NovelToon NovelToon
Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Teen / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Kisah cinta masa kecil / Idola sekolah
Popularitas:508
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Apa jadinya jika dua orang sahabat memiliki perasaan yang sama, tapi sama-sama memilih untuk memendam perasaan itu daripada harus mengorbankan persahabatan mereka? Itulah yang saat ini dirasakan oleh dua orang sahabat, Bulan dan Bintang.

Bulan, sahabat sejak kecil seorang Bintang, menyukai pemuda itu sejak lama tapi perasaan itu tak pernah terungkap. Sementara Bintang, baru menyadari perasaannya terhadap gadis cantik itu setelah dirinya mengalami kecelakaan.

Keduanya terjebak dalam perasaan yang tak terungkap. Mereka tidak tahu harus melakukan apa. Keduanya hanya tahu bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tapi, akankah persahabatan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih?

---------------------------------------------------------------------------

"Lo keras kepala banget! Lo gak tau apa gue khawatir, gue sayang sama lo." gumam gadis itu lirih, bahkan hampir tak terdengar.

"Lo ngomong apa tadi?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Tinggal bersama

"Jadi Ayah, bunda... Boleh gak Bintang tinggal di sini untuk sementara waktu?" Ujar Bulan kepada kedua orang tuanya setelah Bulan dan Bintang tiba di rumah Bulan.

Ayah Bulan memandang Bintang penuh empati, terlebih cerita Bulan tentang ayah Bintang yang sama sekali tidak peduli dengannya bahkan tak dianggap anak lagi. Ayah Bulan merasa kasihan, ia pun menoleh ke arah ibu Bulan yang menganggukkan kepalanya seolah memahami pertanyaan tak terucap dari suaminya.

"Tentu saja, nak. Bintang boleh tinggal di sini kapanpun yang dia inginkan. Rumah ini selalu terbuka untuk Bintang." Ujar ayahnya.

"Iya sayang, Bintang sudah seperti keluarga kita sendiri. Tentu saja Bintang boleh tinggal di sini, kita bisa merawat Bintang bersama-sama." Ujar ibu Bulan menimpali.

Bintang yang sedari tadi diam merasa haru dengan kebaikan keluarga Bulan. Keluarga Bulan memang sangat baik padanya membuat Bintang mendapatkan kembali arti keluarga yang sebenarnya. Tapi, tetap saja Bintang merasa tidak enak karena merasa selalu merepotkan Bulan dan keluarganya.

"Terima kasih om, tante... Maaf jadi merepotkan." Ujar Bintang pada akhirnya.

Ayah Bulan tersenyum lalu mengusap bahu Bintang dengan lembut, menunjukkan kepeduliannya terhadap Bintang. "Kamu sama sekali enggak merepotkan, Bintang. Kamu sudah sering berada di rumah ini. Jangan canggung begitu."

"Kami akan merawat mu seperti anak kami sendiri, jadi jangan sungkan-sungkan... Anggap aja seperti rumah sendiri." Ujar ibu Bulan dengan seutas senyum.

Bintang tersenyum sedikit, ia merasa haru dengan kebaikan keluarga Bulan. Ia tidak menyangka bahwa keluarga Bulan menerimanya dengan tangan terbuka seperti ini.

"Sekali lagi terima kasih ya om, tante... Bintang gak tau harus bayar kebaikan kalian seperti apa." Ujar Bintang.

Ayah dan ibu Bulan tersenyum bersamaan. Mereka tulus membantu Bintang, tanpa mengharapkan imbalan apapun.

"Bulan, bawa Bintang ke kamar nak. Biar Bintang bisa istirahat." Ujar ibu Bulan mengalihkan pembicaraan.

"Iya bunda."

Bulan pun menganggukkan kepalanya dengan seutas senyum. Ia pun kemudian mendorong kursi roda Bintang menuju kamar tamu.

"Ayo, Bintang. Lo harus istirahat." Ujarnya.

Bintang hanya mengangguk singkat dan membiarkan Bulan mendorong kursi rodanya. Setibanya di kamar tamu, Bulan membuka pintu tapi sebelum melangkah Bintang menoleh ke arahnya, membuat langkahnya terhenti.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Bulan ketika ditatap seperti itu oleh Bintang, jelas saja membuatnya salah tingkah. Tapi Bulan mencoba untuk tetap terlihat normal, ia belum siap jika Bintang mengetahui perasaannya untuk Bintang.

"Lan, thanks ya. Lo dan keluarga lo udah banyak banget bantuin gue. Gue jadi gak enak." Ujar Bintang.

"Alah santai aja, denger kan apa kata bunda? Anggap aja kayak rumah sendiri." Ujar Bulan dengan senyuman. "Udah malam, istirahat gih kalo butuh apa-apa panggil aja gue."

Bintang mengangguk perlahan, ia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi terlebih pikirannya masih campur aduk setelah konflik dengan ayahnya tadi.

Tanpa kata lagi, Bulan pun kembali mendorong kursi roda itu menuju tempat tidur. Ia membantu Bintang untuk berbaring di atas ranjang. Aroma khas dari seorang Bintang, membuat Bulan semakin nyaman dengan sahabatnya itu.

Tapi bagaimanapun juga Bintang tidak lebih dari sekedar sahabat untuknya. Terlebih Bintang yang sudah menjalin hubungan dengan Reva, membuat Bulan merasa bahwa persahabatan itu akan tetaplah menjadi sahabat tanpa bisa menjalin hubungan yang lebih.

Bulan mencoba menepiskan perasaannya itu, tapi semakin ia mencoba maka semakin dalam pula perasaannya untuk Bintang. Bahkan tanpa sadar ia menggelengkan kepalanya, jelas saja membuat Bintang merasa bingung.

"Lo kenapa geleng-geleng gitu?" Tanya Bintang santai.

"Eng-enggak kok. Cuma, pegel aja hehe." Ujar Bulan sedikit gugup dan juga malu.

Bintang menaikkan sebelah alisnya, seakan ragu-ragu dengan penuturan Bulan. Tapi pada akhirnya ia hanya mengangguk singkat, tidak ingin mengambil pusing.

"Sorry, karena gue lo jadi kurang istirahat." Ujar Bintang.

Bulan menggelengkan kepalanya sambil menyelimuti Bintang dengan selimut yang ada di atas kasur. "Gak sama sekali kok, gue ke kamar dulu. Kalo butuh apa-apa bilang aja."

Bintang hanya mengangguk singkat tanpa kata. Bulan pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu menuju kamarnya sendiri. Ia berharap bahwa Bintang tidak terlalu memikirkan tentang permasalahannya lagi selama tinggal di rumahnya.

Setibanya di kamarnya, Bulan langsung menuju meja belajarnya untuk menyiapkan pelajaran esok. Beberapa hari tidak pergi ke sekolah karena harus merawat Bintang, membuat Bulan sedikit merindukan suasana di sekolah.

Setelah selesai, ia pun duduk di tepi tempat tidurnya sembari memandangi seisi kamarnya. Bahkan, matanya tertuju pada foto masa kecilnya yang ia letakkan di atas meja. Foto dimana Bulan dan Bintang masih anak-anak, Bulan pun tersenyum sedikit. Ia merasa tidak percaya bahwa usia mereka kini sudah memasuki usia remaja.

Tokk... Tokk... Tookk...

"Dek, lo udah tidur belum?"

Saat sedang asyik memandangi foto itu, tiba-tiba saja terdengar suara Aksa di depan pintu kamarnya. Kakak laki-laki Bulan itu memang sering pulang malam karena ia bekerja paruh waktu setelah jam kuliahnya berakhir.

"Belum bang, kenapa?" Ujar Bulan sambil beranjak dari duduknya menuju ke arah pintu.

Pintu pun terbuka, menampilkan Aksa yang terlihat kedinginan bahkan bajunya basah seperti telah diguyur hujan.

"Baju kaos gue yang hitam itu dimana? Lo ada liat gak?" Ujar Aksa yang menggigil kedinginan.

"Oh, di kamar tamu kayaknya. Tapi-" Ujar Bulan, tapi perkataannya terpotong ketika Aksa langsung berujar.

"Yaudah, gue ambil dulu." Ujar Aksa sambil berlalu pergi tanpa menunggu kata-kata Bulan selanjutnya.

"Tapi ada Bintang." Ujarnya pelan setelah Aksa hilang dari pandangan.

Bulan menggelengkan kepalanya, belum sempat ia menjelaskan Aksa sudah langsung berlalu dari hadapannya. Bulan pun yang merasa lelah tidak mengejar Aksa, ia pun kembali masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Sementara itu di kamar tamu, Bintang baru saja memejamkan matanya tapi ketika terdengar suara teriakan, ia pun tersentak kaget. Ia membuka matanya dan terlihat Aksa yang sangat terkejut berdiri di ambang pintu.

"Ya Allah Bintang! Lo rupanya! Kenapa gak bilang sih kalo nginep disini?" Ujar Aksa yang mencoba untuk menormalkan rasa terkejutnya.

"Sorry bang, gue pikir Bulan udah cerita." Ujar Bintang.

"Apa sih Aksa kok teriak gitu?" Ujar ibu Bulan yang datang menghampiri, diikuti ayah Bulan yang juga mendengar teriakan si sulung itu.

"Gapapa yah, bunda. Cuma kaget aja, kirain kamar ini kosong, taunya ada Bintang. Mana gak ada yang ngasi tau lagi." Ujar Aksa menjelaskan.

"Tadinya mau Bulan kasih tau bun, tapi bang Aksa langsung jalan aja. Bulan udah ngantuk banget padahal, tiba-tiba abang teriak." Ujar Bulan yang tiba-tiba muncul di belakang keluarganya.

Semua orang langsung menoleh ke arah Bulan, tak terkecuali Bintang yang langsung melongo ke arah suara.

"Kapan?" Ujar Aksa merasa tidak mendengar perkataan Bulan yang ingin memberitahu tentang Bintang.

"Tadi bang, lo langsung jalan aja." Ujar Bulan sambil menutup mulutnya karena menguap.

Aksa mengernyitkan dahi, ia sama sekali tidak mendengar perkataan adiknya karena ia sudah merasa kedinginan dan ingin segera berganti pakaian.

"Ya udahlah, jadi Bintang nginep di sini?" Ujar Aksa mengalihkan pembicaraan.

Bintang merasa jantungnya berdegup kencang, ia berpikir bahwa Aksa akan menolak jika tahu ia akan tinggal di rumah itu untuk sementara waktu. Ia hanya terdiam, tidak berani mengutarakan apapun dalam situasi seperti ini.

"Bintang enggak menginap, Aksa. Tapi dia tinggal di sini untuk sementara waktu karena suatu hal." Ujar ayahnya lembut.

Aksa mengernyitkan dahi, lalu menoleh ke arah Bintang yang berbaring di atas tempat tidur. Lalu ia kembali menoleh ke arah keluarganya dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia tahu bahwa Bintang sering menginap di rumah itu, tapi untuk kata tinggal jelas saja membuatnya sedikit bingung.

Melihat kebingungan sang kakak, Bulan pun langsung menceritakan tentang Bintang yang diusir oleh ayahnya bahkan tidak di anggap anak oleh ayah Bintang. Sehingga mengharuskannya untuk tinggal bersama di rumah itu untuk sementara waktu. Aksa jelas saja terkejut mendengar cerita adiknya, ia tidak menyangka bahwa Bintang benar-benar terpuruk saat ini.

"Jadi gitu ceritanya?" Ujar Aksa yang hanya diangguki singkat oleh keluarganya.

Aksa pun berjalan mendekat ke arah Bintang dan menepuk pundaknya. Ia ingin memberikan semangat dan dukungan pada sahabat adiknya itu.

"Lo bisa tinggal di sini kapanpun yang lo mau, dek. Jangan segan-segan ya, anggap aja kayak keluarga sendiri. Semangat!" Ujar Aksa menyemangati.

Bintang tersenyum sedikit, ia merasa lega bahwa dugaannya salah. Ia pun mengangguk singkat dan mengucapkan terima kasih kepada Aksa.

Aksa tersenyum dan menepuk pundak nya sekali lagi, sebelum akhirnya ia beranjak dan mengambil baju yang dicarinya tadi. Setelahnya ia pun keluar dari kamar Bintang menuju kamarnya sendiri.

Ayah dan ibu Bulan pun kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Bintang tersenyum tipis kepada Bulan yang masih berdiri di ambang pintu. Bulan pun membalas senyum itu sebelum akhirnya ia menutup pintu dan kembali ke kamarnya sendiri.

"Gue merasa bersyukur memiliki sahabat kayak lo, Bulan. Maaf kalo gue selalu ngerepotin lo." Gumam Bintang pada dirinya sendiri dengan suara lirih sambil menatap ke arah pintu.

^^^Bersambung...^^^

1
JJ Official
Hai Kak, Saya Sudah membaca Novel Kaka dari Bab 1 - 7 dan saat saya baca novel Kaka, Saya sedikit Kebingungan, sebenarnya Konflik Apa yang sebenarnya Dihadapi Oleh bintang sehingga dia menjadi anak yang nakal dan acuh tak acuh? dan apa pekerjaan Orang Tua Bulan sehingga dia bisa tinggal di keluarga yang Tidak Terlalu Kaya dan tidak terlalu Miskin? dari Bab 1 Bintang dan Bulan Tampaknya sudah Kenal, tidak dijelaskan bahwa mereka ketemu dimana? kenalan dimana? dan suka ngobrolin apa? begitu ya kak. itu saja kritik dari saya semoga Kaka bisa Up Episode 8 Dengan Alur yang Lurus ya kak 😊
ndah_rmdhani0510: Sudah di revisi, semoga suka ya sama ceritanya... Happy reading 🤗
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!