Spinoff The Lost Emir
Nandara Blair, pembalap MotoGP dari tim Ducati, tanpa sengaja menabrak seorang gadis saat menghindari seekor kuda yang lari. Akibatnya, Wening Harmanto, putri duta besar Indonesia untuk Saudi Arabia yang sedang berlibur di Dubai, mengalami kebutaan. Nandara yang merasa bersalah, bersedia bertanggung jawab bahkan ikhlas menjadi mata bagi Wening. Bagaimana kisah antara Emir Blair dan seorang seniman tembikar yang harus kehilangan penglihatannya?
Generasi Ketujuh Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mancing Pasangan Kodok
Nandara tersenyum saat melihat istrinya datang bersama dengan Habibah dan kedua pengawalnya. Wening yang masuk ke dalam Paddock sendirian, tampak gusar membuat Nandara menatap bingung.
"Ada apa sayang?" tanya Nandara yang sudah menyelesaikan sesi latihannya.
"Aku ... Kesal!" jawab Wening yang tidak tahu harus bilang apa.
"Oke. Kalau kesal, jangan disini karena kamu harus ada pelampiasan. Ditahan dulu karena aku harus bersih-bersih dulu baru nanti kita bicara ya?" senyum Nandara sambil mencium pipi Wening.
Istrinya hanya mengangguk dan duduk di kursi sambil bersedekap. Nandara tahu upasti ada sesuatu yang menyentil mood Wening. Apa di museum ada yang mengganggunya? Apa ada wartawan? Nandara memilih untuk mandi dulu di kamar mandi yang ada disana. Dia butuh kesegaran sebelum mendapatkan cerita dari istrinya.
***
Kamar Hotel Tempat Nandara dan Wening menginap
"Sekarang, sayangku, kamu mau cerita apa?" tanya Nandara sambil memegang tangan Wening. Mereka berada di pinggir tempat tidur dan Nandara sudah memesan makanan untuk makan malam mereka. Seharusnya mereka harus ada di acara pesta tapi Nandara ijin tidak ikut demi istrinya.
"Tadi di museum ...."
"Ya?"
"Aku bertemu dengan Mischa dan Gibran."
Nandara mendelik. "Kakak kamu? Bagaimana dia bisa ke Jepang?"
"Aku tidak tahu, Nanda. Tapi tadi dia ... Mereka menghadang aku saat mau pulang. Dia berlagak sebagai kakak yang rindu dengan adiknya," jawab Wening.
"Lalu apa yang kamu lakukan?" tanya Nandara.
"Aku ya bilang saja ... Aku tidak kenal dia dan itu kenyataannya bukan? Terus dia berusaha mendekati aku tapi Habibah sudah membawaku ke dalam mobil."
"Benar. Kamu tidak kenal dan tidak tahu soal dia kan?" ucap Nandara.
"Tapi dia berteriak-teriak dan bilang bahwa aku tidak tahu diri, tidak mau mengakuinya sebagai kakak ... Sepertinya dia mau mempermalukan kamu Nanda." Wening menatap cemas ke suaminya.
Nandara tersenyum. "Tidak apa-apa. Aku tidak perduli dan kamu ... Tidak harus khawatir karena mereka tidak ada hubungannya sama kamu. Mereka sendiri yang memutuskan untuk membuang dirimu, kasarannya. Wening, kamu tidak akan kenapa-kenapa karena aku dan keluarga aku, akan selalu melindungi kamu. Oke."
Wening mengangguk. "Sejujurnya aku ingin tahu kenapa tiba-tiba dia datang kemari. Apa yang dia inginkan dariku? Dari kita?"
Nandara tersenyum. "Kamu ingin tahu?"
Wening mengangguk. "Jiwa kepoku berkobar, Nanda."
"Aku juga penasaran. Apa yang membuat dia nekad ke Motegi dan mencari kamu. Pasti bukan sekedar say hello kan?" Nandara memegang dagunya pertanda dia sedang berpikir.
"Apa rencana kamu Nanda?"
Nandara tersenyum smirk. "Mereka datang sendiri ke Jepang kan? Apa mereka tidak tahu, di Jepang, aku punya kakak Yakuza ?"
Wening terbelalak. "Kamu ... tidak meminta kakak kamu membuat mereka ...."
"Tenang saja Ning. Mas Hyde dan Mas Yuki bukan tipe seperti itu kalau tidak keterlaluan." Nandara memegang wajah Wening. "Percaya padaku, kita akan having fun di Jepang. Plus, aku sudah ada kejutan buat kamu."
"Kejutan apa Nanda? Jangan barang mewah lagi ya. Masih banyak yang belum aku pakai," ucap Wening dengan wajah manyun.
Nandara tertawa. "Bukan sayang. Ini adalah sesuatu yang kamu suka."
Mata hazel Wening langsung berbinar. "Kita keliling museum keramik?"
"Semacam itulah!" jawab Nandara dengan wajah penuh rahasia.
Wening tersenyum senang karena suaminya benar-benar membuktikan ucapannya bahwa dia akan meratukan dirinya.
"Sekarang, Wening ... Ini yang akan kita lakukan jika kakak kamu mulai acara dramanya." Nandara dan Wening lalu berdiskusi.
***
Motegi Circuit Keesokan Harinya
Wening berjalan bersama Nandara dengan gayanya yang chic dan stylish lengkap dengan kacamata hitam branded nya. Hari ini Wening memang hendak menyaksikan suaminya untuk menentukan pole position. Keduanya berada di Paddock Ducati sambil menunggu giliran MotoGP karena sebelumnya ada kelompok Moto3 dan Moto2 yang hendak melakukan pole position.
Note
MotoGP adalah kejuaraan balap motor dunia yang terdiri dari tiga kelas utama: MotoGP, Moto2, dan Moto3.
Penjelasan:
MotoGP:
Kelas tertinggi, menggunakan motor prototipe 1000cc 4-tak dengan kecepatan maksimal lebih dari 350 km/jam.
Moto2:
Kelas menengah, menggunakan mesin 765cc 3-silinder dengan kecepatan maksimal sekitar 295 km/jam.
Moto3:
Kelas dasar, menggunakan mesin 250cc 1-silinder dengan kecepatan maksimal sekitar 245 km/jam.
Sumber Google
"Kira-kira kamu hari ini mau ngalah sama Pepe nggak?" tanya Wening yang duduk di sebelah Nandara sambil menonton proses balapan Moto3 untuk pole position di layar monitor.
"Enak saja ngalah! Benar aku sudah juara dunia tapi tidak ada ngalah dalam kamusku untuk balapan!" jawab Nandara judes membuat Wening cekikikan.
"Kalau sama istri?" kerling Wening.
"Tergantung, ngalah buat apa dulu," senyum Nandara sambil mencium pelipis Wening yang berada dalam pelukannya.
"Gitu ya pak."
"Gitu Bu."
Keduanya saling berpandangan lalu tertawa berdua karena mereka berbicara dalam bahasa Indonesia. Tommy Ducati menoleh ke arah pembalapnya yang tampak mesra dengan istrinya.
Ini benar-benar namanya cinta setelah menikah.
"Maaf Emir Blair. Ada yang mencari anda dan membuat panitia pelaksana bertanya-tanya," ucap Farouq yang datang ke dalam Paddock.
"Siapa?" tanya Nandara.
"Katanya kakak Princess Wening."
Nandara dan Wening saling berpandangan, sementara para kru nya serta Tommy Ducati menatap bingung.
"Kamu punya kakak?" tanya Tommy Ducati karena setahunya Wening anak tunggal.
"Aku juga baru tahu, Tom," jawab Wening.
"Dia mau apa?" tanya Nandara.
"Hanya ingin bertemu anda dan princess," jawab Farouq.
Nandara menatap Wening dan mengedipkan sebelah matanya. "Yuk, kita temui si Kodok itu."
"Kodok?" beo Wening.
"Iya ... Kodok Bangkong yang ribut sukanya." Nandara menengok ke arah Tommy. "Aku mau buat drama dulu."
"Kamu hutang gosip, Nanda!" seringai Tommy Ducati.
"Nanti aku ceritakan. Yuk sayang," ajak Nandara sambil menggandeng tangan Wening dan berjalan keluar Paddock dengan dikawal Farouq.
"Aku rasa, Nanda ingin usil Boss," ucap salah satu kru nya.
"Belum tahu saja kalau Nanda sudah keluar usilnya," senyum Tommy Ducati.
Nandara dan Wening bersama Farouq dan Habibah, berjalan ke tempat Mischa dan Gibran sedang berargumen dengan Mail dan Zaynab serta panitia lomba.
"Ada apa ini?" tanya Nandara.
"Ah Nanda! Akhirnya ... Mereka ini tidak percaya kalau aku dan mas Gibran itu kakak ipar kamu!" ucap Mischa dengan wajah lega.
"Kakak ipar? Bukannya Wening anak tunggal ya? Soalnya waktu aku menikahi Wening, tidak ada kamu," ucap Nandara dingin.
Mischa cemberut apalagi dia melihat outfit yang dipakai Wening. Jaket Loro Piana, kemeja yang aku yakin MaxMara atau Morr, jeans Levi's, sepatu Louboutin dan jamnya ... Patek Philippe?
"Aku itu kakaknya Wening. Saat kalian menikah, aku tidak bisa datang karena bekerja di Singapore," jawab Mischa dengan dagu terangkat.
"Apa mau kamu?" tembak Nandara.
"Bisakah kamu memberikan akses VIP buat kami berdua? Mas Gibran kemarin kalah dengan anak Presiden. Jadi kami hanya mendapatkan kelas eksekutif saja. Masa kamu tidak bisa?" senyum Mischa.
Nandara diam saja tapi dia tampak berpikir.
"Nanda?" tanya Wening.
Nandara membisikkan sesuatu ke telinga Wening dan istrinya tampak terkejut tapi setelahnya mengangguk.
"Bisa. Aku bisa memberikan akses VIP diatas tapi harus mengorbankan jatah dua pengawal aku. Mau?" senyum Nandara yang memberikan kode khusus ke para pengawalnya untuk tidak ikut campur.
"Ah terima kasih Nanda! Oh, apakah kita juga bisa membicarakan bisnis?" pinta Gibran.
"One by one first ( satu satu dulu ). Don't be so greedy ( jangan ngelunjak )!" ucap Nandara dengan sorot mata dingin.
Gibran dan Mischa pun terdiam.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu