NovelToon NovelToon
JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:299
Nilai: 5
Nama Author: Sarah Siti

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Zhao, putri bangsawan yang terkenal cantik dan keras kepala, kembali membuat kehebohan di kediaman keluarganya. Kali ini, bukan karena pesta atau keributan istana… tapi karena satu hal yang paling ia hindari seumur hidup: perjodohan!

Dirinya dijodohkan dengan Pangeran Wang pangeran kerajaan yang dikenal dingin, tegas, dan katanya... kejam?! Zhao langsung mencari cara kabur, apalagi hatinya telah tertambat pada sosok pria misterius (pangeran yu) yang ia temui di pasar. Tapi semua rencana kacau saat ia malah jatuh secara harfia ke pelukan sang pangeran yang tak pernah ia pilih.

Ketegangan, kekonyolan, dan adu mulut menjadi awal dari kisah mereka. Tapi akankah hubungan cinta-benci ini berubah jadi sesuatu yang lebih hangat dari sekadar perjodohan paksa?

Kisah cinta kerajaan dibalut drama komedi yang manis, dramatis lucu, tegang dan bikin gemas!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Siti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RAHASIA YANG TERUNGKAP

Meilan menunduk, suaranya lirih,

“Maaf, Nona...”

Zhao menatap tajam.

“Jadi benar ada yang kau sembunyikan dariku. Jawab jujur, Meilan.”

Meilan mengangguk pasrah.

“Apa itu?” tanya Zhao, nada suaranya menuntut.

“Tapi... kalau aku jujur, Nona tidak akan marah? Aku takut Nona akan membenciku...” Meilan kembali menunduk.

“Aku tidak janji. Tergantung sebesar apa kebohonganmu,” ucap Zhao tanpa basa-basi.

Meilan memberanikan diri, “Sebenarnya... hanya satu hal, Nona.”

“Ya sudah, apa itu? Justru kalau kau tidak cerita, aku akan semakin marah,” ujar Zhao.

Meilan menarik napas dalam-dalam, seakan bersiap menanggung hukuman.

“Nona, aku minta maaf. Sebenarnya aku sudah mengenal Pangeran Wang jauh sebelum mengenal Nona. Bahkan sejak aku berusia enam tahun...”

Zhao menoleh cepat.

“Apa...? Jadi ini... rahasia antara kau dan Pangeran Wang, suamiku?”

Meilan mengangguk pelan.

“Jadi... kalian sudah saling mengenal sejak usiamu enam tahun, dan kau dikirim ke tempatku saat berumur dua belas tahun?” tanya Zhao, menelaah cepat.

“Iya, Nona. Saat aku berusia enam tahun, aku hampir dijual dalam perdagangan manusia. Pangeran Wang menyelamatkanku. Ia membeliku mungkin karena kasihan melihat aku sebatang kara. Setelah itu, aku dilatih seperti prajurit lainnya hingga benar-benar terlatih. Tapi, begitu aku mulai remaja, Pangeran Wang tak ingin aku terlibat dalam peperangan. Akhirnya, dia menitipkanku pada keluarga Nona.”

“Lalu?” Zhao menyimak, matanya menyipit.

“Pangeran Wang awalnya tak tahu kalau majikanku adalah Nona. Saat perjodohan Nona diumumkan, aku kaget. Diam-diam, aku mulai menemui Pangeran Wang setiap kali kita berada di istana. Mungkin karena itu, beliau tidak menolak perjodohan itu.”

Zhao berdiri, ekspresinya campur aduk antara marah dan kecewa.

“Jadi kebohongan sebesar ini kalian sembunyikan dariku? Kau ternyata bukan wanita lugu seperti yang kupikirkan tapi seorang prajurit terlatih! Aku... aku benar-benar tak sadar semua kepura-puraanmu!”

“Tapi Nona... aku tulus menyayangi Nona. Mungkin Pangeran Wang hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk bercerita...” Meilan berusaha menjelaskan.

“Pantas saja kau sering menghilang setiap kali kita di istana! Dan Pangeran Wang juga tak pernah bilang apa pun padaku!” gerutu Zhao geram.

“Nona... maafkan aku...”

“Siapa lagi yang tahu? Selain Hwa Jin?” tanya Zhao penuh curiga.

“Pangeran Yu... Tapi Nona, aku tak pernah memberi tahu Nona Hwa Jin. Dan Pangeran Wang juga tidak. Mungkin Pangeran Yu juga tidak.”

“Aku tak peduli dia tahu dari mana. Tapi kalau Pangeran Yu pun tahu dan memilih diam... bahkan pria selembut dia ikut-ikutan merahasiakannya dariku? Aku pikir dia berpihak padaku...” gumam Zhao, kecewa.

Zhao duduk dan memijit pelipisnya. Kepalanya terasa berat.

“Di istana ini... tak ada satu pun yang bisa kupercaya lagi.”

“Nona... aku janji, aku tak akan menyembunyikan apa pun lagi...” Meilan benar-benar menyesal.

Zhao menatap kosong.

“Aku... aku tak tahu. Aku muak. Sampai besok pagi, aku tak ingin melihatmu. Bahkan melihat Pangeran Wang pun tidak. Kalau tidak, aku bisa tambah kesal.”

“Tapi kalau Nona butuh sesuatu...?”

“Aku bisa mengurusnya sendiri!” sahut Zhao dengan nada sinis yang terdengar... tetap lucu.

“Tapi janjikan hanya sampai besok pagi ya, Nona. Aku rela dimarahi, asal jangan dibenci. Aku... aku tidak sanggup kalau Nona membenciku lama-lama...” Meilan memohon lirih.

“Meilaaaaan! PERGIIII!” teriak Zhao sambil menunjuk pintu seperti anak kecil yang ngambek.

Meilan terkejut dan langsung lari keluar, buru-buru menutup pintu kamar Zhao. Di luar, ia duduk bersandar di dinding, menatap langit dengan mata berkaca.

Sementara itu, Zhao duduk sendiri di dalam kamar. Ia memegangi dahinya, mendesah kesal.

“Kenapa sih semuanya membodohiku...”

Diam-diam, Zhao keluar dari kamar untuk menenangkan diri. Di taman istana, ia berpapasan dengan Pangeran Jae Min yang baru saja kembali dari kegiatan luar.

“Kakak Zhao!” sapa Jae Min ceria.

Zhao menoleh, menatapnya curiga.

> Apa dia juga terlibat...? batinnya.

Pangeran Jae Min memperhatikan ekspresi wajah Zhao yang murung.

“Kau kenapa, Kakak Ipar? Kelihatan... muram begitu.”

“Kau ke mana saja?” tanya Zhao datar.

“Aku? Ahhh, sibuk banget! Ayah tahu aku sudah cukup pandai bela diri, jadi sekarang aku dilibatkan dalam urusan-urusan kerajaan. Padahal... aku masih pengin main! Ini menyebalkan!” jawab Pangeran Jae Min dengan gaya manja khasnya.

Zhao akhirnya tersenyum kecil.

“Oh... pantes.”

“Kau baik-baik saja?” tanya Jae Min lembut.

Zhao menarik napas panjang, lalu jongkok di rerumputan. Pangeran Jae Min ikut jongkok di sebelahnya. Keduanya tampak seperti dua anak kecil yang sedang bermain kelereng.

Zhao pun mulai bercerita tentang kejadian-kejadian yang menimpanya selama Jae Min tidak ada, dengan ekspresi khasnya yang heboh dan gerakan tangan yang dramatis. Jae Min mendengarkan serius, sesekali tertawa, sesekali mengangguk.

“Tapi...” Zhao tiba-tiba menjadi serius. “Dari semua kejadian itu... ada satu hal yang bikin aku benar-benar kesal.”

“Apa?” tanya Jae Min penasaran.

“Meilan. Dia ternyata seorang prajurit wanita yang dulu dilatih langsung oleh Pangeran Wang.”

Pangeran Jae Min membelalakkan mata.

“Aish! Pantesan waktu malam itu kita diserang, dia bisa bertarung sehebat itu! Aku kira dia memang kau latih diam-diam!”

“Jadi... kau juga gak tahu?” tanya Zhao, memastikan.

“Aku sempat curiga sih, tapi aku gak terlalu ambil pusing. Eh, malah kau yang kasih tahu aku sekarang.” Jae Min tertawa kecil.

Zhao menyipitkan mata.

“Dasar kau...”

“Tentang Nona Hwa Jin... aku gak nyangka juga dia seperti itu. Aku jadi kasihan sama Kakak Yu...” ujar Jae Min pelan.

Zhao mengangguk setuju.

“Sudahlah... Mungkin mereka bertiga memang punya alasan kenapa belum bisa memberitahumu. Kau jangan terlalu bawa perasaan. Lagi pula, mereka semua itu... tulus padamu. Dan kau tahu itu.”

Zhao diam. Senyum tipis mulai muncul di wajahnya. Ia menepuk-nepuk lengan Jae Min ringan.

Pangeran Yu menghampiri Zhao dan Pangeran Jae Min yang sedang mengobrol di taman. Keduanya secara refleks menatapnya dari ujung kaki sampai ke atas kepala secara bersamaan.

“Kalian sedang apa?” tanya Pangeran Yu sambil menunduk sedikit, memperhatikan wajah Zhao.

Zhao dan Jae Min langsung berdiri. Zhao sempat teringat pada ucapan Hwa Jin kepadanya, dan juga pernyataan Meilan soal Pangeran Yu yang tahu identitas Meilan selama ini.

“Kakak Yu...” sapa Pangeran Jae Min ramah.

“Kau sudah kembali, adik?” Pangeran Yu tersenyum hangat seperti biasa.

“Iya, Kak,” sahut Jae Min ceria.

Zhao hendak pergi, mencoba menghindari Pangeran Yu. Namun...

“Zhao,” panggil Pangeran Yu, menghentikan langkahnya.

Zhao menoleh.

“Adik, aku ingin bicara sebentar dengan Zhao,” ucap Pangeran Yu sopan. Jae Min mengangguk, lalu pergi meninggalkan mereka dengan senyuman.

Zhao mendesah pelan.

“Kenapa tidak langsung saja bicara di depan dia juga,” gumamnya.

“Zhao, tentang Hwa Jin... aku minta maaf untuk semua yang terjadi,” ucap Pangeran Yu tulus.

“Pangeran Yu, aku sedang tidak ingin membahasnya. Aku memang kecewa padanya, tapi di balik itu... aku pernah menyayanginya sebagai sahabatku. Dan sekarang dia istrimu. Jadi... aku memilih melupakannya,” ujar Zhao pelan tapi tegas.

“Kau memang tidak berubah,” ucap Pangeran Yu dengan senyum tipis.

Zhao menatapnya tajam. “Urusan dia, kau urus sendiri. Tapi ada hal lain yang harus kau jelaskan padaku.”

Pangeran Yu mengernyit.

“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku soal identitas Meilan? Kau juga tahu, kan?”

“Kau sudah tahu?” tanya Pangeran Yu, agak terkejut.

“Ya, dan kenapa kau ikut menyembunyikannya dariku? Oke lah, Meilan dan Pangeran Wang itu keras kepala, tapi kau? Kau yang lembut seperti kapas, kenapa ikut-ikutan diam? Bahkan... kau memberitahu istrimu!”

Pangeran Yu mengangkat alis.

“Aku memberi tahu Hwa Jin? Aku tidak pernah cerita padanya soal itu.”

Zhao menyipitkan mata. “Entahlah dia tahu dari mana. Aku tidak peduli. Yang jelas, aku sekarang muak pada kalian bertiga!” ucap Zhao tajam, lalu pergi meninggalkan Pangeran Yu yang hanya bisa menatap punggungnya dengan bingung.

> “Kenapa aku juga disalahkan...? Tapi siapa yang memberitahu Hwa Jin...?” gumam Pangeran Yu pada dirinya sendiri.

---

Malam harinya...

Zhao sedang duduk di kamarnya, memijat pelipisnya sendiri dengan wajah letih. Di luar kamar, Meilan berdiri mematung di depan pintu, berharap Zhao memanggilnya masuk.

Pangeran Wang yang baru kembali ke kediaman mereka memperhatikan Meilan.

“Ada apa? Zhao baik-baik saja?” tanyanya.

Meilan mengangguk pelan.

“Pangeran... sebaiknya jangan masuk dulu.”

“Kenapa? Ini kediamanku,” balas Pangeran Wang.

“Yah... terserah Pangeran. Tapi paling juga sebentar lagi keluar lagi,” gumam Meilan datar.

“Apa maksudmu?” Pangeran Wang mengabaikan ucapannya dan langsung membuka pintu.

Ia melihat Zhao duduk sambil memijit kepalanya. Ia menghampirinya.

“Kau kenapa? Pusing?” tanyanya.

Zhao menoleh kesal dan langsung bangkit.

“Apa Meilan tidak memberitahumu kalau aku tak ingin melihat kalian?”

“Tapi kenapa? Apa salahku?” tanya Pangeran Wang bingung.

“Kau... menyembunyikan soal Meilan dariku. Padahal kau tahu betul siapa dia!”

“Kau tahu?” Pangeran Wang mengangkat alis.

“Ya, dan yang paling membuatku marah, kenapa bukan kalian sendiri yang memberitahuku?!”

“Aku bisa menjelaskannya.”

“Aku tidak butuh penjelasan darimu malam ini! Dan aku tidak mau melihatmu sampai besok pagi!” ucap Zhao tajam.

Pangeran Wang mematung. “Lalu... kau mau mengusirku dari rumahku sendiri? Hei, aku ini suamimu, dan aku capek baru pulang!”

Zhao menatap sinis, dingin.

Pangeran Wang menghela napas. Meski tetap tampak dingin dan tenang, jelas dia bingung menghadapi istrinya yang marah.

“Kau keluar, atau aku akan sangat marah padamu setiap hari,” ancam Zhao.

Pangeran Wang menyerah.

“Lalu... aku tidur di mana?”

Zhao diam menatapnya penuh peringatan. Pangeran Wang mundur perlahan dan akhirnya keluar.

“Baik... tapi hanya malam ini!” ucapnya sebelum menutup pintu.

Di luar, Meilan dan para pengawal pribadi Pangeran Wang sudah menebak kejadian ini.

“Dia hanya sedang kesal... Sepertinya aku harus begadang malam ini. Dan kalian harus menemaniku,” ucap Pangeran Wang datar.

“Aku juga?” tanya Meilan pasrah.

Tak lama, Pangeran Yu dan Jae Min ikut datang.

“Kalian berdua juga ikut begadang denganku malam ini,” ucap Pangeran Wang tanpa basa-basi.

“Hah?! Kenapa aku ikut juga, Kak? Aku lelah!” keluh Pangeran Jae Min dengan gaya manjanya.

“Apa Kakak dimarahi oleh Zhao?” tanya Pangeran Yu penasaran.

“Tidak. Dia hanya... sedikit kesal. Ayo, kita ke ruang pribadiku. Kita begadang di sana.”

Dan begitulah, mereka berlima berkumpul semalaman Pangeran Wang, Pangeran Yu, Pangeran Jae Min, Meilan, dan pengawal pribadi Pangeran Wang.

“Dia yang galau, kenapa kita yang susah,” gumam Jae Min sambil menguap lebar.

Pangeran Yu hanya tersenyum kecil, sementara Meilan dan sang pengawal duduk diam, tampak lelah tapi patuh.

“Kak, boleh aku tidur? Meilan juga kasihan, dia wanita. Dan Pangeran Yu, istrimu pasti mencarimu!” rengek Jae Min sambil meringkuk di sudut ruangan.

“Meilan sudah terbiasa. Dan... Pangeran Yu, kau yakin istrimu mencarimu?” tanya Pangeran Wang tenang.

Pangeran Yu hanya terdiam.

“Aishhh!” desis Jae Min kesal.

“Kakaaaak~”

“Kau bawel sekali,” ucap Pangeran Wang.

Malam itu pun berlalu dengan mereka semua begadang, mencoba mencari cara agar Zhao tidak marah lagi besok.

malam semakin larut. Lima orang duduk melingkar dengan wajah letih.

Pangeran Wang, Pangeran Yu, Pangeran Jae Min, Meilan, dan seorang pengawal pribadi. Lilin-lilin nyaris padam, namun suasana belum juga tenang. Semua terdiam, memikirkan satu hal yang sama, bagaimana menghadapi Zhao besok pagi?

Pangeran Wang menatap ke luar jendela sambil menguap

Meilan menggigit bibirnya. “Kalau saja aku jujur sejak awal nona tidak akan semarah ini...”

Pangeran Yu menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah... siapa yang memberitahu Hwa Jin tentang Meilan?”

Mereka semua terdiam.

Pangeran Jae Min perlahan mendongak.

“Kalau bukan Pangeran Wang, bukan Meilan, bukan juga Pangeran Yu... berarti...”

Pangeran Wang menoleh cepat. Tatapannya mengeras.

“Jangan bilang... ada orang lain yang sengaja membocorkan... untuk menjatuhkan Zhao?”

Suasana langsung berubah tegang.

Pangeran Yu mengangguk pelan. “Ada yang sedang bermain dari belakang...”

Pangeran Wang berdiri.

“Kita harus mencari tahu siapa dalangnya sebelum ia bergerak lebih jauh.”

Cahaya lilin terakhir padam.

Gelap

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!