhnya, tapi kedua matanya belum juga mau terbuka.
Ia lelah dan sangat capek.
"Sayang," bisik Praja dengan dengan tangan bergerak meremass dua bongkahan putih dan mulus milik Ardina sampai perempuan itu menggeliat pelan.
Setelah itu menciumi area leher jenjang sang istri dan sekali-sekali memberikan kecupan lembut dan agak kasar.
"Hmmmpt, kak aku gak bawa alat sholat," gumam Ardina seraya membuka matanya perlahan. Ia menggeliat bagaikan cacing kepanasan karena merasa geli.
Lidah Praja mulai berpindah dari leher dan akhirnya bermain-main dengan daerah kupingnya yang merupakan titik kelemahannya.
"Kak aaakh aku geli," desis Ardina seraya meremas rambut suaminya dengan wajah memerah bahagia.
Praja sangat senang dengan suara manja sang istrinya. Ia pun semakin bersemangat sampai Ardina mendesis nikmat.
"Kak, uuuugh aaakh,"
Pria itu baru menghentikan aksinya ketika pintu kamar mereka diketuk. Ia mengecup bibir Ardina sekilas lalu berucap, "Aku mencintaimu sayang."
"Hem, aku juga kak," jawab Ardina tersenyum dengan rona merah diwajahnya. Sungguh, ia sangat bahagia sekarang. Ia merasa bahwa seluruh dunia sedang berpihak padanya.
Sedangkan Praja langsung menutupi tubuh istrinya itu dengan selimut dan langsung turun dari ranjang. Ia merapikan rambutnya yang sudah diacak oleh sang istri seraya berjalan menuju ke arah pintu.
Seorang pelayan hotel berdiri dihadapannya dengan membawa satu trolley makanan.
"Terimakasih," ucapnya seraya memberikan tip. Ia yang mengambil troli itu dan membawanya ke dalam kamar. Tak akan ia biarkan ada yang melihat istrinya yang cantik berada di atas ranjang.
"Din, makan dulu sayang," ujarnya seraya menata makanan itu diatas meja samping tempat tidur.
"Aku mandi dulu ya kak. Rasanya tubuhku udah penuh dengan aromamu kak," ujar Ardina tersenyum dan bangun dari ranjang itu.
"Mau aku bantu sayang?" tanya Praja tersenyum menggoda.
"Ah gak. Aku bisa mandi sendiri. Terima kasih," jawab perempuan itu dan langsung berlari ke kamar mandi.
Praja hanya terkekeh. Untungnya istrinya tidak ingin dibantu untuk mandi. Kalau tidak, ia pastikan akan melakukan hal yang menyenangkan lagi dengan istrinya di dalam sana.
Ardina menatap seluruh tubuhnya di kaca dan hanya bisa tersenyum dengan perasaan yang sangat bahagia.
Sisa percintaannya dengan suaminya benar-benar sangat jelas pada tubuhnya. Ia meraba bagian leher dan dadanya dengan jari-jarinya yang lentik kemudian kembali tersenyum.
"Kak Praja, kamu hebat sekali sayang."
🌹🌹🌹
*Bersambung.
Like dan komentarnya dong 😅
Nikmati alurnya dan happy reading 😊
Eh, sambil nunggu update, boleh dong mampir di karya temannya othor nih.