Dua tahun yang lalu, Suami dan Ibu mertua mengusir setelah menceraikannya.
Dena sedang hamil pada saat itu, Suami yang sedari awal pernikahan sangat membencinya dan mengganggap anak dalam kandungan Dena bukan hasil perbuatannya tanpa perasaan mengusirnya dari rumah.
Kini Dena kembali sebagai orang berbeda yang masuk dalam keluarga mantan Suaminya.
Ia akan balas dendam!
Membalaskan perasaan sakit hati yang Rafa dan keluarga berikan padanya bertubi-tubi lebih sakit dari yang ia rasakan selama pernikahan yang sungguh menyakitkan itu!
Apa rencana Dena akan berhasil? Atau dia malah terjebak sebagai 'wanita' yang dicintai Rafa setelah penampilannya berubah?
Kalau suka, berikan like, komentar, dan vote, gift ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OO SWEETIE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Marah
Dena baru pulang ke rumah suaminya dan menemukan putranya yang tampan berdiri di depan pintu berpegang pembatas pintu yang membuat bayi itu tidak bisa keluar.
Mata bulat yang bersih, terlihat sangat menggemaskan membuat penat yang dirasakan Dena menghilang dalam sekejap.
Dena meremberikan kedua tangannya untuk mengangkat dan memeluk putranya itu. Dia menciumi pipi Rama dengan rindu.
"Maafin Bunda, ya putra Bunda tersayang. Bunda banyak kerjaan yang membuatmu terlantar seperti ini."
Rama mengulurkan tangan menyentuh pipi Dena. Sentuhan itu membuat Dena nyaman. Meski Rama hanya mendusel-dusel pipi Bundanya.
Di saat Dena sedang memejamkan mata untuk merasakan pelukan putra yang dilahirkannya, Ray datang.
"Ternyata kamu sudah pulang, Dena?"
Dena kembali membuka matanya. "Sudah. Apa Rama baik-baik saja selama kutinggalkan?"
Ray mengangguk. "Dia tidak berulah seolah tau Bundanya akan menyayanginya kalau dia baik."
"Rama akan tetap kucintai meski dia nakal, Ray," ucap Dena menyatakan fakta.
"Tapi lebih bagus kalau dia tidak berulah kan?"
"Hm. Benar sekali."
"Sudah, masuk. Di luar ada banyak nyamuk," ajak Ray.
Dena masuk ke rumah dan dan melihat semuanya sangat berantakan. Mainan di mana-mana, baju berserakan di segala tempat membuat Dena menggeleng seraya tersenyum lucu.
Melihat Istrinya mengamati seisi rumah dengan hati yang tak tertebak, Rayyan merasa istrinya akan marah.
"Aku sudah datang sedari sejam yang lalu. dan rumah masih rapi hanya saja setelah bibi keluar, Rama merengek dan aku khawatir dia sakit, ternyata tidak."
Dena mengangkat sebelah alisnya. "Bukankah tadi kamu bilang Rama baik selama di rumah?"
"Baik. Rama baik tapi sebelum pengasuhnya pulang."
Dena mengangguk. "Aku tidak masalah tentang itu. Yang penting Rama sehat."
"Tapi mengapa wajah dan pakaianmu sangat menarik hari ini, Istriku? Apa ada hal spesial terjadi sebelum ini?" penampilan Dena sungguh menganggu pandangan Ray. Sebenarnya bukan menganggu. Hanya saja, berbeda. Ini membuatnya sangat penasaran.
"Oh itu…" Dena tersenyum. "Balas dendamku sudah terpenuhi… 10%nya!" Dena meninggikan suaranya. Dia menyatakan kalau balas dendam yang direncanakannya, berhasil.
"Wow! Berarti semuanya sudah usai lah ya…" Ray tersenyum penuh arti.
"Yah kan baru 10%nya. Sembilan puluh persennya belum. Masih banyak hal yang perlu kulakukan hingga akhirnya mereka menangis darah di kakiku, dan putra kita karena kesalahan di masalalu yang telah mereka rancangkan dahulu!"
Mendadak Ray mengambil Rama dari gendonganku. "Kamu merasa menang karena satu rencanamu berhasil kan?" tanya Ray.
"Ya." jawab Dena.
"Kita harus merayakan itu!"
"Tapi aku rasa itu tidak perlu."
"Kenapa?" tanya Ray bingung.
"Hem… tidak ada. Hanya kurang suka saja," balas Dena tampak cuek.
Ray penasaran. Apa yang terjadi pada Dena. Dia tampak sangat kelelahan. Apa mungkin dia tidak mengalami hari menyenangkan hari ini?
"Ya sudah kalau begitu. Tadi aku ada pesan makanan dari warung dekat sini. Ayo kita makan," ajak Ray.
"Setelah aku bersihkan badan dan ganti baju ya."
"Oke."
***
"Tadi kamu pakai baju yang berbeda dari pakaianmu tadi pagi," ucap Ray menyinggung penampilan Dena hari ini.
"Memangnya salah, ya?!" mendadak Dena meninggikan suara.
Jujur, Ray terkejut. Tapi dia tetap sabar, tidak menyauti Dena sehingga istrinya itu marah. Mungkin Dena hanya pusing atau sedang datang bulan. Pikir Ray menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.