Gadis berusia dua puluh tahun harus merelakan impian pernikahannya dengan sang kekasih demi memenuhi keinginan terakhir sang ayah. Ia di jodohkan dengan bujang lapuk berusia empat puluh tahun yang hidup dalam kemiskinan.
Namun siapa sangka, setelah enam bulan pernikahan Zahira mengetahui identitas asli sang suami yang ternyata seorang milyarder.
Banyak yang menghujatnya karena menganggapnya tidak pantas bersanding dengan sang suami hingga membuatnya tertekan. Akan kah Zahira tetap mempertahankan pernikahan ini atau ia memilih untuk meninggalkan sang suami?
Dukung kisahnya di sini!
Terima kasih buat kalian yang mau suport author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENDEKATAN SAMA BUMIL
Sang surya terbit menyinari bumi menandakan hari sudah pagi. Suara kicau burung liar saling bersahutan menandakan cuaca hari ini begitu cerah. Hira yang masih terbaring di ranjang rumah sakit mengerjapkan matanya, ia terkejut karena rupanya ia bangun kesiangan. Semalam setelah meminum obat membuatnya mengantuk hingga ia bisa tidur dengan begitu nyenyaknya.
" Pagi sayang." Hira terkejut dengan kedatangan Aarav pagi ini. Aarav masuk ke dalam menghampiri Hira dengan membawa kantong plastik di tangannya. Sepertinya ia membeli sesuatu untuk Hira.
" Mas belikan bubur ayam buat kamu sarapan. Mas tahu makanan rumah sakit tidak enak. Kamu makan ya." Imbuh Aarav.
Hira mengerutkan keningnya, " Kenapa kamu ada di sini mas?" Tanya Hira.
" Mas akan selalu di sini. Mama ada urusan di luar kota jadi mama tidak bisa menemani kamu." Sahut Aarav. " Tapi kamu tenang saja, mas yang akan menemani kamu di sini." Imbuh Aarav.
Masalah bu Hesti pergi keluar kota itu hanya akal akalan Aarav saja. Semalam ketika Hira tidur, Aarav datang menemui ibunya.
" Ma aku mohon bantu aku dekat lagi dengan Hira. Sudah cukup mama menghukumku selama satu bulan ini. Mama tahu sendiri bagaimana aku mencintai Hira. Please ma! Jangan pisahkan kami! Aku sangat mencintai Hira dan calon anak kami ma. Bukan kah tidak baik kalau aku dan Hira berjauhan di saat Hira sedang mengandung? Moment seperti ini harusnya aku ada di sampingnya ma supaya aku bisa menjaganya dengan baik. Selain itu supaya kamu bisa menjalin hubungan yang harmonis. Apalagi masa masa sekarang adalah masa ngidam buat Hira, bagaimana kalau dia sungkan sama mama untuk meminta sesuatu yang dia inginkan? Aku nggak mau anak aku nanti ileran lhoh ma. Jadi please ya ma! Biarkan aku dekat dengan Hira supaya aku bisa membujuk Hira. Kami harus saling menyayangi demi perkembangan bayi kami ma. Aku yakin, sebenarnya Hira juga mengharapkan aku ada di dekatnya ma. Mama jangan egois ya!" Bujuk Aarav.
" Hira nggak akan mau dekat dekat denganmu Aarav. Dia terlalu kecewa dengan sikapmu." Ujar bu Hesti.
" Hira tidak mau dekat denganku karena ada mama. Coba aja kalau mama nggak ada."
Bu Hesti langsung menatap Aarav. " Apa maksudmu hah? Apa kamu sedang menyumpahi mama mati?"
" Bukan begitu ma, maksud aku mama jangan ada di sekitaran Hira biar Hira bisa bergantung padaku, gitu."
" Lalu mama harus dimana?" Tanya Aarav.
" Mama pergi yang jauh. Mama jangan di rumah, kalau di rumah Jira bisa datang ke sana. Mama keluar kota saja gimana? Sampai aku berhasil membujuk Hira baru mama boleh kembali. Dengan begitu Hira pasti terpaksa menerima aku untuk menemaninya ma."
Setelah di pikir pikir omongan Aarav ada benarnya juga. Akhirnya bu Hesti setuju, ia juga ingin melihat kesungguhan Aarav meminta maaf pada Hira. Ini juga demi kebaikan mereka berdua. Dan akhirnya bu Hesti sengaja keluar kota demi memberikan waktu kepada Aarav dan Hira.
Aarav tersenyum mengingat pertemuannya dengan ibunya semalam.
" Kenapa kamu senyum senyum gitu mas? Apa ini hanya akal akalanmu saja yang sengaja memisahkan aku dan mama? Kalau benar, hentikan sekarang juga mas! Aku tidak mau di permainkan lagi. Apa kamu pikir aku mau memberimu kesempatan untuk dekat dekat denganku lagi mas? Tidak mas. Aku tidak mau." Ujar Hira. Ia tidak mau tertipu lagi dengan sang suami.
" Tidak sayang mas tidak berbohong. Teman lama mama ada yang mengalami musibah, katanya beliau kecelakaan di jalan. Beliau mengalami patah tulang pada kaki. Beliau tidak punya siapa siapa makanya mama berinisiatif untuk merawat dan menemaninya. Mereka sahabat dari kecil sampai sekarang sayang." Jelas Aarav. " Mama juga minta maaf padamu karena mama tidak sempat memberitahumu. Mama juga berangkatnya buru buru tadi makanya nggak sempat pamit sama kamu. Mama nggak tega membangunkan tidurmu karena kamu terlihat begitu nyenyak." Imbuh Aarav.
Hira mengambil ponselnya lalu menelepon ibu mertuanya. Ia harus memastikan sendiri. Siapa tahu Aarav berbohong lagi, pikirnya.
Tut...
" Halo sayang, kamu sudah bangun? Apa kamu mual lagi?" Tanya bu Hesti di sebrang sana.
" Iya ma aku sudah bangun, maaf aku bangun kesiangan. Dari bangun aku belum mual ma. Mungkin karena sudah di beri obat sama dokter makanya mualnya berkurang." Sahut Hira.
" Syukurlah kalau begitu."
" Mama dimana? Kenapa waktu aku bangun mama nggak ada?" Tanya Hira.
" Mama sedang dalam perjalanan ke kota B sayang. Teman mama ada yang mengalami musibah, mama harus menemaninya di sana. Mama minta maaf karena tidak sempat pamit kamu."
" Iya ma nggak apa apa. Kapan mama pulang?" Tanya Hira lagi.
" Belum bisa di pastikan sayang. Nanti kalau teman mama udah mendingan, mama pasti pulang."
" Apa aku boleh menyusul ma? Aku akan membantu mama merawat teman mama itu."
Aarav terkejut mendengar ucapan Hira, ia berharap ibunya menolaknya.
" Tidak perlu sayang. Di sini jauh dari kota, mama kasihan sama kamu. Lagian kamu sedang hamil, kamu harus banyak banyak istirahat. Mama udah titipin kamu pada Aarav. Mama jamin Aarav pasti akan menjagamu dengan baik. Kalau dia melakukan kesalahan lagi, langsung beritahu mama ya. Ya sudah mama tutup teleponnya dulu, kamu baik baik ya bersama Aarav. Jaga calon cucu mama. Mama tutup ya, bye."
" Iya ma."
Bip...
Sambungan telepon terputus. Hira menghembuskan kasar nafasnya.
" Gimana? Mas tidak bohong kan." Ujar Aarav.
" Hmm." Gumam Hira.
Hira turun dari ranjang.
" Mau kemana sayang? Biar mas bantu." Ujar Aarav.
" Tidak usah, aku bisa sendiri. Lagian aku udah membaik, nanti siang aku udah boleh pulang." Sahut Hira.
" Baiklah."
**
Setelah melewati perdebatan panjang akhirnya Hira pulang ke rumah Aarav bukan ke rumah utama. Aarav tidak akan melepaskan kesempatan mas untuk berduaan dengan Hira. Kalau di rumah utama, banyak pengganggu di sana. Bisa bisa Hira tidak akan membutuhkan bantuan Aarav sama sekali karena banyak pelayan di sana.
Hira naik ke atas ranjang, ia duduk bersandar pada headboard. Aarav segera menyusulnya, ia duduk di samping Hira.
" Kenapa mas di sini? Sana pergi!" Usir Hira.
" Mas sudah janji sama mama kalau mas akan menjagamu dengan baik. Untuk memastikan hal itu terjadi, maka mas harus selalu ada di sampingmu." Ujar Aarav.
Hira terlalu malas untuk berdebat. Ia memainkan ponselnya.
" Sayang, apa perutmu nyaman?"
Hira menatap Aarav sambil mengerutkan keningnya.
" Apa tidak mual?"
" Tidak." Sahut Hira kembali fokus pada ponselnya.
" Apa kamu tidak mau makan sesuatu gitu biar mas belikan."
" Tidak." Sahut Hira cuek.
" Kamu tidak ingin makan rujakan mangga muda? Biasanya orang hamil muda sepertimu pasti suka dengan yang asam asam." Ujar Aarav berharap Hira bergantung padanya.
" Aku nggak suka asam." Sahut Hira.
" Atau makan bakso mungkin? Mie ayam, sate lontong, ayam kremes atau.... "
" Aku hanya ingin satu macam." Ucap Hira.
" Apa itu sayang? Katakan! Mas pasti akan memberikannya padamu." Ucap Aarav senang.
" Aku ingin mas pergi dari sini dan jangan ganggu aku lagi."
" Hah????"
..pintaran mak mu dr pd luu...😏😏