NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hasriani

Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 1

Hari terus berganti, entah sudah berapa banyak lagu galau yang di putar oleh Dinda didalam kamarnya setiap hari.

Setiap hari mengulangi rutinitasnya yang sama setelah memutuskan untuk tidak memberi kesempatan lagi pada Yuda.

Pesan-pesan dari Yuda pun hanya ia baca, Rindu sudah menyuruhnya untuk memblokir nomor Yuda, tapi rasanya hatinya belum siap saja.

Suara ketukan pintu menyadarkannya lagi, ia segera berdiri dari tempat duduknya di depan jendela dan beralih membuka pintu kamarnya.

"Aku chat kok kamu tidak di balas sih?." Tanya Rindu langsung ketika Dinda membuka pintunya.

"Maaf, hp nya aku silent." Jawab Dinda singkat dan kembali masuk ke dalam di susul oleh Rindu.

Belum sempat Rindu menutup pintu kamar Dinda, Papa Dinda terlihat terburu-buru menghampiri Rindu.

"Di ajak keluar main tuh temennya Rin, dikamar terus galauin Yuda." Pinta Papa Dinda sembari melemparkan tatapan ledekan pada Dinda.

"Papa ih, apaan sih." Kesal Dinda mendengar ucapan Papanya.

Papanya hanya tertawa kecil melihat ekspresi wajah putrinya.

"Om titip Dinda yah Rindu, om mau ke kampus dulu buat ngajar." katanya kemudian pada Rindu,.

"Siap om, hati-hati dijalan." jawab Rindu menyanggupi.

Dinda dan Rindu sudah bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku SMP, mereka kembali bertemu di SMA yang sama juga perguruan tinggi yang sama.

Rindu pun sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Papanya Dinda, sejak dulu Rindu selalu ada untuk Dinda yang merupakan anak tunggal, terlebih Dinda sudah tidak memiliki Mamanya sejak kecil.

Itulah kenapa, Rindu sangat peduli dan perhatian pada Dinda.

***

Suasana hati Dinda hari ini nampak sedikit membaik setelah menikmati cokelat hangat di sore hari di sebuah cafe yang tidak jauh dari rumahnya, awalnya ia menolak ajakan Rindu, tapi Rindu tetap memaksanya untuk keluar dari kamarnya.

"Enakkan?, buat apa kamu galau terus dikamar mikirin Yuda, belum tentu dia juga mikirin kamu." Ucap Rindu yang masih sewot saat mengingat wajah tengil Yuda.

"Tidak usah dibahas lagi, capek aku." protes Dinda sudah tidak ingin membahas tentang Yuda lagi.

"Kamu yang bilang yah, awas kalau besok-besok kamu bahas Yuda." Ancam Rindu sembari menunjuk Dinda.

"Iya, tidak lagi deh." Jawab Dinda dengan yakin.

Rindu tersenyum puas sembari menyeruput matcha lattenya.

"Senang sekali aku." ucap Rindu tiba-tiba.

"Kenapa?." Tanya Dinda penasaran.

"Akhirnya kamu lepas juga dari buaya darat itu." jawab Dinda terlihat begitu senang.

"Dasar kamu." sewot Dinda tapi ia pun merasa sedikit lega setelah berani melepaskan diri dari Yuda.

"Kasihan juga tau Papa Kamu pasti khawatir lihat kamu sedih terus."

Ucapan Rindu membuat Dinda menatapnya lama, tiba-tiba saja suatu ide terbersit di kepalanya.

"Rindu." Panggil Dinda, ia menatap Rindu dengan serius.

"Apa?." Tanya Rindu penasaran dengan tatapan Dinda yang tidak bisa ia tebak.

"Kamu mau tidak jadi Mama aku?." Tanya Dinda tiba-tiba.

Rindu terdiam sejenak mencerna pertanyaan Dinda yang tidak masuk akal.

"Gila Kamu Din." Umpatnya saking terkejutnya ia dengan pertanyaan Dinda.

"Lah katanya kamu kasihan sama Papa, aku lebih kasihan lihat Papa sendiri dari dulu." kata Dinda menunjukkan rasa prihatinnya mengingat Papanya membesarkannya sendiri sedari dulu.

"Tidak harus dengan aku juga Dinda, masa baru nikah aku langsung punya anak seumuran sama aku." protes Rindu merasa aneh dengan tingkah sahabatnya itu.

"Tapi Papa aku ganteng loh Rin." Bujuk Dinda masih tidak menyerah menawarkan Papanya pada sahabatnya.

"Yah Papa aku juga ganteng." ucap Rindu tidak mau kalah dan turut membanggakan Papanya.

"Terus Papa aku Duda kaya, yah masih lumayan muda sih, dosen pula tuh." Rindu hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak percaya apa yang baru saja ia dengar.

"Stop yah Dinda." Tegas Rindu menyuruh Dinda berhenti untuk membicarakan hal yang tidak-tidak.

"Aku serius." Dinda masih tidak mau berhenti dengan ucapannya barusan.

"Sakit kamu putus dari Yuda." ucap Rindu yang bergidik ngeri terbayang akan apa yang Dinda rencanakan tadi.

"Tidak ada yang lebih peduli sama aku dan Papa selain kamu Rin, aku ikhlas sekali kalau kamu jadi Mama aku." Kata Dinda begitu tulus dan penuh harap, tapi hal itu tetap tidak bisa membuat Rindu membenarkan rencana gila Dinda.

"Cari perempuan lain saja Rin, maaf banget." Tolak Rindu seolah-olah berat karena menolak rencana sahabatnya.

"Yah sayang sekali dong." ucap Dinda menyayangkan.

"Aku jadi takut main ke rumah kamu lagi, nanti tiba-tiba di jodohin lagi sama Papa Kamu." Membayangkannya saja sudah membuat Rindu merinding.

"Kalau kamu berubah pikiran, langsung tanya aku aja yah."

Rindu menggelengkan kepalanya dengan mantap mendengar Dinda, ia sama sekali tidak bisa membayangkan jika dirinya benar-benar bersama Papa dari sahabatnya.

"kamu aja yang menikah sama Duda." celetuk Rindu sembari kembali menyeruput minumannya.

"Sempat kepikiran sih kemarin." jawab Dinda yang membuat Rindu lagi-lagi menatapnya tidak percaya.

"Hah?." Tanya Rindu memastikan yang ia dengar tadi bukanlah kesalahan.

"Karena cowok belum matang nyakitin sih." kata Dinda dengan wajah murungnya.

"Tuhan tolong, Sahabat aku benar-benar sudah gila". ucap Rindu frustasi.

Ia sudah sangat merasa frustasi dengan tingkah laku sahabatnya.

***

Rindu dan Dinda memutuskan untuk pulang setelah mereka cukup lama berada di cafe tersebut, mereka berdua segera berjalan ke kasir untuk membayar makanan dan minuman yang mereka pesan tadi.

"Aku tunggu diluar yah, Rin." Kata Dinda yang merasa pengap disana, terlebih masih ada dua orang didepan mereka yang juga ingin membayar makanannya.

Rindu hanya mengangguk mengiyakan, setelah mendapat persetujuan dari Rindu, Dinda langsung keluar dari cafe tersebut.

Hari semakin sore, langit pun semakin gelap karena mendung, namun anehnya hujan tak kunjung turun. Dinda menatap sekeliling area cafe tersebut untuk mengusir rasa bosannya.

Diseberang cafe sana, terdapat sebuah taman kecil yang sering didatangi Dinda saat suasana hatinya tidak baik, ia berjalan menuju ke arah taman tersebut yang hanya berjarak beberapa langkah.

Entah kenapa ia sangat ingin melihat suasana taman di sore hari, karena biasanya ia hanya datang ke taman tersebut di pagi hari.

Setelah sampai ditaman tersebut, Dinda mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman, ternyata tidak begitu ramai.

"Apa mungkin karena mendung yah?." gumamnya.

Matanya tertuju pada seorang pria yang sama yang pernah ia lihat di taman waktu itu. Seorang pria dengan bayinya yang terbaring di stroller. Tatapannya masih sama, sendu dan penuh dengan kesedihan, wajahnya, bahkan tampak lebih murung hari ini.

"Padahal sudah mau hujan." ucap Dinda khawatir dengan kondisi bayinya.

Rasa penasaran kembali muncul di benak Dinda, ia ingin tau bagaimana wajah bayi yang ada di stroller itu, kenapa Ayahnya selalu menatapnya dengan wajah sedihnya.

Sayangnya saat ingin melangkah masuk, Rindu tiba-tiba muncul dan menahannya.

1
kalea rizuky
lanjut donk
Evi Lusiana
emng d rmh dinda gk ada ART dn satpam ny y kak?
Hasriani: Gak ada kak, Dinda sama Papanya cuma tinggal berdua.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!