Alena mengorbankan usia mudanya dengan menikahi Aviano. Dia menikah di usia yang terbilang masih sangat muda yaitu 18 tahun. Dirinya bahkan mengubur dalam-dalam impiannya untuk berkuliah dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Mengurus rumah dan 2 buah hatinya adalah pekerjaannya sehari-hari.
5 tahun pernikahan mereka, hal yang mengejutkan pun terkuak, Alviano suaminya ternyata diam-diam memiliki wanita lain. Dia telah mengkhianati kesetiaan, ketulusan bahkan semua pengorbanan yang telah di lakukan oleh istrinya selama ini.
Akankah Alena bertahan demi kedua buah hatinya, memaafkan dan memberi kesempatan kedua kepada suaminya itu? Atau, dia akan memilih mundur dan mengejar cita-citanya yang sempat dia kubur dalam-dalam?
"Perselingkuhan Suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dosen Killer
Alena melanjutkan langkah kakinya. Hatinya benar-benar merasa kesal, kenapa juga harus ada Dosen yang memiliki nama yang hampir sama dengan mantan suaminya? Mengingat namanya saja membuat hatinya merasa sakit. Luka itu masih belum sepenuhnya pulih ternyata.
"Hari pertama masuk kuliah ko gini banget sih? Ya Tuhan, berilah hambamu ini ketegaran," gumam Alena berdiri tepat si samping mobil miliknya yang berjejer rapi dengan mobil-mobil lainnya di parkiran.
Dia pun meraih kunci mobil dari dalam tas berukuran sedang yang melingkar di bahu sebelah kirinya. Pintu mobil pun di buka, Alena hendak masuk ke dalam mobil, akan tetapi wanita itu seketika menghentikan langkah kakinya saat ada seorang laki-laki yang tiba-tiba saja berjalan menghampiri seraya memanggil namanya.
"Alena."
Wanita itu sontak menoleh dan menatap laki-laki itu.
"Ya," jawabnya mengerutkan kening.
"Eu ... Nama saya Putra, boleh saya meminta nomor ponsel kamu," ucap laki-laki itu berdiri di hadapannya kini.
"Putra?" Alena mengerutkan kening.
"Kita satu kelas, tadi kita belum sempat berkenalan."
Alena hanya tersenyum kecil seraya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal sama sekali.
"Gimana, apa saya boleh meminta nomor ponsel kamu? Eu ... Saya tidak bermaksud apapun ko, saya hanya ingin berteman sama kamu."
Alena seketika dilanda rasa dilema. Jika dirinya tidak memberikan apa yang dimintakan oleh laki-laki ini, maka dia akan di cap sombong nanti. Lagi pula hanya nomor ponsel yang dia minta.
"Boleh, tunggu sebentar," jawab Alena, meraih selembar kertas dari dalam tas dan menuliskan nomor ponsel miliknya.
"Terima kasih, ya. Kita berteman mulai sekarang, deal."
Alena lagi-lagi hanya tersenyum kecil. Dia pun masuk ke dalam mobil. Mesin mobil pun dinyalakan lalu perlahan meninggalkan lahan parkir juga laki-laki bernama Putra.
"Kamu cantik sekali, Alena. Laki-laki mana yang telah mencampakkan kamu seperti ini," gumam Putra tersenyum kecil.
Sepertinya Alena akan menjadi primadona di kampusnya itu. Tidak sedikit laki-laki yang merasa terpesona dengan kecantikan janda beranak 2 itu. Namun, Alena hanya ingin fokus dalam berkuliah untuk saat ini. Hatinya masih tertutup rapat untuk laki-laki mana pun, perceraiannya dengan laki-laki bernama Alviano menyisakan luka yang mendalam juga rasa trauma di hidupnya.
* * *
Keesokan harinya.
Pagi ini Alena datang lebih awal setelah dirinya mendapatkan peringatan dari Dosen bernama Alvin. Dosen berkaca mata minus juga berwajah tegas itu mengingatkan penuh penekanan bahwa dirinya tidak boleh datang terlambat. Wanita itu nampak sudah duduk di kelas, sementara kursi lainnya masih kosong karena sepertinya dirinya datang terlalu pagi.
"Sial, belum ada siapa-siapa di sini. Gara-gara si Dosen killer jadi gini deh," umpat Alena menyandarkan kepalanya di atas meja. Dia pun memejamkan kedua matanya tanpa sadar terlelap seketika itu juga.
1 jam kemudian.
Alena mengedipkan pelupuk matanya. Dia pun merentangkan kedua tangannya seraya membuka mulutnya lebar-lebar. Wanita itu mengangkat kepala lalu duduk tegak dan mulai membuka kedua matanya.
"Nyenyak tidurnya?"
Tiba-tiba terdengar suara Alvin sang Dosen berdiri tepat di samping meja membuat Alena seketika merasa terkejut tentu saja. Suara gelak tawa pun terdengar riuh, ternyata kelasnya sudah di penuhi oleh mahasiswa dan mahasiswi yang sudah duduk di bangku masing-masing. Alena mengusap ujung bibirnya yang terasa basah, membuat Alvin seketika tersenyum karena wajah wanita ini terlihat begitu menggemaskan di matanya.
"Nyenyak banget ya tidurnya, sampai-sampai kamu tidak sadar saya sudah ada di sini. Pake ngiler segala lagi," ucap Avin, tersenyum menyeringai menatap wajah Alena yang saat ini terlihat gugup dan juga merasa malu tentu saja.
Lagi-lagi dia menjadi pusat perhatian. Niatnya untuk datang paling awal agar tidak mendapatkan hukuman malah berkahir sebaliknya. Dia ketiduran di kelasnya dan terbangun setelah kelas sudah di mulai.
"Maaf, Pak. Saya ketiduran tadi," ujar Alena menundukkan kepalanya.
"Saya tahu, semua teman-teman kamu di sini juga tahu kalau kamu ketiduran. Masalahnya adalah, kenapa kamu bisa ketiduran? Memangnya kamu datang kemari jam berapa? Atau, kamu sengaja tidur di kelas saya? Kamu tidak mendengarkan peringatan saya kemarin?" tegas Alvin penuh penekanan.
"Tidak, bukan seperti itu, Pak. Saya datang terlalu pagi karena tidak ingin terlambat masuk jam kuliah Bapak. Kelas masih kosong, dan saya tidak sengaja ketiduran. Maaf ..."
"Hmm ... Begitu rupanya, tapi tetap saja kamu sudah ketiduran di kelas saya. Kamu harus tetap di hukum, Alena."
Alena menunduk pasrah. Dia memainkan ujung kuku jari jempolnya untuk mengobati rasa gelisah di dalam hatinya kini. Hukuman apa yang akan dia terima kali ini? Apakah dirinya akan berdiri di pojokan lagi? Atau, dia akan di hukum membersihkan toilet? Alena menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, apapun hukuman yang akan diberikan kepadanya akan dia jalani dengan tenang.
"Kamu akan saya hukum," tegas Alvin.
"Baik, Pak." Alena dengan nada suara lemah.
"Mulai hari ini, kamu akan menjadi asisten saya. Di kampus ini kamu harus menuruti apa yang saya perintahkan, tentu saja untuk hal-hal yang berkaitan dengan mata kuliah saya. Paham?"
"Hah, asisten?" Alena membulatkan bola matanya.
BERSAMBUNG
...****************...
mna ad orang tua yg rela anak x diselingkuhi ..
sdh tepat keputusan mm x alena.
untuk menempa ilmu buat msa depan
ak pun akan berbuat sma sesama .
orang tua
dri pd sakit hati berkepanjangan
klo berpisah bsa jd ad yg sanggup ..
mengobati luka mu..
yg bisa buat bahagia dan tenang..
banyak orang sukses ....
sarjana aj banyak nganggur ..
tergantung keberuntungan ..
contoh x ak bisa dibilang gk sekolah ..
bisa dibilang ak sekses dlm ekonomi..
keberuntungan berpihak pd ku...