Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Menjebak
Bunyi bel di kamar 809 membuat Rere segera membuka pintu itu dengan kesal. Begitu pintu dibuka ia melihat seorang gadis cantik berusia 20 tahun tersenyum ke arahnya.
"Selamat siang nyonya...! Apakah kamar anda ingin dibersihkan?" tawar Aleta namun ditanggapi dingin oleh Rere yang memperhatikan wajah dan bentuk tubuh Aleta dengan seksama.
"Masuklah...! Lakukan dengan cepat karena aku ingin istirahat...! Sebaiknya kamu bersihkan kamar mandi terlebih dahulu karena aku mau mandi...!" titah Rere diangguki oleh Aleta.
"Baik nyonya." Gadis cantik itu masuk ke kamar mandi dan Rere menyiapkan jebakan untuk gadis itu dengan menyembunyikan perhiasan nya di balik seprei kotor dari kamar sebelah yang baru dibersihkan oleh Aleta.
Beberapa menit kemudian Aleta sudah menyelesaikan pekerjaannya membersihkan kamar mandi. Kini gilirannya membersihkan kamar tidur. Selang beberapa menit pekerjaannya selesai dan kini beralih ke kamar lain.
Rere meneguk minumannya sambil menyusun rencana jahat untuk Aleta. Ia menyabuni tubuhnya sambil meraup udara dengan aroma terapi menenangkan jiwanya. Jauh dalam hatinya ia begitu sedih karena tidak bisa mengandung lagi anak untuk suaminya karena rahimnya telah diangkat.
"Kamu harus bahagia Rivan dengan memiliki putra kandungmu sendiri dengan wanita lain tapi aku yang harus memilih siapa wanita itu untuk mengandung anakmu bukan memilih maduku. Karena mengijinkan diriku dimadu sama saja meminum racun yang akan membunuhku secara perlahan," gumam Rere menekan perasaan sedihnya saat ini.
Usai membersihkan kamarnya Rere kini Aleta beranjak ke kamar sebelah. Waktu berlalu dan Rere mulai melakukan aksinya dengan menghubungi bagian resepsionis untuk mengeluhkan kehilangan barangnya.
"Maaf ...! Tolong ke kamar saya karena saya kehilangan perhiasan yang tadi saya letakkan dibawah bantal," ucap Rere terlihat panik.
"Apa....?" petugas resepsionis terdengar syok." Baik, saya dan manajer hotel segera ke kamar nyonya sekarang," resepsionis langsung menceritakan kronologi kamar 809 kepada manajer hotel. Keduanya langsung menuju ke kamar nyonya Rere yang tersenyum penuh kemenangan.
Drama pun dimulai. Bunyi bel pintu terdengar dan nyonya Rere bersiap menunjukkan rasa paniknya dengan wajah marah dan kecewa. Pintu dibuka olehnya dan mereka terlibat obrolan. Kedua petugas hotel mulai melakukan interogasi pada nyonya muda itu.
"Saya kehilangan perhiasan mahal dengan harga miliaran. Apakah hotel ini tidak menerapkan kedisiplinan pada karyawannya terutama petugas cleaning service nya agar tidak mengambil barang milik tamu hotel ini?" cecar Rere dengan ekspresi meyakinkan.
"Maaf nyonya...! Apakah anda sudah mencari semua tempat di dalam kamar ini? coba periksa sekali lagi sebelum menuduh karyawan kami melakukan pencurian barang milik anda," ucap sang manajer hotel tersebut.
"Apakah anda tidak melihat kamarku jadi berantakan karena aku sudah tiga kali melakukan pemeriksaan ulang sebelum menghubungi kalian?" bentak Rere penuh drama.
"Baiklah. Saya akan menghubungi petugas yang membersihkan kamar anda," ucap sang manager lalu keluar dari kamar itu. Tepat di saat langkahnya ingin menuju ke pintu lift ia bertemu dengan Aleta yang juga sedang mendorong trolinya yang berisi handuk dan seprei bekas pakai dari setiap kamar di lantai itu.
"Aleta, apakah kamu yang membersihkan kamar 809?" tanya Ferdian.
"Iya pak. Ada apa ya pak?" wajah Aleta tampak bingung melihat sikap bos-nya itu begitu datar padanya.
"Ikuti aku sebentar dan bawa serta troli kamu ke kamar 809...!" titah Ferdian selaku manajer hotel itu.
"Baik pak," Aleta terlihat patuh mengikuti langkah bosnya. Tiba dikamar Rere, Ferdian menjelaskan pada Aleta apa yang terjadi pada Rere. Gadis itu terkejut dan siap diperiksa oleh kedua satpam wanita yang sudah dihubungi oleh pihak resepsionis.
"Ya Allah, mana mungkin saya mengambil milik orang lain. Itu sama saja merusak reputasi hotel ini dan nama baik saya sendiri," batin gadis 20 tahun itu.
Citra yang merupakan satpam hotel itu memeriksa tubuh Aleta dan rekannya juga memeriksa trolinya Aleta. Dan ketika salah satu seprei ditebarkan oleh Citra maka jatuhlah kalung berlian milik Rere di lantai membuat semuanya terkejut termasuk Aleta. Tapi tidak dengan Rere yang tersenyum samar menatap wajah Aleta yang syok.
"Benarkan kecurigaanku kalau gadis ini yang telah mencuri perhiasanku. Dasar gadis miskin..! Bisamu hanya mencuri milik orang lain untuk memperkaya diri..!" hina Rere pada Aleta yang masih terpaku diam menatap perhiasan itu untuk pertama kalinya.
"Maaf nyonya. Sepertinya anda sedang menjebakku. Aku tahu orang kaya seperti anda yang selalu merendahkan orang miskin seperti ku. Harga diriku tidak ternilai dari perhiasanmu itu. Aku telah di fitnah," ucap Aleta berusaha tenang walaupun hatinya sangat kacau dan terhina saat ini.
"Apa kamu bilang gadis tidak tahu diri...? Manajer, tolong proses gadis ini secara hukum kalau tidak reputasi perusahaan ini akan saya hancurkan...!" ancam Rere sengit dan Ferdian cukup heran dengan tindakan Rere.
"Nyonya. Bukankah perhiasan anda sudah ditemukan? Kenapa anda masih mempermasalahkan masalah ini? kami cukup memecat gadis ini saja dan tidak perlu membawa masalah ini sampai ke polisi," cegah Ferdian.
"Tidak bisa. Kalau kalian tidak melakukannya maka saya yang akan melaporkan sendiri gadis ini ke kantor polisi," kekeh Rere.
"Baiklah. Biarkanlah kami yang mengurus gadis ini. Tolong jangan melakukan kesalahan apapun untuk mencemarkan nama baik hotel ini..! "Ferdian memberi kode pada kedua satpam wanita untuk membawa Aleta ke kantor polisi.
Aleta masih menegakkan kepalanya karena ia merasa tidak bersalah. Namun ia kepikiran kepada ibunya yang saat ini sedang sakit-sakitan di rumah kontrakan mereka yang tentunya membutuhkan dirinya.
Setibanya di kantor polisi Aleta menerima pesan dari tetangganya yang mengabarkan kalau ibunya sedang dibawa ke rumah sakit. Mereka membutuhkan uang agar ibunya mendapatkan kamar.
"Ya Allah. Cobaan apa lagi ini?" Aleta hanya bisa mengeluh. Ia tidak bisa berpikir karena nasibnya belum bisa diprediksi apakah ia akan bebas dari tuduhan itu ataukah akan menerima hukumannya?
Namun hatinya tetap pada sang ibu yang harus mendapatkan pertolongan medis. Ia segera diperiksa oleh petugas kepolisian dengan todongan pertanyaan yang cukup menyudutkan dirinya. Tidak lama kemudian Rere sudah tiba di kantor polisi. Setelah berbicara sebentar dengan kepala polisi kini Rere diantarkan di ruang interogasi di mana Aleta berada.
"Bisakah tinggalkan kami berdua? Saya ingin bicara berdua dengan gadis ini," pinta Rere sambil menatap Aleta yang tidak sudi melihat tampangnya Rere.
Begitu kedua penyelidik itu keluar, Rere mendekati Aleta yang sedari tadi menundukkan wajahnya.
"Dengar gadis nakal...! Jika kamu ingin bebas dari sini kamu harus mengikuti keinginanku. Jika tidak mau, maka aku akan membuatmu membusuk di penjara. Bagaimana?" tawar wanita yang berusia 30 tahun itu.
Aleta tersenyum sinis lalu menatap tajam wajah wanita cantik di depannya." Aku sudah menebak apa niatmu dibalik drama yang kamu ciptakan ini, nyonya. Aku bukan wanita bodoh yang tidak tahu akal bulus wanita keji sepertimu. Katakanlah apa yang kau inginkan dariku..!" tantang Aleta.
"Kau harus mengandung anak suamiku dan setelah anak itu lahir kau boleh pergi dari hidup kami. Tentu saja ini tidak gratis. Semua pengorbananmu pasti ada kompensasi nya. Kamu akan menerima sejumlah uang dan mungkin uang itu yang akan menjamin kehidupanmu selama satu dekade," sinis Rere.
Aleta memejamkan matanya. Ia merasa sangat terhina dengan permintaan tidak masuk akal Rere. Namun nyawa ibunya lebih penting saat ini. Makanya iapun harus memutuskan pilihan itu secepatnya.
"Baiklah. Aku terima permintaanmu namun dengan satu syarat...-" Aleta sengaja menggantungkan ucapannya dan Rere sangat penasaran.
"Sebutkan keinginanmu itu...!" ucap Rere terlihat tegang.
Visual Aleta
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina