NovelToon NovelToon
Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Keluarga / Romansa / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:575.8k
Nilai: 4.3
Nama Author: Sadewi Ravita

Jika menurut banyak orang pernikahan yang sudah berjalan di atas lima tahun telah berhasil secara finansial, itu tidak berlaku untuk rumah tangga Rania Salsabila dan Alif Darmawangsa. Usia pernikahan mereka sudah 11 tahun, di karuniai seorang putri berusia 10 tahun dan seorang putra berusia 3 tahun. Dari luar hubungan mereka terlihat harmonis, kehidupan mereka juga terlihat cukup padahal kenyataannya hutang mereka menumpuk. Rania jarang sekali di beri nafkah suaminya dengan alasan uang gajinya sudah habis untuk cicilan motor dan kebutuhannya yang lain.

Rania bukanlah tipe gadis yang berpangku tangan, sejak awal menikah ia adalah wanita karier. Ia tidak pernah menganggur walaupun sudah memiliki anak, semua usaha rela ia lakoni untuk membantu suaminya walau kadang tidak pernah di hargai. Setiap kekecewaan ia telan sendiri, ia tidak ingin keluarganya bersedih jika tahu keadaannya. Keluarga suaminya juga tidak menyukainya karena dia anak orang miskin.
Akankah Rania dapat bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadewi Ravita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Terusir

"Bu ini belum terlalu malam, bolehkan aku bermain di luar sebentar?" tanya Alisa saat mereka baru tiba di rumah.

"Aku ikut Kak," sahut Bintang.

"Ya sudah kalian boleh bermain, tapi jangan jauh-jauh ya. Jangan bermain di dekat jalan raya," jawab Rania.

"Iya, Bu,"

Rania bergegas masuk ke dalam rumah, ia letakkan tasnya sembarangan. Ia berlari menuju kamar dan menangis sejadi-jadinya. Tega sekali suaminya melakukan kebohongan seperti itu, ibu mertuanya juga sama. Ternyata hanya karena sekarang dia punya uang mereka semua berubah baik. Untung saja semalam Rania tidak mau saat di ajak berhubungan intim, bisa jadi itu juga merupakan trik suaminya agar mereka benar-benar tidak jadi bercerai.

Rania segera memasukkan semua baju suaminya ke dalam tas yang kemarin pria itu gunakan untuk menampung baju-bajunya. Ia memasukkannya sembarangan, emosinya benar-benar tersulut.

Puas dengan itu semua ia segera mencuci wajahnya, ia berjanji tidak akan pernah menangis lagi untuk pria itu. Apapun yang terjadi, dia tidak akan mengubah keputusannya lagi. Rania kemudian menghubungi pak Doni, pria tua yang membantunya saat di pengadilan Agama kemarin.

"Assalamualaikum, Pak Doni,"

"Waalaikumsalam salam, ada apa bu Rania?"

"Maaf jika saya mengganggu Pak, saya hanya ingin menanyakan tentang proses perceraian yang saya ajukan sudah sampai mana ya?"

"Sudah di proses kok Bu, tinggal menunggu panggilan untuk sidang pertama,"

"Apa yang harus saya lakukan agar hak asuh jatuh ke tangan saya ya, Pak,"

Rania bertanya semua yang berhubungan dengan perceraiannya, Pak Doni memberi tahunya dengan sabar. Rania mendapatkan banyak pengetahuan dari pria itu.

"Jika bu Rania kurang paham, bisa bertanya kepada pak Rangga. Katanya beliau pernah satu sekolah dengan bu Rania, mungkin penjelasannya lebih bisa di cerna daripada saya yang sudah tua ini,"

'Rangga siapa? Apa mungkin Rangga mantan ku?' tanya Rania dalam hati.

"Rangga Hartawan maksud Pak Doni?" tanya Rania.

"Iya, tempo hari dia pernah bertanya tentang bu Rania. Saya baru tahu jika kalian pernah satu sekolah, dia pengacara yang sangat handal. Hampir semua kasus yang ia tangani berhasil menang, walaupun usianya masih tergolong muda tapi dia sangat berbakat," jawab pak Doni.

"Apa dia tahu tentang gugatan cerai saya, Pak?" tanyanya lagi.

"Maaf Bu, saya tidak memberitahunya. Hanya saja ia tidak sengaja membaca berkas perceraian Bu Rania saat kita sama-sama sedang bertugas waktu itu," jawab pak Doni.

"Baiklah Pak, terima kasih sekali atas semua informasinya. Saya harap kasus saya bisa segera selesai, karena saya sudah ingin segera berpisah,"

Setelah mengucapkan terima kasih Rania memutuskan panggilan.

"Ternyata Rangga sudah tahu jika aku akan bercerai, apa jangan-jangan maksud perkataannya waktu itu..."

Rania tidak ingin memikirkannya lagi, saat ini ia akan fokus dengan masalah perceraiannya terlebih dahulu. Dia tidak ingin memikirkan tentang cinta, kegagalannya dengan Alif meninggalkan trauma yang mendalam di hatinya. Mungkin saja dia masih bisa tegak berdiri melanjutkan hidup, tapi bagaimana dengan kedua anaknya?

Sekarang dirinya akan fokus menata masa depan, untuk dirinya dan kedua anaknya. Menjadi single parents pasti tidak akan mudah, namun ia harus menjadi wonder momen untuk kedua buah hatinya.

"Ibu... lapar,"

Alisa dan Bintang berlarian mencari ibunya.

"Sayang jangan lari-lari, awas jatuh," ucap Rania.

"Bu, aku dan Bintang lapar," ucap Alisa.

"Iya Sayang, ibu ambilkan makan ya. Tunggu di sini sebentar,"

Rania segera ke dapur untuk mengambilkan mereka makan. Ia melihat anaknya makan dengan lahap, sepertinya mereka kelelahan karena bermain. Selesai mereka makan Rania segera mencuci semua piring kotor, sedangkan mereka menonton kartun kegemaran mereka.

"Assalamualaikum,"

Alif datang dengan senyum tanpa dosa, memang pandai pria ini berakting.

"Ayah pulang... sini nonton film kartun, Yah," ajak Alisa.

"Ia sebentar ayah ganti baju dulu ya," jawab Alif.

Alif masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian, sementara Rania melanjutkan kegiatannya mencuci piring.

"Rania kamu harus kuat, Rania kamu pasti bisa," Rania menyemangati dirinya sendiri.

"Nia, kenapa pakaian ku tidak ada di lemari dan justru di masukkan ke dalam tas itu?"

Alif menunjuk tas yang ada di dalam kamar mereka, intonasinya mulai meninggi.

"Iya Mas, memang aku yang memasukkannya kesitu," jawab Rania.

Gadis itu masuk ke dalam kamar, ia menyisir rambutnya yang sedikit kusut.

"Nia, kenapa kamu mengacuhkan aku? Apa maksud ini semua?" Alif bertanya dengan tegas.

"Apa kamu masih tidak mengerti, Mas? Itu berarti aku tidak ingin kamu tinggal di sini lagi," jawab Rania, masih tanpa ekspresi.

"Jadi kamu mengusir aku? Apa yang kamu katakan kemarin berarti hanya main-main, iya?"

Kali ini Alif terlihat gusar, ia tidak dapat menerima perlakuan istrinya yang seenaknya sendiri.

"Terserah kamu mau bilang apa, yang jelas aku tidak ingin seatap lagi dengan mu, Mas," ucap Rania tegas.

"Jangan mentang-mentang sudah bisa cari uang sendiri kamu bisa seenaknya ya, aku juga ikut bayar kontrakan ini," bentak Alif.

Rania segera mengambil tasnya, ia mengeluarkan uang Alif yang tadinya di berikan pria itu untuk membantu membayar uang kontrakan. Ia letakkan begitu saja uang itu di atas tas suaminya.

"Ambil ini uang mu dan silahkan pergi dari sini, aku sudah muak dengan mu Mas,"

"Beraninya ya kamu, Nia,"

"Ayah dan Ibu ada apa? Kenapa kalian bertengkar lagi?" tanya Alisa sedih.

"Ibu mu mengusir ayah, Nak," jawab Alif dengan raut wajah sedih.

"Sudahlah Mas, jangan berpura-pura lagi. Aku tidak akan tertipu oleh mu lagi," teriak Rania.

"Apa maksud mu? Apa kamu tidak memikirkan perasaan anak-anak?"

"Justru kamu yang tidak memikirkan mereka, jika tidak aku tidak akan menggugat cerai. Aku sudah tahu kebohongan kamu dan Ibu mu, kalian berdua memang munafik,"

Rania menunjuk-nunjuk wajah Alif dengan penuh emosi.

"Tutup mulut mu, Nia! Jangan berani menunjuk ku, aku ini masih suami mu. Jangan pernah kamu menfitnah aku dan ibu ku,"

Alif tersulut emosi, ia juga ikut berteriak kepada istrinya membuat Rania makin meradang. Kedua anak mereka makin ketakutan.

"Siapa bilang aku menfitnah kalian, aku dengar dengan telinga ku sendiri apa yang kalian bicarakan. Kalian itu sama saja, hanya menganggap ku saat aku punya uang. Kamu dan ibu mu hanya ingin memanfaatkan diri ku saja," teriak Rania.

Alif tidak bisa berkutik lagi, ia tidak menyangka Rania mendengar pembicaraannya tadi bersama ibunya. Pantas saja istrinya tiba-tiba berubah saat ia pulang tadi, ternyata ia sudah tahu semuanya.

'Dia pasti juga tahu jika aku berpura-pura sakit kemarin' batin Alif.

"Kenapa diam? Kaget ya aku tahu semuanya? Trik mu sangat murahan, Mas. Cepat pergi dari sini dan tunggu surat panggilan dari Pengadilan Agama," usir Rania.

1
Deli Waryenti
sidang perceraian adalah kasus perdata Thor, jadi gak ada jaksa. mohon survey dulu sebelum menulis
Deli Waryenti
surat dari Pengadilan agama
Deli Waryenti
tuh kan, makanya Rania kamu jangan lemah
Deli Waryenti
Rania oon...jangan lupa juga tanyain sama Alif masalah uang kontrakan rumah
Deli Waryenti
Rania plin plan
Deli Waryenti
alif lebay
Deli Waryenti
by the way Thor
Deli Waryenti
ternyata oh ternyata
Deli Waryenti
astaga...alif norak
Deli Waryenti
sukurin lu alif
Deli Waryenti
bapaknya alif anggota isti ya
Deli Waryenti
harusnya alif paham siapa ibunya
Deli Waryenti
ceritanya bagus dan bahasanya rapi, tapi kok sepi ya
Deli Waryenti
Luar biasa
Deli Waryenti
kok ada mertua begini
Deli Waryenti
buang saja mertuamu ke laut, Rania
Deli Waryenti
😭😭😭
Deli Waryenti
setujuuuu
Deli Waryenti
kerja apa sih si alif
Deli Waryenti
gak punya uang tapi masih merokok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!