Squel dari My Sexy Old Man, kisah Four J anak dari Xander dan Jeje.
Trauma dengan kisah masa lalunya, membuat Kirana menjadi sosok wanita yang sangat dingin dan membenci semua pria yang akan mendekatinya.
Tapi, bagaimana jida dia di hadapkan empat pria tampan yang berusaha mengambil hatinya dan berusaha untuk memperebutkannya?
Penasaran? Simak terus kelanjutannya.
Follow IG: @thalindalena
Follow fb: Thalinda lena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obsesi
Aku tidak harus membawanya berkencan kemana, tapi sepertinya menonton bukanlah ide yang buruk. Batin Nathan.
Dasar Bang Othan. 😆
Ya! Saat ini Kirana dan Nathan berada di salah satu bioskop yang ada di salah satu Mall terbesar di kota tersebut.
Walau pun Kirana berasal dari kampung, tetapi sifatnya tidak kampungan, gadis itu mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
"Kamu pernah datang ke Mall seperti ini?" tanya Nathan, sambil menggandeng tangan Kirana dengan posesif, takut jika Kirana di ambil pria lain.
"Tentu saja pernah," jawab Kirana, dengan cepat.
Di dalam mimpi! lanjut Kirana di dalam hati. 😆
Kirana memperhatikan sekelilingnya, banyak wanita yang ada di sana menatap Nathan penuh kekaguman.
"Hei! Kalian para wanita! Lap air liur kalian itu!" Teriak Kirana, namun hanya di dalam hati.
"Kamu mau nonton film apa?" tanya Nathan, ketika mereka berada di barisan menganti tiket.
"Terserah!" jawab Kirana.
"Baiklah," balas Nathan, tersenyum licik seraya melirik Kirana yang berdiri di sampingnya.
*
*
*
Kirana menatap jengah film yang di putar di layar lebar yang ada di depannya itu.
Bagaimana tidak jengah? Jika mereka menonton Film horor yang menurut Kirana tidak ada seramnya sama sekali.
Berbeda dengan Nathan yang sudah ketakutan ketika melihat hantu di film tersebut muncul, bahkan pria itu bersembunyi di belakang punggung Kirana.
Sial! Kenapa aku yang ketakukan? Hancur sudah wibawaku! Batin Nathan yang terus merutuki dirinya sendiri.
Niat hati memilih film horor, karena ia pikir Kirana akan ketakukan dan akan memeluknya dengan erat, seperti drama korea yang sering tontonya. Namun, semua berbanding terbalik dari yang di bayangkannya.
"Apa kamu takut?" tanya Kirana, kepada Nathan yang menyembunyikan wajahnya di belakang punggungnya.
Nathan langsung menegakkan badannya, lalu menatap Kirana dengan ekspresi datar. "Aku?" Nathan menunjuk dirinya sendiri, kemudian terkekeh pelan.
"Ya," jawab Kirana, seraya menganggukkan kepalanya.
"Tentu saja tidak! Aku malahan bosan dengan film ini! Tidak seram sama sekali." Nathan beralasan. Berharap jika dia bisa keluar dari zona yang menakutkan tersebut, akan tetapi dirinya malah terjebak dalam permainannya sendiri.
"Begitu ya?" Kirana menganggukan kepalanya lagi.
"Kita keluar saja dari sini, dan mencari Film yang lebih seram dari ini! Bagaimana? Sepertinya kita mempunyai selera yang sama," usul Kirana.
Mendengar perkataan Kirana, membuat wajah Nathan memucat, akan tetapi ia segera mengusai dirinya dan merubah raut wajahnya menjadi sangat datar.
"Owh! Ha ha haa, baiklah," jawan Nathan pada akhirnya sembari meringis kesal.
Bisa mati berdiri aku! Batin Nathan.
"Sungguh? Apa kamu tidak keberatan?" tanya Kirana, memeluk tangan Nathan dengan mesra.
Kena kau! Aku akan membalas semua perbuatanmu! Muehehehe. Batin Kirana, tertawa puas karena berhasil menjahili Nathan.
"Ah, tentu saja aku tidak akan keberatan," jawab Nathan, seraya mengacak pucuk kepala Kirana.
"Kalau begitu kita keluar sekarang." Kirana beranjak, sekaligus menarik tangan Nathan.
Nathan hanya bisa pasrah dan menyiapkan nyalinya untuk melihat film horor yang lebih seram dari sebelumnya.
Aku tarik kata-kataku! Ternyata menonton film di bioskop adalah ide yang sangat buruk!! Batin Nathan teramat kesal, berjalan mengikuti Kirana.
*
*
*
Disisi lain Aiden sedang mendengar penjelasan Sean dan Ansel.
"Jadi Nathan membawa Kirana pergi?"
"Yap!! Aku curiga jika Nathan sudah mencuri start lebih dulu," jawab Sean.
Aiden terdiam sejenak. Ia memikirkan kejadian tadi pagi dimana Nathan meminjam bajunya dan berkata akan berkencan dengan kekasihnya.
Apakah yang di maksud Nathan adalah Kirana? Batin Aiden bertanya.
"Sudahlah jangan terlalu di pikirkan! Bukankah kita akan bersaing secara sehat?" ucap Ansel, membuyarkan Aiden yang sedang larut dalam pemikirannya.
"Tapi, itu tidak adil!" jawab Sean, tidak terima.
"Hei!! Kau ini tahu apa! Kamu 'kan tidak ikut dalam memperebutkan hati Kirana!" sahut Ansel, menatap malas Sean.
"Lagi pula pria sepertimu mana pantas dengan Kirana yang polos." Aiden menimpali.
"Hei! Kau pikir dirimu pantas dengan Kirana? Aku tahu kartu AS mu, Dendeng sialan!" kesal Sean kepada Aiden.
"Apa yang kamu ketahui tentang si Dendeng ini?" tanya Ansel, ingin tahu sembari menunjuk Aiden dengan dagunya.
Sean membuka mulutnya dan ingin menjawab pertanyaan Ansel, akan tetapi Aiden menatapnya dengan tajam dan penuh ancaman.
"Tidak, bukan apa-apa," jawab Sean, pada akhirnya.
"Ah! Kamu ini bicara yang jelas dong!" balas Ansel, menepuk pundak Sean dengan keras membuat pria tersebut memekik sakit.
"Sakit! Kampret!" maki Sean, seraya mengusap pundaknya yang terasa nyeri. Sedangkan Ansel sudah melarikan diri dari amukan Sean.
"Wlekkkk!" Ansel menjulurkan lidahnya meledek Sean dari kejauhan.
Sean emosi, lalu melemparkan sandalnya ke arah Ansel, namun dengan cepat Ansel menghindar hingga lemparan sendal itu pun meleset.
"Tidak kena!!" Ansel masih meledek, setelah itu ia melarikan diri dari hadapan Sean yang semakin murka.
Begitulah Sean dan Ansel jika bersama, tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, akan tetapi akan saling merindukan jika berjauhan.
"Kalian ini seperti anak kecil saja!" ucap Aiden, menahan Sean yang akan mengejar Ansel.
"Dia yang mulai!" jawab Sean, seraya mendudukkan dirinya lagi di tempat duduknya. Menatap sengit ke arah tangga dimana Ansel barjalan disana.
"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Sean kepada Aiden.
"Mendapatkan hati Kirana. Menurutku Kirana adalah gadis yang unik dan juga cantik. Dia tidak sama seperti gadis yang lainnya," jawab Aiden, tersenyum tipis membayangkan wajah cantik dan senyuman manis Kirana.
"Tapi jika Kirana tidak tertarik denganmu, bagaimana?" tanya Sean lagi.
"Akan tetap aku kejar, walau dia memilih di antara kita!" jawab Aiden.
"Wah!" Sean cukup terkejut ketika mendengar jawaban Aiden. "Itu obsesi bukan cinta!" lanjut Sean, akan tetapi Aiden tidak memperdulikkanya.
"Apa yang aku inginkan harus menjadi milikkku!!" ucap Aiden dengan tegas, terdengar dingin dan datar.
"Terserah, lakukan yang ingin kamu lakukan, tapi jangan sampai melukai hati para saudaramu!" jawab Sean tidak kalah tegas.
"Heum, kita lihat saja nanti!" jawab Aiden, tersenyum smirk.
"Kita bersaing secara sehat!" ucap Sean, mengingatkan Aiden. Agar saudara kembarnya itu tidak salah jalan.
"Aku tahu!" jawab Aiden.
Like dan Votenya jangan lupa ya!