Novel religi spesial menyambut bulan ramadhan.
♡
♡
Iqbal Al-Alim , seorang lelaki tampan yang menyukai dunia luar seperti balapan motor dan tawuran. Tingkahnya yang susah diatur membuat ke dua orang tuanya pusing sendiri. Sehingga mereka memasukkan Iqbal ke sebuah pondok pesantren, dengan tujuan agar Iqbal bisa merubah kelakuannya.
Awal tinggal di pesantren Iqbal memang susah di atur, namun lama kelamaan dia bisa menjadi santri yang taat. Bahkan Iqbal menemukan cinta sejatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amallia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode.27
Nisa sudah tidak pernah lagi datang ke pesantren. Dia sudah berpamitan secara baik-baik kepada para Ustadz dan Ustadzah, bahkan kepada Kiyai Ahmad. Tentu semuanya heran dengan Nisa yang tiba-tiba berpamitan. Karena Nisa termasuk santriwati pintar di pondok pesantren. Bahkan baru saja akan di tawarkan untuk mengajar seperti Aisha. Tetapi keburu Nisa berpamitan keluar dari pesantren.
Iqbal juga sudah menyuruh anak buahnya yang tak lain teman gengnya dulu, untuk mencari informasi tentang Nisa. Ternyata mereka berhasil mendapatkan informasi dan sudah memberitahukannya kepada Iqbal.
Iqbal baru pulang dari kantor. Dia menghampiri istrinya yang sedang duduk di ruang makan. Aisha sedang asyik menikmati rujak buatannya sendiri.
"Tumben nih istriku tidak menyambut suaminya pulang." Iqbal menarik kursi yang ada di sebelah istrinya lalu duduk disana. Menatap istrinya yang terlihat begitu lahap menikmati rujak.
"Maaf, Mas. Tapi Ais sedang malas," kata Aisha.
"Gara-gara Mas dulu pemalas, jadi anak kita juga bikin emaknya malas. Tapi tidak apa-apa, yang terpenting kalian berdua sehat." Iqbal menaruh tangannya di perut istrinya dan mulai mengusapnya.
Aisha berhenti makan sejenak. Dia menatap suaminya yang duduk di sebelahnya. "Mas, apa kamu sudah dapat informasi tentang Nisa?"
"Oh iya hampir lupa. Tadi Mas baru mendapat kabar dari anak buah Mas bahwa Nisa sekarang tinggal di kontrakan."
"Loh kok di kontrakan? Bukankah dia masih punya rumah?"
"Mungkin saja dia ingin mandiri, sayang."
"Tapi Nisa itu lebih betah tinggal bersama orang tuanya. Apalagi dia anak satu-satunya. Aku sudah sangat mengenal Nisa," ucap Aisha.
"Lebih baik kamu temui orang tua Nisa saja. Mungkin mereka sedang ada masalah keluarga," ujar Iqbal memberikan saran.
"Bagus juga ide Mas Iqbal. Besok deh aku mau mampir ke rumah Nisa dulu sebelum berangkat mengajar."
"Ya sudah lebih baik kita sudahi dulu membicarakan Nisa-Nya. Ayo antar Mas ke kamar!" ajak Iqbal.
"Malas, Mas. Kamu sendiri saja deh."
Tanpa persetujuan, Iqbal menggendong istrinya dan membawanya menuju ke kamar. Aisha terus memberontak karena tak mau ikut. Adegan ke duanya di saksikan oleh Bu Fatma. Bu Fatma senang melihat anak dan menantunya terlihat sangat romantis.
...
...
Aisha baru saja bertamu di rumah orang tua Nisa. Hal tak terduga kini dia ketahui. Yaitu menyangkut kehamilan Nisa. Aisha tak menyangka kalau Nisa sedang hamil, karena Nisa belum menikah. Tetapi itulah kenyataan yang sesungguhnya. Aisha tak menyangka jika Nisa hamil di luar nikah. Dan yang menjadi pertanyaan, siapa lelaki yang sudah menghamilinya.
Saat ini Aisha baru sampai di rumah. Dia turun dari mobil lalu bergegas masuk ke rumah. Dia mencari keberadaan suaminya.
"Mas, kamu dimana?" Aisha menatap ke sekitar ruang depan.
Bu Fatma melihat ke pulangan Aisha yang tiba-tiba langsung mencari keberadaan Iqbal. Bu Fatma menghampiri Aisha yang sedang berdiri di ruang depan.
"Nak, ada apa? Kok kamu panggil-panggil suami kamu?" tanya Bu Fatma.
"Iya, Mah. Apa Mas Iqbal sudah pulang kerja?"
"Belum, Nak. Sepertinya hari ini Iqbal pulang sedikit telat. Tadi dia menghubungi mamah. Katanya dia sudah mencoba menghubungimu tetapi nomor kamu tidak aktif."
"Astaghfirullah'aladzim. Aku sampai lupa kalau ponselku kehabisan baterai, Mah. Ya sudah kalau begitu Nisa mau ke kamar."
Sesampainya di kamar, Nisa langsung mengisi daya ponsel miliknya. Dia juga buru-buru menghidupkan ponselnya lalu mengirim pesan kepada suaminya. Aisha meminta suaminya untuk cepat-cepat pulang.
"Lebih baik aku mandi dulu deh." Aisha beranjak dari duduknya lalu pergi menuju ke kamar mandi.
Tak lama, terlihat Iqbal yang baru sampai di rumah. Dia menghampiri ibunya yang sedang duduk sendirian.
"Mah, tumben nih sendirian." Iqbal mendekati ibunya lalu menjabat tangannya.
"Iya, Nak. Kamu baru pulang?"
"Iya, Mah. Kalau begitu aku ke kamar dulu ya.” Iqbal berlalu pergi menuju ke kamarnya.
Aisha yang baru keluar dari kamar mandi, melihat suaminya yang sudah berada di kamar
“Mas, masuk kok tidak ketuk pintu?”
“Kata siapa? Tadi Mas ketuk pintu kok, tapi kamu tidak mendengarnya karena sedang berada di kamar mandi,” jawab Iqbal.
“Iya deh. Tapi sekarang Mas Iqbal balik badan. Aku mau pakai baju dulu,” ucap Aisha sambil mengambil pakaian ganti miliknya yang tergeletak di atas sofa.
“Masa harus balik badan segala sih? Mas ini kan suami kamu. Jadi bebas mau memandang bagian tubuh kamu yang mana pun.” Iqbal berucap tanpa mengedipkan sedikit pun matanya. Dia fokus menatap istrinya.
“Ih Mas Iqbal jangan me*sum! Ini masih sore. Cepat balik badan atau nanti malam tidur di luar.” Aisha mengancam suaminya.
“Baiklah, sayang.” Iqbal berbalik badan sesuai keinginan istrinya.
Setelah selesai berganti pakaian, Aisha menyuruh suaminya untuk mandi. Dia juga menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya.
“Mas, kenapa masih berdiri disitu? Cepat mandi!” pinta Aisha.
“Memangnya kenapa sih, sayang?”
“Ini sudah hampir malam, Mas. Dan juga aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu, tapi nanti.”
“Kamu mau bicara apa, sayang?”
“Nanti saja bicaranya setelah Mas Iqbal mandi.”
“Baiklah.” Iqbal terpaksa harus bersabar walaupun sebenarnya sangat penasaran dengan apa yang akan di katakan oleh istrinya.
....