Pernikahan nya dengan seorang duda beranak dua,menyisakan luka yang setiap hari nya di rasakan oleh Fifian,,sang mantan istri yang selalu membayangi rumah tangga nya membuat sang suami tidak perhatian pada nya..Di tambah lagi pekerjaan yang selalu menyibukan diri nya..
Ketikan Fifian meminta cerai barulah Alexander sang suami menyadari akan kesalahan nya..
Akankah Fifian memaafkan Alexander..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dada_1407, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi Di Meja Makan
"Aku nggak tau apa salahku sama istri kamu. Berulang kali aku bilang, aku nggak ada niat jadi pelakor, aku hanya ingin menghabiskan sisa waktu ku bersama Gina dan Gani.. Tapi nyatanya Fifian terus menuduhku pelakor, dia bahkan menyumpahiku cepat mati. Hiks." febi berpura-pura menangis sangat histeris..
Alex langsung menatap tajam Fifian..
Fifian langsung memutar bola mata malas sambil terus mengigit apelnya dengan santai.
Dulu Fifian selalu berusaha untuk menjelaskan ini itu, tapi sekarang... Fifian bodoh amat. Mau Alex marah, membentaknya atau apapun itu, Fifian sudah tidak peduli.
"Febi, yang kenceng dong nangisnya, akting kamu kurang bagus deh, belajar lagi sana." ledek fifian
"Fifian cukup!" bentak Alex
"Fifian memang selalu seperti itu, Mas. Padahal aku hanya ingin berteman dengan nya. Aku tulus dan nggak ada niat merebut kamu. Aku sudah melupakan masa lalu kita dan menganggap kamu sebagai abangku." febi berkilah
"Iya, aku percaya," Alex mengusap rambut febi dengan lembut,
"Udah jangan nangis ya."
Fifian menghembuskan napas kasar.
"Terserah deh, aku mau ke kamar. Have fun ya."
Fifian tersenyum, berbalik badan, dan seketika Itu matanya menetes. Sekuat apapun dia, melihat suaminya membela perempuan lain di depannya, hatinya tak akan sanggup. Fifian tidak sekuat itu. Fifian bisa menahan luka fisik, tapi jika hatinya yang sudah tersakiti, Fifian tidak akan bisa menahan air matanya.
Saat nya sarapan pagi,,Datanglah Gina menghampiri..
"Morning, Mama, Daddy, Mommy," sapa Gina.
"Morning, Sayang," sapa balik Febi sambil mengusap rambut putrinya.
"Sini duduk samping mama."
Seperti biasa setelah enam bulan kembalinya Febi, Gina selalu nempel padanya.
Fifian yang sudah menemani bocah kecil itu sejak umurnya lima tahun, sekarang seolah tak ada artinya. Gina yang dulu selalu merengek padanya, sekarang begitu cuek. Saat butuh apa-apa yang dia cari pasti mencari Febi..
Tidak bisa dipungkiri, hati Fifian sangat begitu Sakit, bahkan rasa sakitnya lebih sakit daripada saat Alex mencuekinya.
"Morning Mommy," sapa Gani pada Fifian
Untung saja masih ada Ganj yang selalu perhatian padanya. Gani bahkan terlihat cuek dengan Febi dan lebih dekat dengan nya.
"Morning, Gani."
Tanpa diminta pun Gani duduk di samping Fifian..
Sementara Alex duduk di ujung meja, di sebelah kanan meja ada Fifian dan Gani dan di sebelah kanan ada Febi dan Gina
"Sini, Mas, aku ambilin nasinya," Febi menyiduk nasi goreng untuk Alex dan meletakkan nya di piring,
"Aku yang masakin ini mas, nasi goreng campur telur kesukaan kamu."
Lalu Febi meletakkan piring nasi goreng di depan Alex.. Alex melirik Fifian yang sejak tadi diam. Fifian juga ikut makan nasi goreng buatan Febi, padahal biasanya Fifian tidak pernah mau menyentuh makanan buatan Febi. Biasanya juga Fifian akan berebutan dengan Febi untuk menarik perhatiannya, tapi sekarang Fifian hanya diam.
Diamnya Fifian sungguh membuat hati Alex merasa tak enak.
"Mama, Gina mau diambilin juga," pinta Gina.
"Iya, Sayang, sebentar,"Febi lalu mengambilkan nasi goreng dan meletakkan di depan putrinya.
"Makasih Mama."
"Sama-sama sayangku," Febi tersenyum sambil mengusap rambut putrinya.
"Gani sayang, mau Mama ambilin nasi goreng juga?"
Gani menggeleng, lalu menatap Fifian yang duduk di sampingnya.
"Mommy, Gani mau diambilin nasi goreng." Gerakan tangan Fifian yang ingin menyuapkan nasi goreng ke mulutnya tertahan.
"Mommy," Gani lalu memegang lengannya, "Gani mau diambilin Mommy."
Entah mengapa Fifian ingin menangis. Hatinya pedihh sekali mendengar nada manja Gani. Selama ini hanya Gani yang selalu peduli padanya. Disaat semua orang mengabaikan nya hanya Gani yang selalu perhatian. Gani juga yang membuatnya bertahan selama enam bulan ini.tapi Gani harus terbiasa tanpanya.
"Sayang," Savanna mengusap rambut Gani
" Gani diambilin Mama febi aja ya."
Gani hanya diam dan menatapnya dengan sorot mata terluka. Ya Tuhan, Fifian GG ingin sekali memeluknya. Tapi Fifian harus mulai membiasakan diri menjauh dari Gani..
"Febi, tolong ambilin buat Gani."
Senyum febi langsung mengembang. Dia senang sekali akhirnya Fifian mengalah juga ..
"Gani, Sayang, sebentar ya, Mama ambilin."
Setelah meletakkan nasi ke dalam piring, febi berdiri dan menghampiri meja Gani.
"Ini, Sayang, selamat makan ya," Febi mengusap rambut putranya sambil tersenyum manis.
"AKU GAK MAU..!!!!"
Pranggg...
Gani melempar sepiring nasi goreng ke lantai hingga pecah. Serpihan beling mengenai kaki febi
"ARGG," Febi menjerit kaget dan merasakan sakit
"Febi," Alex dengan cepat langsung menghampiri Febi
"Mommy," Gina juga ikut khawatir.
"Sakit, Mas." ringis febi
Alex berlutut di depan febi dan mengecek kakinya yang ternyata berdarah.
"Kasihan Mommy," Gina yang tak tega melihat kaki mamanya berdarah pun menangis.
"Ga papa, Sayang, mama ga papa, jangan nangis," Febi menenangkan putrinya.
Kemarahan Alex tersulut, dia berdiri, mendekati Gani dan menatap tajam pada putranya.
"Apa-apaan kamu, hah! Papa nggak pernah mengajari kamu jadi kasar kayak gini. Lihat kan sekarang akibatnya. Mama kamu terluka."
Gani turun dari kursi dan menatap tajam balik papanya.Ganj nggak suka sama perempuan itu. Gani nggak suka perempuan itu ada di rumah ini."
"GANI.... KAMU..!!!"
Kalimat Alex tertahan saat tiba-tiba Fifian berdiri di depannya, menghalangi pandangannya dari Gani Sorot mata Gani menajam, namun juga terlihat rapuh dalam waktu bersamaan.
Matanya memerah marah, tapi juga berkaca-kaca seolah menahan tangis. Mata itu menggambarkan betapa terluka nya Fifian sekarang.
"Fifian," lirihnya dengan suara tercekat ditenggokan.
"Jangan membentak Gani seperti itu, Mas. Jangan...!!"
"Aku nggak bermaksud bentak. Aku-"
"Kamu urus saja Febi.. biar aku yang mengantar Gani ke sekolah."
"Fifian tunggu-"
Fifian langsung menggendong paksa Gani, mengambil tasnya dan membawa nya pergi dari ruang makan. Gani melingkarkan tangan mungilnya di leher Fifian dan menyandarkan kepalanya di sisi kepala mamanya.
Air mata Fifian yang ia tahan sejak tadi, mengalir juga. Dia mencium pipi Gani dan mempercepat jalan nya menuju ke mobil..
Alex lalu mengejar sampai ke halaman depan, tapi sayang nya mobil istri dan putranya sudah keluar dari halaman.
"Mas Alex,sini...!!" panggil febi.
Alex mengepalkan tangan nya.. Tak tergambarkan bagaimana perasaan nya sekarang. Marah, sedih, benci, kesal, jengkel. Semua bercampur satu sampai Alex bingung harus melakukan apa.
Di sisi lain Fifian yang melajukan mobil dengan konsentrasi penuh. Agar Jangan sampai kesedihan hatinya membuatnya tak fokus untuk menyetir.
"Gani...Sayang..."
"Iya, Mommy."
"Soal Daddy yang bentak Gani tadi, Gani jangan
Marah ya. Daddy hanya sedang marah saja dan emosinya nggak terkontrol. Daddy nggak mungkin bermaksud bentak Gani"
"Gani tak marah Daddy bentak Gani, tapi Gani lebih marah saat Mommy cuekin Gani" ucap Gani sambil bersedih
"Mommy nggak cuekin Gani kok."
"Tadi di ruang makan, Mommy nggak mau ambilin Gani nasi goreng."
"Kan udah ada Mama Febi.."
"Aku nggak suka perempuan itu Mommy."
"Jangan begitu, Sayang," Fifian mengusap rambut putra nya, saat dia ingin menarik tangan nya ,Gani tiba-tiba menggenggam tangan nya dan meletakkan di pangkuan nya.
"Gani sayang banget sama Mommy. Cuma Mommy satu satunya ibu nya Gani," lirih Gani sedih sambil mengeratkan genggaman tangan nya.
"Tapi Mommy bukan ibu kandung Gani"
Bagaimana tanggapan Gani yah..???
Tunggu Bab selanjutnya yah..!!!