Hidup sendirian setelah sang ayah meninggal, membuat Safira Johana tidak memiliki pilihan lain selain menuruti wasiat terakhir dari ayahnya untuk menikah dengan anak sahabatnya tersebut.
Namun, pernikahan itu hanya bersifat kontrak dan rahasia. Benny Zhen, sahabat dari ayah Safira dan merupakan ayah dari Virza Zhen, beliau mengidap penyakit jantung kronis.
Pria paruh baya itu mengancam Virza, kalau putranya tersebut tidak mau menikah dengan Safira, maka dirinya tidak akan mau menjalani operasi. Hingga pada akhirnya Virza melakukannya dengan terpaksa.
Bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka yang berawal tanpa adanya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Menjauh
Bab 27.
Virza berdiri di depan jendela melihat ayahnya terbaring di atas tempat tidur. Dia menahan diri untuk tidak mengatakan tentang pernikahannya. Karena hari ini Benny akan di pindahkan di kamar rawat.
"Gue tunggu sejauh apa lo berani ngomong sama ayah lo!" bisik Agnes saat melewati Virza lalu pergi memasuki ruang observasi itu. Sedangkan Safira hanya menatap datar mereka.
"Saf. Apa yang lo bicarakan sama dia tadi?" tanya Virza tiba-tiba pada Safira.
"Nggak ada. Cuma ke kantin bareng aja."
"Apa Lo di ancam sama dia?"
"Nggak."
"Lo berubah setelah kejadian kemarin, Saf."
"Lo mau gue yang gimana? Gue disini berawal dari ayah lo dan ayah gue. Jadi gue bertahan hanya untuk ayah aja. Selebihnya lo mau gimana juga gue nggak peduli! Tidak ada yang mau gue pertahankan dalam hubungan ini," tegas Safira. Safira merasa jengah dengan suasana rumah sakit. Tapi dia tidak punya pilihan lain.
Safira juga memiliki rencana untuk mengakhiri semua masalah ini. Akan tetapi dia menunggu momen saat kesehatan Benny benar-benar stabil.
***
Tiga hari berlalu. Safira membatu Benny memasuki rumah. Agnes mengawal karena sebagai perawatan yang di tunjuk khusus merawat dan mengawasi Benny. Virza sudah meminta ganti kepada pihak rumah sakit. Tapi dokter Andri memercayai Agnes.
"Safira." panggil Benny saat sampai di kamarnya.
"Iya, yah."
"Kamu sudah janji akan temani ayahkan?"
"Iya, yah."
"Jangan pergi. Ayah nggak tahu lagi harus bagaimana kalau kamu pergi," ucap Benny yang membuat tekad Safira kembali memudar.
Deg!
"Ayah jangan mikir aneh-aneh. Ayah istirahat saja."
Safira menata selimut dan bantal senyaman mungkin untuk Benny. Agnes memasuki kamar Benny dan melakukan pemeriksaan.
Tapi Benny terlihat bungkam tidak mengatakan apapun kepada Agnes. Seakan ada rahasia yang tertutup selama ini.
"Baik, pak Benny. Silahkan istirahat. Jangan banyak aktivitas dulu," ujar Agnes profesional.
Safira kembali akan berkuliah normal setelah ayah mertuanya kembali ke rumah. Dia juga harus mengurus skripsinya yang di bantu Raka. Safira kini banyak menghindar bertemu dengan Virza meskipun tinggal dalam satu atap.
Tetapi siapa yang tidak terkejut ternyata saat dia sampai di kampus juga melihat Agnes. Ya! Dia mengajar di kampus yang sama.
"Dunia yang sempit," gumam Safira.
Sasha yang melihat kedatangan Safira lekas menghampirinya.
"Gimana keadaan mertua Lo?" tanya Sasha.
Deg!
"Kok tau siapa? yang ngasih tahu?" batin Safira
"Apa? Lo kaget ya?"
"Raka sudah cerita semuanya," sahut Rafa.
"Ya udahlah. Kita bahas itu nanti. Mending lo cerita dulu masalah baru apa yang Lo hadapi?" sasha mengajak Safira pergi ke taman kampus.
Safira menceritakan semua kepada ketiga temannya. Dua pria itu menatap iba Safira sedangkan Sasha malah merasa kebakar emosi saat mendengar cerita itu. Di saat bersamaan dia melihat wanita yang di ceritakan oleh Safira melintas.
Sasha berlari menghampiri dosen itu dan berjalan di belakangnya. Entah apa yang di lakukan Sasha tidak di mengerti oleh mereka bertiga.
Brukkk...
Byur....
Sasha menumpahkan sisa es coklat di baju Agnes.
"Astaga!" pekik Agnes.
"M-maaf, saya bantu bersihkan," ucap Sasha gugup.
"Eh!" celetuk Sasha ketika tisu yang dia gunakan malah membuat baju itu semakin kotor.
"Apa itu?" tanya Agnes dengan suara meninggi.
"Ini tisu bekas bersihin sepatu kena kotoran."
"Ih! Kamu ini apa-apaan. Dahlah saya bersihkan sendiri, sana!" usir Agnes.
Tapi dia melihat gadis itu menuju kearah Safira yang duduk di taman. Dia memandang penuh emosi seakan dia mengibarkan bendera perang kepada gadis itu.
Virza juga mulai mengajar. Hal itu di karenakan sang ayah memintanya mengawasi Safira. takut jika dia pergi begitu saja tanpa berpamitan. Tapi, saat Safira berjalan dia melihat Agnes yang hanya mengenakan celana panjang dan baju tanpa lengan menarik banyak perhatian. Jas yang ia gunakan mungkin kotor karena tingkah Sasha tadi. Sasha mengira jika dosen itu akan pulang. Ternyata masih bertahan.
Tapi pemandangan lain terlihat. Virza datang memberikan jasnya kepada Agnes. Mata Safira bergetar melihat itu. Wajahnya berubah menjadi sendu.
"Kita lewat sana aja!" ajak Raka menarik tangan Safira.
"Nggak, perpustakaan disana. Nggak apa kita lewati saja mereka." Safira berjalan lebih dulu. Virza kaget ketika melihat Safira berjalan kearahnya.
"Ini buat lo" Agnes memberikan kopi kepada Virza tapi Virza menolaknya karena ada Safira.
Agnes tetap menyodorkan kopi itu. Berulang kali juga Virza menolaknya.
"Ya udah kalau lo nggak mau, gue buang aja," kata Agnes seraya melempar kopi itu.
Byuuurr!
Kopi itu tidak masuk ketempat sampah. Tapi malah mengenai Safira tepat di depan dadanya hingga membuat bajunya basah kuyup.
Virza gugup lekas menghampiri Safira. "Saf, Lo nggak apa-apa?" tanya Virza.
"Ayo Saf, kita ke toilet." Raka melepas jaketnya dan menutupi tubuh Safira mengabaikan Virza yang terlihat khawatir.
"Sorry, Vir. Gue nggak sengaja," kata Agnes yang merasa bersalah.
Virza pergi begitu saja menyusul Safira.