Oryza Sativa mengira pernikahannya selama ini baik-baik saja. Memiliki suami yang begitu perhatian dan mencintainya. Memiliki sepasang putra dan putri yang tampan dan cantik serta menggemaskan.
Memiliki mama mertua yang juga menyayangi dirinya walaupun sedikit judes, tapi ia tak mempermasalahkannya. Hingga satu persatu rahasia sang suami juga keluarganya terkuak membuatnya seperti mati rasa. Cinta yang diagung-agungkannya seketika musnah. Hatinya hancur sejadi-jadinya.
Bertahan atau melepaskan, manakah yang harus ia pilih?
Yuk, mampir di karya author D'wie!
Semoga suka.
Saranghaeyo 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.27 Mengikuti jejak
Kini Hendrik hanya bisa terpengkur di ruang kerjanya dengan tangan yang sibuk meremas kepalanya yang mendadak pusing. Bagaimana tidak, ia yang dengan percaya dirinya kalau sang istri takkan bertahan lama berada di luar sana, ia yang dengan keyakinan penuh kalau sang istri pasti akan kembali lagi karena tak sanggup bertahan hidup di luar tanpa seorang pun, ia yang dengan yakin seyakin-yakinnya kalau sang istri takkan mungkin sanggup melepas hingga mengajukan gugatan cerai, justru dalam waktu kurang lebih 24 jam telah membuatnya begitu shock dengan kedatangan surat undangan dari pengadilan agama untuk menghadiri sidang perdana perceraiannya. Bagaimana bisa? Setahunya, Oryza tidak memiliki pendukung 1 orang pun, tapi bagaimana bisa ia mengajukan gugatan cerai yang bahkan undangannya pun bisa datang secepat itu?
Apakah selama ia sibuk dengan Githa, ia banyak melewatkan sesuatu?
Keseharian Oryza pun hanya diisi dengan kegiatan mengurus anak dan rumah tangga saja. Antar jemput anak sekolah, setelah itu pulang, jadi tak ada waktu untuk membangun silaturahmi ataupun hubungan dengan orang lain baik itu dengan keluarga apalagi teman.
Lalu bagaimana bisa ia mengajukan gugatan cerai dengan begitu cepat? Bahkan teramat sangat cepat?
Dalam hati Hendrik, ia tak pernah berniat menceraikan Oryza. Katakanlah ia serakah, ia ingin memiliki baik itu Oryza maupun Githa dan hartanya.
Awalnya orang tua Githa memang menentang permintaan anak semata wayang mereka itu yang menginginkan Hendrik menjadi suaminya sebab Hendrik telah memiliki istri. Tapi karena satu hal, mereka tak bisa menolak keinginan gila tersebut. Apalagi ternyata mereka juga telah melakukan hubungan yang terlalu jauh. Dengan berat hati, mereka pun menikahkan keduanya walaupun masih secara siri. Tapi orang tua Githa tetap berusaha menekan Hendrik agar Githa dijadikan satu-satunya istrinya. Namun, Hendrik masih dengan pendiriannya tak ingin melepaskan Oryza.
Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Oryza lah yang memilih melepaskannya.
"Breng-sek!" umpat Hendrik seraya mengacak meja kerjanya hingga semua benda yang berada di atasnya jatuh berserakan.
"Kamu ngapain sih, sayang? Pake ngamuk-ngamuk segala," ujar Githa saat masuk ke ruang kerja Hendrik Ia mendengus melihat ekspresi Hendrik yang seakan tak rela digugat cerai. "Bukannya bagus dia memilih mengundurkan diri jadi aku bisa segera menjadi satu-satunya istri kamu. Bukankah papa juga udah bilang, kamu bisa jadi penerus usahanya kalau kamu jadiin aku istri satu-satunya," imbuhnya lagi. Lalu Githa duduk di pangkuan Hendrik seraya mengelus rahang mulus Hendrik, "Hayolah, jangan bodoh, sayang! Kapan lagi kamu bisa jadi seorang pengusaha kalau nggak jadi suami aku. Emang kamu mau jadi kacung perusahaan kecil itu terus-terusan."
"Itu bukan perusahaan kecil, Tha. Itu kan anak cabang. Perusahaan utamanya itu perusahaan terbesar di negara ini lho. Siapa sih yang nggak tahu Angkasa Grup. Aku malah berharap banget bisa diangkat terus masuk ke kantor pusat. Aku yakin, kalau aku bisa masuk ke sana, aku bisa membuat usaha papa kamu menembus pasar nasional bahkan internasional. Papa Helmi memang seorang pengusaha, tapi masih tingkat lokal dan wilayah cangkupannya pun baru menebus area pulau Jawa setelah bekerja sama dengan perusahaan tempatku bekerja. Bisa kamu bayangkan, kalau aku sukses jadi karyawan kantor pusat, aku pasti akan memuluskan semua proposal kerja sama papa Helmi. Setelah perusahaan papa Helmi makin maju, baru deh aku resign terus jadi CEO pertama di sana," tukas Hendrik dengan mata berbinar cerah membayangkan ia akan menjadi CEO perusahaan di bidang tekstil milik orang tua Githa.
"Terserah kamu deh! Tapi yang penting, kamu nggak usah pikirin istri nggak guna kamu itu. Nggak ada manfaatnya. Cuma aku yang bisa membuat impian kamu itu jadi kenyataan, paham!" tegas Githa dengan tatapan tajamnya.
"Hmmm ... tapi bisa bantu aku bilangin papa kamu untuk cariin pengacara," ucap Hendrik membuat mata Githa mendelik tajam. "Jangan marah dulu, sayang! Aku cuma mau merebut hak asuh kedua anakku saja. Aku. nggak mau hidup anakku susah dengan mengikuti perempuan nggak tahu terima kasih itu," lanjutnya yang diangguki Githa.
...***...
"Duh, tisu toilet sama pembersih lantai habis! Dimana ngambilnya ya!" monolog Oryza saat memeriksa ketersediaan stok sabun dan perangkat kebersihan lainnya di lemari penyimpanan.
"Ah, aku tanyakan sama tuan Saturnus aja deh!" gumamnya lagi. Lalu Oryza pun hendak keluar mencari keberadaan asisten planet bos mereka.
Baru saja ia berjalan di koridor, tak sengaja ia berpapasan dengan Damar yang entah datang dari mana. Oryza pun langsung menunduk seraya memberikan hormat kepada petinggi gedung berlantai 17 itu. Sebab gedung Angkasa Mall dibangun bukan hanya untuk dijadikan mall, tapi juga disewakan sebagai pusat bisnis beberapa jenis usaha mulai dari perbankan, leasing, tour and travel, bahkan restoran mewah, dan lain-lain.
"Selamat sore, tuan," ujar Oryza seraya menunduk karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.43.
"Selamat sore," sahut Damar datar. "Kau mau kemana?" tanya Damar.
"Itu tuan, saya mau mencari asisten Anda, tuan Saturnus," sahutnya sopan.
"Ada keperluan apa?" tanya Damar tetap dengan ekspresi datarnya.
"Anu tuan, itu ... "
"Itu apa?"
"Saya ... saya cuma mau tanya dimana saya bisa mengambil tisu toilet dan cairan pembersih lantai soalnya stok di dalam sudah habis," ujar Oryza masih dengan wajah menunduk dalam.
"Biar saya minta Saturnus mengambilkannya."
"Tidak, tidak usah tuan. Tidak usah merepotkan tuan Saturnus. Saya bisa ambil sendiri. Saya hanya ingin bertanya sekaligus supaya tahu jadi jikalau lain kali ada yang mau saya ambil, saya bisa segera mengambilnya sendiri," sahut Oryza cepat. Bahkan kini ia sudah mengangkat wajahnya sehingga tanpa sengaja mata mereka saling bersirobok.
Oryza sempat terpana dengan sorot mata tajam nan jernih Damar, tapi dengan segera ia memutus tatapan itu khawatir atasannya itu salah paham dan menduga dirinya mencoba menggodanya.
"Hmmm ... terserah kau saja. Kau bisa temui Bu Dena di lantai dasar untuk meminta apa yang kau cari," tukas Damar datar kemudian ia segera berlalu dari sana meninggalkan Oryza yang sudah merasa dag dig dug pada jantungnya.
Setibanya di ruangannya, Damar langsung merebahkan tubuhnya di sofa dengan telapak tangan berada di depan dadanya. Dadanya berdebar begitu kencang. Mati-matian ia menahan gejolak di dalam dadanya saat bersitatap dengan Oryza tadi.
"Astaga, jantungku!" gumamnya sambil mendesah lirih kemudian ganti terkekeh, merasa geli dengan apa yang ia alami saat ini. "Apa papa dulu juga ngerasa kayak gini ya waktu ketemu mama lagi setelah sekian lama? Udah kayak orang gila," gumamnya seraya terkekeh.
"Kenapa loe, bang? Udah gila?" celetuk Kevin saat memasuki ruangan Damar.
"Ck ... dasar adik durhaka, Abang sendiri dikatain gila!" ketus Damar dengan mendelik sebal.
Kevin pun terkekeh lalu merebahkan tubuhnya di seberang sang kakak.
"Virus-virus bucin sepertinya sedang bertebaran ya bang. Tapi wajar sih abangku yang jomblo akut ini bisa jadi bucin lah calon jamunya cantik gitu. Kira-kira aku tikung, boleh nggak bang?" seloroh Kevin seraya memainkan alisnya.
Dukkk ...
Damar melemparkan sebuah bantal sofa yang tepat mengenai wajah Kevin. Bukannya marah, Kevin justru tergelak melihat ekspresi sang kakak yang mendelik sebal padanya.
"Cie ... bucin sama istri orang nih ye!" ejek Kevin yang masih tergeletak. "Hati-hati bang, ketahuan suaminya bisa gaswat!"
"Aku nggak sebodoh itu," ketus Damar yang memang benar apa adanya.
"Yayaya, abangku kan cerdas. Buktinya, sampai nggak ketahuan udah diem-diem bantuin memuluskan proses perceraian calon kakak ipar yang tertunda kami. Gila, Abang emang the best. Nggak nyangka Abang bisa ngikutin jejak papa Angga."
Entah pujian atau ejekan yang dikatakan Kevin itu, tapi hal tersebut memang adanya. Damar pun tak menyangka ia bisa melakukan hal segila ini dalam hidupnya. Padahal Diwangga adalah papa sambungnya, tapi kenapa jejak percintaannya mengikuti sang papa sambung?
Ah, tapi tak apalah. Justru ia berharap, jalannya dimudahkan dan berhasil sama seperti sang papa sambung tersayang.
...Happy reading 🥰🥰🥰...
menghibur sekali crt nya
kebanyakan nikah nya dadakan dan instan hehehe
semua Krn ulamu sendiri
coba aja klo ingin ganggu Riza bs2 segera deat dirimu git
ayoo ti ajarin Saturnus dlm bercinta..
kamu kan Uda berpengalaman
masak si sepolos itu Saturnus
di paksa nikah sama BPK Saturnus 😴😴