PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 30
"HARUSKAH Aku mengikat perjanjian mesra dengannya?" pikir Suto Sinting.
"Tapi jika tidak dengan cara begitu, terlalu sulit melacak si pemilik ilmu 'Gerhana Senyawa' itu, apalagi mendapatkan rahasia kelemahannya, tentu akan lebih sulit lagi." Jerami Ayu mulai berani mengusap lengan kekar Suto Sinting. Usapan lembut itu dibarengi kata-kata yang semakin berkesan membisik penuh desah menggoda birahi.
"Aku punya tempat yang sangat Indah untuk memadu kemesraan. Tak seorang pun tahu tempat itu. Apakah kau tak ingin menengoknya ke sana?"
"Tapi aku bukan budak nafsu, Jerami Ayu!"
"O, aku tidak menganggapmu begitu. Kau tetap Seorang pendekar yang gagah perkasa dan punya keberanian tinggi. Justru jika tanpa tunjukkan kemampuanmu dalam bercinta, rasa-rasanya kau seperti pendekar yang kurang perkasa," sambil tangan perempuan itu mulai meraba punggung Suto Sinting.
Kuku-kuku Jarinya mencakar lembut di permukaan punggung berlapis baju coklat itu. Cakaran kuku yang merayap samar-samar itu bagaikan gelitik penggugah hasrat bercumbu bagi si Pendekar Mabuk yang maslh dikerumuni pertimbangan dalam benaknya.
"Haruskah aku luluh dengan perjanjlan seperti itu? Haruskah kukorbankan kesetiaanku terhadap Dyah Sariningrum demi dapatkan rahasia kelemahan llmu 'Gerhana Senyawa' Itu? Bagaimana jika ku lawan sendiri dengan ilmuku? Hmmm... mungkin aku bisa hancurkan si pemilik ilmu Itu, tapi bagaimana dengan bayangannya? Tentu bayangan hitamnya sulit kuhancurkan. Dan... Jerami Ayu agaknya mengetahui betul kelemahan melawan bayangan Itu. Buktinya la bisa lolos darl maut, tak senasib dengan Nanggala. Tapi.. haruskah kutebus dengan kehangatan darah kemesraanku?!"
Jerami Ayu mendesak terus secara halus. la menempelkan bibirnya ke lengan Suto setelah berkata lirih dengan suara agak parau.
"Sebentar lagi petang datang, lebih indah lagi jika kita nikmati rembulan tipis di langit dengan kemesraan yang hangat. Aku yakin kau mempunyai kehebatan dalam bercumbu. Aku yakin kau mampu membuatku menjerit ditikam kenikmatan darimu.
Hik, hik, hik, hik...."
Pendekar Mabuk mulai rasakan sentuhan hangat bibir Jerami Ayu di lengannya. Perempuan itu sengaja membuat darah kemesraan Suto terbakar dengan gunakan mulutnya yang sesekali menggigit kecil lengan itu, bagai membangkitkan kejantanan si pendekar tampan Itu.
Tubuhmu kekar, berisi, pasti cumbuanmu lebih dahsyat dari semua lelaki yang ada di bumi ini. Apakah kau tak merasa sayang membuang waktu dengan hanya diam begini, sementara si pemilik ilmu 'Gerhana Senyawa' itu telah lari lebih jauh dari kita?" Suto Sinting hempaskan napas, bagai menahan
gejolak hasrat untuk saling berpelukan. la tetap berdiri tegak tanpa memberikan reaksi apa pun kecuali ucapan lirih yang didengar oleh Jerami Ayu.
"Aku tak sanggup mengikat perjanjian mesra denganmu."
"Ah, kau pasti sanggup! Kau punya kemampuan yang hebat kok. Tuh... benar, kan?!" ujar Jerami Ayu sambil mengikik, karena tangannya segera menyentuh sesuatu yang dimiliki Suto, dan sesuatu itu kini dalam keadaan penuh tantangan, bagai pendekar yang siap hadapi pertarungan kapan saja.
"Atau kau Ingin kita bermalam di bawah pohon sebelah sana? Rindang dan terlindung dari akar-akarnya yang mirip bilik kamar itu? Kurasa tempat itu juga Indah dan membangkitkan gairah juga. Sebentar lagi rembulan tipis akan muncul, dan tentu
saja kemesraan kita akan semakin tambah menggelora, bukan? HIk, hik, hik, hik, hik!"
"Tidak, Jerami Ayu! Aku tidak ingin melakukannya."
"Aku tidak percaya. Kau pasti ingin melakukan nya, tapi kau malu kepadaku. Ooh.. tak usah malu, Pendekar tampan. Kita saling..."
"Hentikan rayuanmu, Perempuan Iblis!" sentak sebuah suara yang tiba-tiba muncul dari belakang mereka. Suara lantang itu sangat mengejutkan Suto maupun si Jerami Ayu. Mereka cepat berpaling dengan wajah menegang.
"Pandawi...?!" sapa Suto Sinting dengan suara bernada heran.
Rupanya orang yang tiba-tiba muncul di belakang mereka adalah si Pandawi, mantan prajurit wanita Ratu Kehangatan yang pernah Jumpa dengan Suto dalam memperebutkan Pedang Jagal Keramat. Rupanya si Jerami Ayu juga mengenal gadis
bertubuh tinggi, berperawakan kekar dan sekal itu. Gadis itu masih tetap mengenakan pakalan prajurit walau sudah bukan lagi seorang prajurit. Rompi zirah anti senjata tajam dikenakan dalam keadaan ketat dengan tubuh, hingga membentuk keelokan tubuhnya yang sekal dan berdada montok. Belahan
depan rompi itu menampakkan sebagian gumpalan dada yang berwarna putih mulus Itu. Gadis yang mengenakan bawahan semacam rok dari campuran tembaga yang anti goresan senjata tajam itu melangkah leblh dekat lagi rambutnya yang tergerai melewati pundak dengan bagian depan diponi Itu tampak bergerak-gerak sesual irama langkahnya yang tegar.
Pisau-pisau kecil yang terdapat di kedua kaki, tangan, pundak, dan sekeliling sabuk, membuat ia tampak seperti panglima berpedang besi warna hitam panjang.
"Ini bukan urusanmu, Pandawi! Pergilah sana, dan biarlah aku selesaikan urusan pribadiku dengan pemuda tampan ini!" ujar Jerami Ayu dengan tegas.
"Kudengar rayuan licikmu akan menjeratnya dalam pergumulan mesummu! Aku tahu siapa dia, dan hatiku tak rela jika dia menjadi korban gairah binatangmu, Jerami Ayu!"
"Pandawi!" sentak Jerami Ayu dengan berang. la melangkah maju tinggalkan Suto, sementara itu Suto sendiri hanya menjadi penonton perdebatan kedua wanita itu sambil bertanya-tanya dalam hati,
"Apa maksud Pandawi menghalangi niat Jerami Ayu?!"
Wajah Suto menatap tak berkedip kepada kecantikan Pandawi yang beralis tebal, berhidung.mancung, bermata biru, dan berbibir sensual itu. Sesekali gerakan tatapan mata Pandawi tertuju kepada Suto, namun segera berpindah ke arah Jerami Ayu jika tatapan itu beradu pandang dengan tatapan Suto Sinting.
"Sejak kapan kau menjadi perempuan suci, Pandawi?! Jangan berlagak suci di depanku, karena aku tahu kau mantan pengikut ratu bejat juga! Kuharap kau tak mengganggu urusan pribadiku. Kita sama-sama bukan perempuan suci, Pandawi!l"
"Aku tidak setuju dengan caramu menjeratnya! Kau dusta! dia dengan mengaku orang yang tahu rahasia ilmu 'Gerhana Senyawa' itu, padahal pengetahuanmu tentang ilmu itu sangat cetek dan tak bisa untuk menolong dirimu sendiri!"
"Bungkam mulutmu, Jahanam!" sentak Jerami Ayu tak sabar bicara halus lagi.
Pandawi berseru kepada Pendekar Mabuk,
"Sutooo...! Pergilah, dan jangan dengar bujukan perempuan rakus ini! Dia tak tahu tentang rahasia ilmu 'Gerhana Senyawa'! Kau akan dibohonginya, Suto! Pergilah sana, lekas!" Pendekar Mabuk sempat bimbang walaupun ia bergerak mundur. Tapi langkahnya itu terhenti karena jeritan Jerami Ayu yang memekik sambi! lepaskan murkanya kepada Pandawi.
"Heeeaaah...!"
Weesss...! Jerami Ayu menerjang Pandawi dengan pedang tahu-tahu sudah di tangan dan berkelebat menebas leher.
Pandawi berlutut satu kaki dan menghadangkan pedangnya ke atas. Trrang...! Pedang Jerami Ayu tertangkis, kejap berikutnya Pandawi berguling di tanah dan menyamparkan kakinya.
...*...
...* *...