"Rey... Reyesh?!"
Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.
"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.
Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.
Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.
"Rey... ka-kamu nangis, ya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 - Latihan Semi Militer
Ucapan Mutiara barusan sebenarnya cukup berbahaya. Terlihat dari respon Reyesh yang sangat kaku dan wajahnya ditekuk. Namun, Mutiara tidak mengindahkan itu semua.
Bagi Mutiara, rasa malu tidak lebih besar dibandingkan niatnya mengejek Reyesh. Satu ejekan untuk si jenius itu, membuat gadis ini tambah semangat dan bisa senyum-senyum sendiri, lebih dari lima belas menit nonstop.
Biarlah nantinya para mahasiswa dan mahasiswi, mulai menyebar gosip tentangnya dan Reyesh yang olahraga bareng, Mutiara tidak peduli. Ia memang tidak terlalu memperdulikan omongan orang tentang dirinya.
Perlahan area lapangan kampus mulai ramai oleh mahasiswa dan mahasiswi yang berdatangan untuk jogging --atau sekadar mejeng dan cari perhatian aja-- di pagi hari ini.
Saat keduanya menyelesaikan satu putaran, Mutiara minta berhenti sejenak untuk menarik napas dalam-dalam.
"Sebentar, Aku capek." keluhnya, menarik napas panjang berkali-kali. Meski diam-diam, ia merasa bangga bisa menyelesaikan satu putaran.
Reyesh pun menatapnya dengan penuh apresiasi.
"Lihat? Kamu pikir yang awalnya nggak bisa, tapi nyatanya bisa tuh. Emang mindsetmu aja yang udah takut duluan, Mut. Kadang nih ya, kita hanya perlu melawan pikiran negatif kita sendiri." ujarnya lembut diselingi motivasi kecil untuk Mutiara.
Gadis itu memutar matanya, tapi tak bisa menyembunyikan senyuman kecil di wajah yang sudah terlanjur kemerahan. Entah karena keringatnya atau rasa malu.
"Kamu itu, selalu punya jawaban buat segala persoalan, ya?" tanya Mutiara setengah bercanda. Niatnya hanya memuji Reyesh.
Reyesh pun cuma membalas dengan tersenyum, matanya menatap Mutiara dengan lembut.
"Aku cuma berbagi pengalaman saja denganmu. Dan aku sangat tahu pasti, bahwa ada singa buas yang sedang tertidur di dalam sana, di dalam dirimu yang mager(males gerak) itu." ucap Reyesh.
"Ah, masa sih?" ejek Mutiara, memastikan sambil bercanda. Ucapan Reyesh kali ini terlalu memujinya ketinggian.
"Aku yakin banget, Mut. Di dalam dirimu, ada potensi besar yang sedang tertidur dan terpendam. Sebuah bakat besar yang lebih kuat dari yang kamu kira." ucap Reyesh menggebu-gebu.
"Oh, begitu ya. Baiklah, kali ini aku akan setuju denganmu, karena telah bersusah payah memujiku." balas Mutiara diiringi senyum kepada Reyesh.
"Itu bukan pujian!" cetus Reyesh.
Mereka berbincang dengan hangat dan penuh tawa disela rehat sejenak. Banyak yang memperhatikan dan fokus pada Mutiara. Bidadari kampus yang terkenal jutek dan selalu menolak gombalan mahasiswa, kali ini nampak nyaman dan bahagia bersama Reyesh.
Beberapa mahasiswi penggemar berat Varel dan Hazel, justru senang bukan main. Mereka tidak ingin kehilangan momen. Para fans dari mapres 1 dan mapres 2, rela buru-buru mengambil kamera ponsel masing-masing, untuk mengabadikan obrolan hangat yang terlihat mesra, antara Mutiara dan Reyesh.
Tanpa sadar, kelelahan yang tadi dirasakan Mutiara, perlahan tergantikan oleh perasaan hangat yang aneh. Ada sesuatu khusus, dalam cara Reyesh berbicara dengannya, yang membuatnya merasa dihargai dan dimengerti. Sebuah ketenangan yang lembut dan halus, menyelubungi hati dan perasaan Mutiara.
Tidak hanya sekadar seorang mentor, tapi Reyesh juga merupakan seseorang yang tulus mendukungnya. Bahkan dalam hal apapun, termasuk kali ini dalam hal fisik dan psikologi.
"Baiklah, aku akan coba percaya sama metode kamu. Tapi, awas aja... kalo di akhir nanti nilai IP-ku nggak naik juga, kamu adalah orang pertama yang akan kucari! Aku akan datang untuk menuntutmu!" ujarnya pura-pura galak.
"Wadidaw! Tenang, tuan puteri! Perjalanan kita masih delapan minggu lagi ke tiik itu. Untuk sekarang, nikmati saja setiap detail prosesnya. Jangan terlalu buru-buru dan panik." ucap Reyesh mengendurkan kekhawatiran Mutiara yang sempat menegang.
"Habisnya, kalau latihan fisik ini tidak memiliki efek apapun dalam menaikkan fokusku, besoknya aku ogah dateng ke lapangan ini lagi!" ancam Mutiara dengan wajah juteknya.
Reyesh tertawa, lalu mengangguk dengan ekspresi penuh keyakinan.
"Baiklah... Deal ! Tapi aku yakin kamu nggak akan menyesal telah mengikuti latihan melelahkan ini." balasnya.
"Pegang omonganmu itu di jadwal bimbel kita nanti. Apakah aku gampang ngantuk seperti biasanya, atau bisa melek selama 3 jam nonstop itu!" Mutiara semakin mengancam Reyesh dengan menyudutkan si jenius itu.
"Kita lihat nanti...!" jawab Reyesh dengan tegas dan meyakinkan.
Mutiara menatap lelaki itu sesaat, lebih lama dari biasanya. Ada sesuatu dalam tatapan Reyesh yang membuat hatinya berdebar tanpa alasan. Ini kali kesekian Mutiara merasakan hal aneh itu. Rasanya benar-benar mendebarkan, manis, halus, takut, senang, dan bahagia campur aduk tak karuan.
Ia senyam-senyum sendiri dibuat oleh suasana diantara mereka.
Ia tahu dan paham, hubungan antara mereka hanyalah sebatas mentor dan tentor. Tapi, Mutiara merasakan bahwa percakapan mereka selama ini, sudah terasa lebih dalam daripada itu.
"Ayo, satu putaran lagi! Masih kuat?" ajak Reyesh.
Mutiara mende-sah pelan, lalu mengangguk pasrah.
"Ayo. Siapa takut!"
"Jangan sok dikuat-kuatin begitu. Ntar kalo misal ditengah lari kamu pingsan, siapa yang bakal nolongin?" ejek Reyesh dengan penuh canda.
"Kan... ada kamu yang bakal gotong aku nanti." jawab Mutiara, lagi-lagi mengeluarkan jurus gombal versi candaannya. Membuat Reyesh membuat wajah jutek.
Mutiara senang dalam kondisi ini.
"Yaudah, aku duluan." Reyesh langsung berlari meningalkan Mutiara.
"Tunggu!" Mutiara mulai mengejar dengan napas yang masih belum stabil.
"Kalau aku berhasil mengelilingi satu putaran ini, kamu harus janji bakal traktir aku sarapan enak!" pinta Mutiara dengan semangat 45'.
Reyesh tersenyum jahil.
"Darimana ceritanya, tuan puteri meminta traktir para pengawalnya?" ucapnya.
Reyesh masih senyum dan melanjutkan, "Kalau kamu bisa selesaikan dua putaran, baru deh aku traktir makanan favoritmu."
Mutiara menatapnya curiga, bagaimana caranya Reyesh tahu makanan favoritnya? Mutiara lalu tersenyum tipis, "Baiklah, aku sepakat. Tapi kalau aku pingsan, kamu yang tanggung jawab lho, ya!' ucapnya setengah bercanda.
Reyesh tertawa, mulai berlari lagi di samping gadis cantik itu. Mutiara mengikuti, dan untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa olahraga pagi ini bukan hanya sekadar latihan fisik. Ada sesuatu yang lebih dari itu, sebuah kedekatan yang mulai tumbuh, perlahan tapi pasti. Kedekatan yang membuat hatinya selalu merasa tentram dan nyaman.
Perlahan namun pasti, Mutiara mulai terengah-engah karena letih dan mencapai batas kesanggupannya. Keringat mengalir deras di sekitar pelipisnya. Dua putaran yang diminta Reyesh mengelilingi lapangan, bukan hal mudah baginya. Apalagi selama ini, ia tidak pernah olahraga se-ekstrim yang diberikan Reyesh.
Lututnya terasa lemas, napasnya memburu, dan jantungnya berdegup begitu kencang. Dua putaran tuntas diselesaikan Mutiara, demi embel-embel traktir makanan favorit yang dijanjikan Reyesh.
Namun, seusai dua putaran itu, alih-alih diberi waktu untuk beristirahat, Reyesh malah kembali berdiri di depannya, tangannya terlipat di dada.
"Sekarang, saatnya push-up lima puluh kali...!" ucap pria itu datar dan dingin, seolah yang ia minta adalah hal yang sepele.
Mutiara menatapnya dengan pandangan tak percaya, semangatnya kini nyaris putus asa.
"Lebih baik aku ma-ti sekalian deh..." ucapnya pasrah, ditengah napas yang masih diburu. Mutiara mulai duduk, kakinya diselonjorkan agar tidak kram.
"Berdiri! Latihan masih belum selesai!" ucap Reyesh tegas.
"Hei...! Aku menyewamu dengan harga mahal, untuk membantuku menaikkan IP, bukan untuk mengubahku jadi atlet!" protesnya dengan suara yang masih tersengal.
Bersambung......