Cowok Rocker Masuk Pesantren

Cowok Rocker Masuk Pesantren

Episode.1

Bintang dan bulan terlihat menyinari gelapnya malam. Di malam yang terang ini di manfaatkan oleh segerombolan anak muda untuk berkumpul di jalanan. Mereka adalah Iqbal dan teman-temannya.

Terdengar suara klakson motor yang begitu nyaring dari arah belakang. Iqbal menoleh, melihat rivalnya datang.

''Iqbal, kalau Lo berani, ayo kita balapan di jalanan!'' Reno sang rival menantang Iqbal.

''Oke, siapa takut,'' tentu Iqbal menerima tantangan itu, karena dia sangat yakin jika dia akan menang.

Geng mereka sama-sama berdiri di sisi jalan bersorak menyemangati ketua geng mereka yang akan balapan.

Iqbal sudah berada di atas motornya. Dia menatap Reno yang berada di sampingnya dengan tatapan meremehkan.

Seorang wanita cantik berdiri di tengah-tengah antara mereka berdua dengan melambaikan bendera menggunakan satu tangannya.

''Oke bersiap! Satu dua go ... '' ucap sang wanita.

Iqbal dan Reno langsung tancap gas dan mengendarai motornya dengan sangat cepat. Di antara ke duanya tidak ada yang mau mengalah sama sekali.

Tiba-tiba terdengar suara sirene mobil polisi. Teman geng Iqbal dan Reno melarikan diri sebelum polisi sampai di tempat itu. Sedangkan Iqbal dan Reno masih berada di jalanan mengendarai motor mereka semakin cepat.

Iqbal tak bisa berkutik saat melihat mobil polisi berhenti di tengah jalan. Dia memperlambat laju motornya sambil menatap sekitar mencari jalan keluar. Tapi sayang di tempat balapan liar itu hanya ada satu jalan masuk dan satu jalan keluar. Jadi Iqbal benar-benar tidak bisa melarikan diri.

Iqbal melihat Reno yang sedang memanjat pagar pembatas dan sudah berhasil keluar dari area balap. Dia juga mengikuti apa yang Reno lakukan. Tapi sayangnya saat sudah berada di atas pagar, satu kakinya di pegang oleh seorang polisi dari belakang.

''Turun atau kami tembak sekarang!'' salah satu polisi mengarahkan pistol kepada Iqbal.

''Iya, Pak. Oke saya turun,'' karena Iqbal masih sayang dengan nyawanya, maka dia menuruti apa kata polisi itu.

Iqbal di bawa ke kantor polisi untuk di lakukan interogasi. Sebenarnya tanpa sepengetahuan Iqbal, Reno yang sudah menghubungi polisi dan meminta untuk datang ke sirkuit. Dia sengaja menjebak Iqbal.

Kenapa balapan liar ini di larang, itu karena setiap ada balapan pasti ada taruhan dan juga tawuran. Sering kali memakan korban. Masyarakat di sekitar pun merasa resah karena tidur mereka selalu terusik jika ada yang balap motor disana.

30 menit kemudian, Pak Bima yang merupakan ayah Iqbal datang ke kantor polisi. Jujur saja Pak Bima sangat kecewa dengan anak semata wayangnya. Jika pergaulannya seperti ini, bagaimana bisa di percaya untuk mengurus perusahaannya kelak.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Iqbal. Sorot mata Pak Bima terlihat menajam. Iqbal memegangi pipinya yang di tampar oleh ayahnya.

''Kelakuan kamu itu sudah sangat kelewatan. Kamu hanya bermain di jalanan, tanpa memikirkan masa depan. Papah kecewa sama kamu, Iqbal. Biarkan saja kamu berada di penjara biar kamu sadar,'' ucap Pak Bima.

''Pah, tolong Iqbal. Iqbal tidak mau berada disini,'' Iqbal memegang satu tangan ayahnya. Dia juga menatap ayahnya penuh harap.

Pak Bima sudah kewalahan mengurus anaknya itu. Padahal anaknya baru saja lulus kuliah, namun tidak ada kemauan untuk bekerja sama sekali. Malah asyik senang-senang di luaran.

''Baiklah, papah akan bebaskan kamu dengan satu syarat ... '' Pak Bima menarik sudut bibirnya sehingga memperlihatkan sebuah senyuman.

''Apa pun itu akan Iqbal turuti asal Iqbal di bebaskan dari sini.''

''Nanti saja papah bicara di rumah. Sekarang papah urus semuanya dulu,'' Pak Bima menepuk-nepuk pelan bahu anaknya, lalu menemui polisi untuk membantu mengeluarkan anaknya dari sana.

Iqbal bisa bernapas lega karena dia tidak di tahan. Berkat bantuan ayahnya, dia bisa lepas dari jerat hukum.

Sesampainya di rumah, Iqbal melihat ibunya yang sedang duduk di ruang depan. Sedangkan di dekatnya ada sebuah koper besar.

''Mah, kok ada koper? Memangnya mamah mau kemana?'' tanya Iqbal.

''Bukan mamah yang akan pergi, tapi kamu, Nak.''

''Jadi Iqbal di usir dari rumah ini?'' Iqbal menatap ke dua orang tuanya secara bergantian.

''Tadi katanya kamu mau menuruti permintaan papah karena sudah membebaskan kamu. Jadi papah dan mamah ingin kamu tinggal di pesantren untuk belajar ilmu agama,'' ucap Pak Bima.

''Apa? Iqbal tidak mau!''

''Kalau kamu tidak mau, nanti papah akan menelepon polisi dan meminta untuk menangkapmu,'' ancamnya.

Iqbal kehabisan kata-kata. Menginjakkan kaki ke pesantren tidak pernah terpikirkan sama sekali di benaknya.

''Baiklah, tapi Iqbal mau cek pakaian Iqbal dulu.'' Iqbal membuka koper besar miliknya. Keningnya mengerut saat melihat isi koper hanya berisi baju koko, sarung dan pakaian lainnya. Sama sekali tidak ada pakaian miliknya yang biasa dia kenakan.

''Pakaian siapa ini? Kenapa bukan punyaku?'' Iqbal bertanya kepada ibunya.

''Ini punya kamu, Nak. Mamah sengaja membelikannya.''

''Iqbal tidak suka,'' Iqbal berlalu pergi ke kamar mengambil pakaian yang ingin dia bawa.

Iqbal sudah mengambil beberapa pakaian kesayangannya dan memasukkan ke koper. Dia hendak menyingkirkan pakaian lain di dalam koper, namun ibunya melarang.

''Jangan kamu keluarkan! Bawa saja semua untuk baju ganti nanti di pesantren,'' ucap Bu Fatma.

''Iya iya deh,'' Iqbal menurut dengan ibunya. Dia langsung menutup kopernya.

Bu Fatma menyuruh Iqbal untuk segera istirahat. Karena besok pagi Iqbal harus pergi ke pesantren.

...

...

Iqbal menutupi telinganya dengan tangan karena merasa terusik dengan ketukan pintu dari luar kamar. Padahal masih enak-enaknya tidur, tapi sudah ada yang mengganggu.

''Siapa sih gangguin banget,'' karena terus terusik, akhirnya Iqbal turun dari atas ranjang lalu dia membuka pintu kamarnya.

Bu Fatma menggeleng-gelengkan kepalanya melihat penampilan anaknya yang terlihat acak-acakan.

''Iqbal, kamu itu harus membiasakan diri bangun pagi. Apalagi nanti kamu akan tinggal di pesantren,''' ujar Bu Fatma menasihati.

''Tapi aku masih mengantuk, Mah. Ngapain sih pakai bangun pagi segala?''

''Sekarang kamu mandi terus nanti turun ke bawah. Mamah sama papah tungguin kamu untuk Shalat berjamaah.''

''Shalat? Perasaan Iqbal sudah lama tidak melakukannya, bahkan Iqbal lupa caranya.''

''Nah itu dia, jadi kamu harus belajar. Ikutlah Shalat sama kami, biar nanti saat kamu di pesantren, kamu tidak bingung caranya Shalat.''

''Baiklah,'' Iqbal menutup pintu kamarnya lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebenarnya malas sekali untuk melakukan itu. Tapi ibunya terlalu cerewet dan Iqbal tak mau ambil pusing.

Beberapa menit kemudian, Iqbal sudah selesai mandi. Dia bergegas ke bawah menuju ke mushola kecil yang ada di rumahnya. Ternyata orang tuanya dan ART yang ada di rumahnya sudah berada disana. Iqbal memposisikan diri berdiri di belakang ayahnya.

Shalat subuh berjamaah terlaksana dengan lancar. Walaupun Iqbal sedikit mengintip saat melakukan sujud, karena dia takut ketinggalan shalatnya.

Pak Bima menjabat tangan Iqbal, lalu Iqbal mencium punggung tangan ayahnya.

''Papah senang, akhirnya kamu mau Shalat berjamaah sama kita, Nak. Semoga setelah belajar di pesantren, kamu bisa jadi anak yang lebih baik lagi.''

''Iya, Pah.''

Bu Fatma dan Pak Bima melakukan tadarus bersama, sedangkan Iqbal dan ART yang lain keluar dari mushola itu.

Iqbal pergi ke kamar lalu melepaskan pakaian yang dia kenakan.

''Ih ini pakaian apaan sih? Panas sekali,'' gumam Iqbal sambil melempar asal baju koko yang baru saja dia lepas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!