NovelToon NovelToon
AKHIRNYA MENYESAL

AKHIRNYA MENYESAL

Status: tamat
Genre:Saling selingkuh / Pihak Ketiga / Pelakor / Balas Dendam / Tamat
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Hasri Ani

Saat kehamilan itu benar-benar terjadi pada Livia, dia bermaksud memberikan kejutan dengan datang ke kantor suaminya untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut.

Tapi apa yang dia dapatkan, sangatlah mengguncang perasaannya.

Ternyata di ruangannya, Alex tengah bersama seorang wanita berparas lembut, dengan gadis kecil yang duduk di pangkuannya.

Bukannya merasa bersalah, setelah kejadian itu Alex malah memberi pernyataan, "kita berpisah saja!" Betapa hancur hati Livia. Dia tak menyangka, Alex yang begitu

mencintainya, dengan mudah mengatakan kata-kata perpisahan. Lalu apa jadinya jika suatu hari Alex mengetahui kalau dia sudah menelantarkan darah dagingnya sendiri dan malah memberikan kasih sayangnya pada anak yang tidak ada hubungan darah dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NEGOSIASI

Aurel termenung di depan jendela. Tatapannya kosong, tapi pikirannya justru melayang pada kejadian kemarin, saat ia tak sengaja mendorong tubuh Ishana hingga wanita itu terjatuh, kepalanya membentur tembok dengan keras.

"Kepalanya berdarah. Aku melihat ada darah! Apa dia... mati? Apa aku sudah jadi pembunuh? Tidak! Tidak... aku tidak sengaja!"

Tubuh Aurel bergetar hebat. Keringat dingin mengucur di pelipisnya, rasa takut perlahan melumpuhkan akal sehatnya.

Waktu itu ia datang ke rumah Alex untuk mengadukan suaminya, Barly. Aurel mendapat kabar dari seseorang bahwa suaminya telah melakukan poligami. Tanpa sepengetahuannya, Barly diam-diam menikah siri dengan wanita lain, dan kini wanita itu tengah mengandung. Betapa hancur hati Aurel saat mendengarnya.

Namun, ketika sampai di rumah Alex, ia justru melihat gerak-gerik Ishana yang mencurigakan. Dan ternyata dugaannya benar. Wanita itu telah menyimpan rahasia besar sekaligus menyembunyikannya dari Alex.

"Aku harus bilang pada Bang Alex tentang semua ini.

Tapi... sebelumnya, aku harus memastikan dulu. Apakah Ishana sudah mati atau belum?"

Aurel mengangguk mantap, meski napasnya terasa sesak. Cepat-cepat ia mengambil laporan penting itu dan memasukkannya ke dalam tas. Qitu, ia berdandan dan bersiap pergi ke rumah Alex. Ia akan pura-pura tidak tahu tentang apa yang menimpa Ishana.

Di rumah sakit, Ishana tampak tergolek lemah di atas ranjang. Perban putih mengelilingi kening hingga kepala bagian belakang. Syukurlah, tidak ada luka serius. Kepalanya hanya terbentur cukup keras, mengakibatkan gegar otak ringan.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Ishana? Aku dan Keysha menemukanmu tergeletak di lantai dalam keadaan pingsan. Pelipis dan bagian belakang kepalamu berdarah. Untung saja lukamu tidak terlalu parah," tanya Alex untuk kesekian kalinya. Karena Ishana tak juga menjelaskan apa yang menimpa dirinya. Dia hanya bilang kalau dirinya terjatuh. Tapi Alex tak percaya.

Andai saja ia sudah memasang CCTV di rumahnya, tentu ia tak perlu memaksa Ishana seperti ini hanya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi setelah kejadian ini, tentu Alex tak akan menunda-nunda lagi untuk memasang benda pengintai itu.

"Aku seperti sedang bicara dengan tembok. Ya sudah,

Terserah kamu saja. Aku akan ke kantor dulu. Mungkin nanti sore aku ke sini lagi," ucap Alex. Tatapan mata lelaki itu tajam, lekat mengunci wajah sang istri yang sejak tadi hanya terdiam. Ekspresinya jelas memendam amarah.

"kan sudah aku bilang mas, kalau aku jatuh. Aku harus bicara dalam bahasa apa?" Balas Ishana tak kalah kesal. Meski dengan suara lemah. Alex tak berkata lagi. Dia langsung berdiri dan bersiap pergi.

"Mas, Echa..."

"Dia aku titipkan pada Amelia." Potong Alex cepat.

Lalu keluar dari ruangan Ishana. Wanita itupun sedikit merasa lega, putrinya ada bersama Amelia, sahabat sekaligus rekan kerjanya sesama guru TK.

Sebenarnya, Ishana bukannya tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Namun, ia khawatir Aurel sudah memegang laporan kesehatannya. Jika ia gegabah memberitahu siapa yang mencelakakannya, Aurel pasti tak akan tinggal diam. Wanita itu bisa saja membocorkan rahasianya kapan pun.

Aurel berdiri di depan pagar rumah Alex. Ia menekan bel beberapa kali sambil mengetuk pintu pagar, tapi tetap tak ada jawaban. Rumah itu sepi.

Seorang ibu tetangga menghampirinya.

"Cari siapa, mbak?" tanyanya ramah

Aurel menoleh cepat. "Saya cari kakak saya bang Alex

Atau istrinya."

"Rumahnya kosong, mbak. Kemarini istrinya, Bu Ishana, dibawa ke rumah sakit. Katanya kecelakaan."

"Oh?" Ishana menutup mulutnya, pura-pura kaget.

Lalu terdiam sebentar.

"Kalau begitu, saya akan telepon kakak saya. Terima kasih."

Ibu tetangga itu mengangguk, lalu pergi dari hadapan Aurel.

Setelah kepergian ibu tadi, Aurel merogoh ponsel dari tasnya dan langsung menelepon Alex. Suara kakaknya terdengar setelah beberapa kali nada sambung.

"Halo, ada apa, Rel?" tanya Alex singkat.

"Bang, rumahnya sepi banget. Aku udah di depan pagar. Kok nggak ada orang? Abang di mana sih?" Aurel berusaha membuat suaranya terdengar kesal.

"Ya iyalah kosong! Abang lagi di kantor. Pagi tadi buru-buru, Ishana masuk rumah sakit," jawab Alex cepat, terdengar agak ketus.

"Kok di rumah sakit? Memangnya dia kenapa?" Aurel menggerutu, pura-pura kaget dan kesal.

"kemaren dia pingsan di rumah, kepalanya berdarah.

Aku yakin ada yang mencelakai dia. Tapi Ishana bilang dia terjatuh."

Aurel terdiam. "Jadi Ishana nggak bilang sama bang

Alex, kalau aku yang mencelakai dia? Bagus lah."

Aurel tersenyum miring.

"Memangnya Ishana dirawat di rumah sakit mana?"

"Nanti aku WA-in sama ruangannya. "Kata Alex seperti terburu-buru..

"Terus urusan curhatku gimana?"

"Nanti saja, Abang lagi sibuk nih. Udah dulu ya?"

Klik, sambungan telepon terputus.

Tak berapa lama ada notifikasi pesan dari Alex yang menyebutkan rumah sakit beserta ruangan di mana Ishana dirawat.

Senyum tipis muncul di wajah Aurel. Senyum yang cepat berubah menjadi cibiran dan gerutuan.

"Aku akan menemuimu, Ishana! Bukan untuk menjenguk tapi untuk membuat perhitungan denganmu. Kau sudah menipu kakakku!"

Setengah jam kemudian, Aurel sudah berada di rumah sakit. Ia berjalan pelan menyusuri lorong, menahan degup jantungnya yang tak karuan.

Saat membuka pintu kamar rawat, aroma antiseptik langsung menyengat hidungnya. Di atas ranjang, Ishana terbaring dengan wajah pucat. Mata Ishana membuka sedikit, langsung menatap Aurel dengan sorot tajam.

"Kamu..." suara Ishana serak, hampir seperti bisikan. "Ngapain kamu ke sini?"

Aurel tersenyum tipis, duduk di kursi di samping ranjang. "Wah, masih galak saja rupanya. Kukira kamu sudah tak bisa bicara."

"Apabmaumu Aurel? Kamu sudah mencelakai aku, tapi aku diam. Kalau aku bilang sama mas Alex soal kejadian kemarin, kau akan habis!" ujar Ishana dengan suara bergetar.

Senyum Aurel menghilang seketika. Wajahnya berubah dingin, matanya menusuk Ishana.

"Coba saja kalau berani. Kamu mau lihat bagaimana reaksi bang Alex kalau tahu istrinya sudah tidak punya rahim? Mau lihat kalau dia tahu semua rahasiamu?" bisik Aurel pelan, wajahnya di gin dengan tatapan tajam menusuk.

Wajah Ishana langsung memucat. Tangannya mencengkeram selimut.

"Kalau kau buka mulut, Ishana, aku pastikan bang Alex akan mengetahui semua aibmu. Apa kamu mau lihat dia jijik sama kau? Atau lebih parah... melemparmu dan anakmu ke jalanan?"

Ishana hanya menggigit bibirnya, air mata menetes. Ia terlalu takut untuk bicara.

"Bagus. Begitu lebih baik. Kau memang manusia lemah, aku suka, karena kau mudah diinjak. Tak seperti si

Livia yang sok tegar dan keras kepala."

Aurel berdiri di sisi ranjang Ishana sambil merapikan tasnya.

"Camkan dalam otakmu! Aku tidak pernah datang ke sini. Dan kamu tidak pernah melihat aku!"

Aurel melangkah keluar, meninggalkan Ishana yang hanya bisa dalam diam.

Livia tengah membantu Sean membereskan barang-barangnya. Sore ini Sean akan kembali ke Jakarta. Sebenarnya hati lelaki itu merasa kosong jika harus meninggalkan Livia dan Cello lagi. Inginnya kedua orang terkasihnya itu selalu ada di sisinya dalam suka dan duka. Apalagi jika ada kejadian seperti kemarin. Takut kesalahpahaman akan pelan-pelan menghancurkan rumah tangganya.

"Mas, aku sudah memikirkan untuk ikut pindah denganmu ke Jakarta. Sebagai seorang istri, memang sudah seharusnya aku ada di mana pun suamiku berada."

Ucap Livia tiba-tiba.

Sean yang sedang bekerja dengan laptopnya, langsung menolehkan kepalanya ke arah Livia. Matanya melotot seakan tak percaya, tapi bibirnya tersenyum.

"Benarkah, sayang?"

Livia mengangguk yakin. Sean berdiri menghampirinya. Lalu memeluk erat wanita itu.

"Terima kasih, sayang," bisiknya. Dikecupnya berkali-kali puncak kepala Livia.

"Tapi bagaimana dengan Cello? Bagaimana kalau tanpa sengaja kalian bertemu Alex?" tanya Sean khawatir.

"Jika memang sudah ditakdirkan bertemu, di mana pun aku bersembunyi, dia pasti akan menemukan kami," ujar Livia, membuat Sean terharu.

"Aku akan menjaga kalian. Cello putraku. Tak akan kubiarkan Alex merebutnya darimu."

Livia membalas pelukan Sean, erat dan penuh harap.

Sekarang dia benar-benar sudah siap melangkah bersama Sean tanpa lagi menoleh ke belakang. Ia tahu perjalanan mereka tidak akan mudah. Tapi selama masih saling menggenggam, ia percaya, semua bisa dihadapi.

Langit sore di luar jendela mulai meredup. Angin laut berembus pelan membawa aroma asin yang khas. Tas-tas Sean sudah tersusun rapi di dekat pintu, siap untuk dibawa. Tapi yang lebih penting, hati mereka telah menetapkan arah yang sama.

"Yuk, kita bereskan yang belum sempat dibawa," ucap Livia lembut.

Sean mengangguk dan menggenggam tangannya erat. Kali ini, tak ada lagi keraguan. Mereka akan berjalan bersama, apa pun yang menghadang di depan.

1
Nie
Oh Aletta sungguh hatimu baik ,akan lebih baik lagi kalo kamu bawa Livia pergi
uhuuuyyy
bukan anak nya alex itu yg di perut desi
Nie
alasan aja kamu lex,lagian itu ibu guru ngapain coba ada di kantormu,kalo bukan sdng menggataaaallllll
umi istilatun
👍
N Wage
ini sebenarnya masalah komunikasi dan ego.
Mae Mey
pst mao tabrak aurel ni
Lis Kae
lanjutkan
Akbar Razaq
Dari kemaren ribut soal yang katanya Alex satu satunya pewaris keluarganya Emang berapa banyak sih kekayaan yg mau di wariskan.
Akbar Razaq
masih CALON TUNANGAN jangan bikin ulah bisa bisa tinggal mimpi jadi isyri Sean.
Akbar Razaq
Dengan musibah spt ini smoga au aurel.gak.ikut campur lagi.urusam.orang apalagi sorak kegirangan di atas kesedihan.orang.lain.
Akbar Razaq
MAMPUISSD KAU AU AURELLL SMOGA ANAK YG ADA DLM KANDUNGANMU JG AUTI KEBANYAKAN MAKAN MICIN
HEHE..
Akbar Razaq
cere aja Vi...sdh pasti Alex selengkong.
Cicih Sophiana
Istana kamu pernah di selingkuhin gimana rasanya? sakit kan?... tapi setelah itu kamu lupa klo kamu sdh merebut suami wanita lain... kamu jg dulu pernah mengatai Livia mandul kan? apa kamu gak sadar klo kamu sdh tdk punya rahim...
Cicih Sophiana
semoga Alex hidup nya tdk bahagia dan dia jg tdk bisa menjalan kan tugas nya sebagai suami normal lain ny
Cicih Sophiana
selamat ya Livia atas kelahiran baby boy nya...
Endang Supriati
si kesya kenapa engga mari sih!!
Endang Supriati
cello tuh anak laki! bukan.peremouan yg cuma bisa nangis ,cengeng.ansk laki itu kuat. hrsnya tanya kenapa mamanya bisa cerai. ya livia hrs jelaskan bahwa alex selingkuh.
Endang Supriati
livia munafik, klu sy jadi livia culik si krysa jual kerumah bordil. persis biar sama kays ibunys jd jslang.
Endang Supriati
heran juga sama akex pernah punya istri masa tdk bisa merasakan klu idhana tdk punya rahim waktu ena2 kan berasa tdk ada yg mentok diujung juniornya. laki2 klu lagi ena2 mau keluar itu gerakan maju mundurnya cepat banget dan ditekan kuat2 juniornya krn disitulah kenikmatan waktu pelepasannya dan dipentokin ke rahim.lah engga ada rahim di pentokin ke ruang kosong.hadehhhh
Endang Supriati
coba ada cctv, kan aurel tdk dipenjara.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!