Kedatangan teman lama yang tiba-tiba membuat Aruna sangat terkejut. Rasa iba Aruna terhadap teman lama nya membuka kesempatan hubungan antara suami dan teman lamanya.
Bagaimana kah kisah antara Aruna, suami, dan teman lamanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peringatan dari Gavin
Usai merapikan meja makan dan mencuci piring bekas sarapan. Aruna mendengar suara ketukan pintu dari depan. Ia bergegas pergi guna membukakan pintu tersebut.
Begitu pintu di buka, muncul sosok pria tidak di kenal berdiri di hadapan Aruna.
"Selamat pagi. Apa benar ini rumah Aruna?" tanya pria itu.
Aruna mengangguk kaku. "I-iya. Kau siapa?"
Pria itu mengulurkan tangan nya. "Aku Gavin."
"Gavin? Nama ini sama dengan nama suami Ziva. Apa memang ini orangnya?" batin Aruna.
Pria yang bernama Gavin itu menarik tangan nya kembali lantaran Aruna tak mau menerima jabatan tangan nya.
"Aku datang ke sini untuk mencari Ziva. Di antara teman Ziva yang aku ketahui, kau adalah teman nya yang terakhir aku datangi. Apa Ziva berada di sini?"
Aruna masih diam. Ia bingung harus menjawab apa.
"Kau tidak perlu takut denganku. Aku bukan orang jahat seperti yang ada di dalam pikiranmu. Dan aku yakin, Ziva pasti sudah meracuni pikiranmu dengan mengatakan yang tidak-tidak tentang aku. Dan kau pasti lebih mempercayainya sebab dia teman mu."
Apa yang di katakan oleh pria itu ada benarn nya juga. Meski Ziva ini teman nya, tapi ada baiknya ia harus mendengar cerita permasalahan yang terjadi pada mereka dari pihak yang satunya lagi, yaitu Gavin.
"Aku sudah mendengar permasalahan Ziva darinya. Apa aku boleh mendengarnya juga dari mulutmu?" tanya Aruna setelah lama berdiam diri.
"Tentu saja. Dan kau perlu mendengarnya dariku."
"Baik. Tapi tolong, katakan dengan jujur."
"Aku akan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Urusan kau akan percaya padaku atau tidak, itu terserah kau. Kalau begitu, kita bisa bicara dimana?"
Aruna tidak mungkin membawa pria lain masuk ke dalam rumahnya. Kedua matanya tertuju pada dua kursi teras yang tidak jauh dari tempat berdirinya.
"Di sana." Aruna menunjuk kursi teras.
Pandangan Gavin mengikuti jari telunjuk Aruna.
"Ok," jawab pria itu kemudian.
Keduanya duduk di sana. Dua kursi yang terdapat meja kecil di tengah nya.
"Ceritakan sekarang, aku tidak punya banyak waktu untuk mengobrol lama denganmu!" pinta Aruna.
"Baik. Jadi Ziva pergi dari rumah karena saat itu kami bertengkar hebat. Dan permasalahan utama nya ada pada Ziva. Dia sering bermain dengan banyak pria, sampai tidak memperdulikan aku sebagai suaminya."
"Awalnya aku tidak terlalu ambil pusing. Tapi Ziva tidak hanya satu atau dua kali melakukan nya. Berulang kali dia lakukan kesalahan yang sama. Sampai batas kesabaran ku benar-benar habis. Ziva benar-benar melunjak dan tidak menghargai aku sebagai suaminya," imbuh Gavin.
"Dan yang lebih parah nya, Ziva sampai berani bawa pria lain ke rumah. Begitu aku pulang kerja, mereka tengah asik bercum bu di depan mata kepalaku."
"Emosiku memuncak. Hingga aku menampar keras Ziva sampai sudut bibir nya luka. Setelah itu dia pergi. Maka dari itu aku mencarinya karena aku takut dia sampai berulah di luar," jelas Gavin.
Aruna diam mendengarkan cerita Gavin. Cerita yang cukup berbanding terbalik dengan apa yang di ceritakan oleh Ziva. Ia masih bingung mana yang harus ia percaya.
"Aku tahu kau pasti tidak akan semudah itu percaya padaku. Tapi aku ingatkan padamu, jika Ziva memang tinggal di sini bersamamu. Hati-hati. Jangan sampai meninggalkan nya suamimu berdua dengan nya jika kau tidak ingin menjadi korban Ziva yang kesekian kalinya."
Peringatan Gavin membuat Aruna memandang wajah pria itu. Sepertinya Gavin tidak main-main dengan peringatan nya. Ia jadi semakin takut jika apa yang di katakan Gavin itu benar. Mengingat kejadian tadi malam, sepertinya ia perlu waspada. Karena terkadang kejahatan datang dari orang terdekat yang kita anggap paling baik.
_Bersambung_