Warnin!!!
Akan jadi baper bacanya ya..😊😊
Ethan Albert Wijaya adalah laki-laki berwajah tampan dan dingin. Riana Dwi Puspita seorang sekretaris yang di pekerjakan jadi asisten pribadi Ehtan, anak bosnya Wijaya Kusuma.
Di samping untuk meneruskan perusahaannya, pak Wijaya juga menyelidiki pacar Ethan dan sahabatnya yang di duga punya hubungan khusus di belakang Ethan.
Mampukah Riana menaklukkan bosnya itu? Bagaimana bisa Riana menyebut Ethan adalah dispenser berjalan? Apakah mereka akan saling jatuh cinta?
Cuuus, kepoin ceritanya ya ....😉😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Izin Cuti
Ethan pamit pada Natasya, dia ingin sekali pergi dari restoran itu. Menarik cepat Riana agar segera pergi dari restoran tersebut. Sedangkan Natasya melengos sebal karena Ethan terlihat sangat dekat dan akrab sekali dengan sekretarisnya itu.
"Heh, baiklah. Dia tampan dan seksi, aku suka. Aku akan mengejarmu Ethan." kata Natasya dengan senyum misterinya.
Natasya menatap kepergian Ethan dan Riana, dia pun bangkit dari duduknya lalu keluar dari restoran itu.
Sementara itu, Riana masih memegangi laptopnya. Melanjutkan mengetik perjanjian dengan klien dari luar itu, Ethan melirik Riana. Mereka belum keluar dari parkiran.
"Sudah selesai?" tanya Ethan.
"Sedikit lagi. Tadi kalau bapak tidak menarik saya keluar, mungkin sudah selesai." kata Riana.
"Ck, aku jengah dengan sikap Natasya itu. Terlalu sombong dan membanggakan diri, apa lagi pandangannya padaku. Aku kurang suka, dan sangat mengumbar penampilan." kata Ethan.
Riana menatap bosnya, tersenyum sinis lalu tertawa kecil. Ethan kesal dengan tawa Riana itu.
"Jangan menertawaiku!" ucap Ethan.
"Ya, kan sewaktu di kantor aku sudah katakan. Bu Natasya itu sangat menyebalkan, tapi anda justru dengan percaya diri akan wajah tampan anda membuat bu Natasya terpesona. Memang tadi dia terpesona, tapi sepertinya akan ada lanjutan ceritanya dengan bu Natasya." kata Riana.
"Kenapa papa mau bekerja sama dengan wanita seperti itu?"
"Mungkin pak Wijaya hanya melihat bentuk kerja sama itu akan menguntungkan perusahaan kita pak." kata Riana.
"Ya, tapi dia terlihat ganjen dan terlalu sombong. Apa lagi pembicaraannya kurang profesional. Selalu membicarakan pribadinya saja."
"Sudah pak, semua sudah selesai. Anda bisa mengeceknya proposal ini." kata Riana menyerahkan laptopnya.
Ethan mengambil laptop dari tangan Riana, dia membaca apa yang tadi di tulis Riana. Menganggukkan kepala tanda puas dengan hasil kerja Riana.
"Oke, ini sudah bagus. Kirim saja langsung." kata Ethan.
"Baik pak." ucap Riana.
Riana pun merapikan tulisannya dan segera mengirim ke email yang tadi meminta proposal pengajuan kerja sama pada klien dari luar itu. Tinggal menunggu persetujuan dari pihak klien dan nanti mengatir waktu pertemuan dengan Ethan.
_
Hari yang di tunggu tiba juga, Riana akan mengingatkan Ethan kalau besok dia mulai mengambil cuti selama dua hari. Karena hari Senin tanggal merah, jadi dia mengambil cuti dua hari saja. Haru Jum'at dan Sabtu.
Riana masuk ke dalam ruangan Ethan, memberikan semua berkas yang akan di tanda tangani. Dia mengetuk pintu dan tampak terlihat Ethan sedang memejamkan matanya sambil bersender di kursi.
Dia mendekat dan menatap wajah Ethan yang masih memejamkan matanya, lama Riana menatap wajah bosnya. Kemudian dia menunduk dan menghela nafas panjang.
"Ehem!"
Riana berdehem agar Ethan membuka matanya dan melihatnya. Tapi Ethan masih diam saja, Riana menarik nafas panjang. Ide jahilnya pun muncul, dia mengambil kertas kecil dan di gulung-gulung kecil. Mendekat pada bosnya dan berniat mengganggunya.
Niatnya mau menggelitik bagian telinganya, dia ingin secepatnya meminta izin cuti. Tangan Riana menjulur ke telinga Ethan, di gerakkannya dengan pelan. Tapi tetap saja Ethan tidak bangun.
"Ish, lelap banget tidur. Kayak orang pingsan, apa dia pingsan ya?" gumam Riana.
Tangannya beralih ke hidungnya, Riana menahan senyumnya karena lubang hidun Ethan sangat jelas terlihat. Dia memasukkan gulungan kertas tersebut, di dorongnya kertas itu. Dan tentu saja membuat Ethan bangun lalu tiba-tiba bersin.
"Hachih! Hachih!"
Ethan bersin-bersin beberapa kali, dia menatap Riana yang ketakutan karena tadi mengganggunya tidur. Kertas gulungan itu jatuh seiring Ethan menatapnya tajam.
"Apa yang kamu lakukan?!" tanya Ethan.
"Anda tidur nyenyak banget. Apa terlalu lelah bekerja?" tanya Riana bersikap santai.
"Ck, kamu berani membangunkanku tidur?"
"Aku bahkan berani memarahi anda pak." kata Riana berbalik.
Dia tidak mau menatap Ethan yang kesal padanya. Tapi sebenarnya dia merasa bersalah, langkahnya terhenti karena tangannya di tarik cepat oleh Ethan. Hingga tubuhnya oleng dan terjatuh di pangkuan bosnya.
"Aauw!" teriak Riana.
Ethan menangkap tubuh kecil Riana dengan sigap. Dengan posisi mendekap dari belakang, keduanya diam sejenak. Tiba-tiba jantung Riana berdegup kencang karena posisinya berpelukan dengan Ethan. Dia langsung berdiri, tapi di tahan oleh Ethan.
"Sebentar, jangan bangun." ucap Ethan.
Riana diam, dia gugup. Tapi akhirnya membiarkan bosnya memeluknya. Mungkin dia sedang merindukan pacarnya tapi keadaannya sudah berbeda. Lima menit Ethan memeluk Riana, dia pun melonggarkan tangannya.
Riana pun bangkit dan berdiri. Dia berjalan menuju depan meja kerja Ethan, menyodorkan surat pengajuan cutinya. Ethan melihat surat itu dan mengambilnya, membaca isi surat itu.
"Jadi kamu cuti?" tanya Ethan membaca surat itu.
"Iya. Mulai besok aku sudah tidak bekerja pak. Hari selasa aku pastikan sudah ada di kantor pagi harinya." kata Riana.
"Mau apa kamu pulang kampung?" tanya Ethan.
"Aku di suruh pulang sama ibuku, dan sudah enam bulan aku tidak pulang." jawab Riana.
"Apa kamu mau di jodohkan dengaj pilihan ibumu?" tanya Ethan.
"Mungkin juga." jawab Riana santai.
"Heh, jaman sekarang masih saja jodoh-jodohan." kata Ethan mencibir.
"Tapi tidak buruk juga kok jodoh itu hasil perjodohan." kata Riana.
"Ya, tapi tetap saja. Kamu tidak kenal siapa laki-laki yang akan di jodohkan oleh ibumu. Dan kamu tidak tahu sifatnya, apa itu namanya menyusahkan."
"Perjodohan itu tidak langsung menikah. Tapi bisa berkenalan, menjajaki masing-masing sifat dan hatinya. Jika cocok, bisa di lanjutkan ke jenjang pernikahan. Kalau tidak, bisa sebagai teman saja. Simpel. Dari pada mengenal dan sudah jadi pasangan kekasih, tapi di selingkuhi. Itu lebih menyakitkan." kata Riana menyindir Ethan.
"Jangan menyindirku." kata Ethan.
Riana tersenyum, dia memberikan berkas yang sudah dia siapkan sebelumnya selama dia tinggal cuti. Agar Ethan tidak mengganggunya di saat dia sedang liburan di rumah di kampungnya.
Ethan menerima berkas itu, memeriksanya satu persatu.
"Itu berkas sudah aku siapkan pak untuk dua hari. Agar anda tidak bingung ketika nanti ada yang datang ke kantor dan rapat dengan klien." kata Riana.
"Jadi jadwalku besok bertemu klien?"
"Ya, aku sudah siapkan semuanya. Biar anda tidak bingung nantinya, tinggal di pelajari saja berkasnya." kata Riana.
"Baiklah. Kapan kamu pulang?"
"Sore ini."
"Naik apa?"
"Kereta api."
"Aku antar sampai stasiun."
"Tidak usah, aku sudah pesan taksi online."
"Heh, mana ada taksi online di pesan sekarang dan akan menggunakannya nanti sore." kata Ethan memcibir.
"Aku kenal supir taksinya, dia sudah langganan setiap kali pulang kampung." kata Riana.
Ethan mendengus kesal, tapi dia pun membereskan semua berkas di meja dan di letakkan di pinggir meja. Lalu dia mengambil jasnya dan segera menarik tangan Riana.
"Pokoknya kamu batalkan taksi onlinenya dan aku yang antar kamu ke stasiun!"
Riana, "...?"
_
_
******************
makasih Thor 🙏
terus berkarya 👌
semangat 👌
tapi apakah Bu naimah tau ya klo suaminya menikah lagi🤔
bisa salah paham ibumu Riana🤦
terima resiko 🤦😁😁