Ditinggalkan di hari pernikahan membuat Abigail, gadis yang memiliki berat badan berlebih memutuskan untuk berubah. Dibantu seorang teman lama yang sudah menyukainya sejak lama, Abigail mewujudkan keinginannya untuk memiliki tubuh ideal tapi sahabat yang dia anggap sebagai sahabat baik, berusaha menghalangi langkahnya. Disaat keinginan itu sudah terwujud, Abigail berubah menjadi gadis cantik dan pada saat itu sang mantan kembali dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Akankah Abigail menerima ajakan sang mantan sedangkan secara diam-diam, ada seorang pria yang begitu tulus mencintai dirinya. Antara cinta lama dan cinta baru, yang mana akan dipilih oleh Abigail?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Sebuah mobil berhenti dan seorang pria tampan tampak keluar dari mobil itu. Pria itu berjalan dengan terburu-buru menghampiri seorang wanita yang duduk di halte bus. Wanita itu tersenyum melihatnya dan terlihat senang, siapa lagi jika bukan Sarah dan pria itu tak lain tak bukan adalah Harold.
Sarah benar-benar kembali berjalan kaki, itu karena dia tidak punya uang lagi. Dia tidak bisa meminjam pada Justin karena itu hal yang sangat memalukan. Dia berjalan cukup jauh sampai akhirnya dia menyerah dan berhenti di sebuah halte bus apalagi hari sudah gelap.
Kakinya terasa sakit luar biasa, dia merasa hampir pingsan di jalan. Dia menghubungi Harold karena pria itu bisa membantunya. Terserah dengan permintaan Harold nanti, yang penting dia bisa pulang dan tidak mati di jalanan.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat menyedihkan?" tanya Harold saat melihat keadaan Sarah.
"Tidak perlu bertanya, semua karena Abi!" ucap Sarah tanpa pikir panjang.
Biarkan Harold semakin membenci Abi, toh pria yang dia kejar hanya pria miskin dengan selera aneh. Dia tidak peduli lagi, dari pada melakukan hal sia-sia seperti yang dia lakukan barusan bukankah lebih baik dia mengejar yang ada di depan mata?
Uangnya sudah habis untuk ongkos taksi, dia juga sudah seperti pecundang yang berjalan kaki. Semua itu dia lakukan hanya untuk mengejar Justin dan hasilnya sangat mengecewakan. Selama berjalan dia sudah memikirkan hal ini, Justin mau menyukai Abi atau siapa pun dia tidak peduli, toh dia hanya pria miskin.
Dia juga memikirkan banyak hal selama di jalan. Menggoda Harold sepertinya bukan ide buruk, lagi pula dia dan Abi sudah berakhir. Mereka tidak memiliki hubungan lagi jadi tidak ada salahnya bukan dia menggoda pria itu? Sebab itu Sarah menghubungi Harold dan meminta Harold menjemputnya. Sebaiknya dia ganti target dan fokus pada pria itu, dia juga akan membuat Harold semakin benci pada Abi agar pria itu tidak mau bertemu dengan Abigail sekalipun tubuhnya sudah kurus nanti.
"Apa maksud ucapanmu, Sarah?"
"Abigail menyukai seorang pria di tempat Gym, demi mengetahui semua tentang pria itu dia meminta aku mengikutinya."
"Benarkah?" Harold tampak tidak percaya.
"Untuk apa aku membohongimu? Uangku sudah habis karena aku mengikuti pria yang dia sukai dan sekarang aku harus kembali dengan berjalan kaki, aku sungguh tidak mau hal ini terjadi," Sarah menunduk dan pura-pura menangis.
"Ck, kenapa Abigail jadi seperti ja*ang?" Harold terdengar tidak senang, sedangkan Sarah tersenyum.
"Harold, apakah kau masih mencintai Abi?"
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Harold memandangi Sarah dengan heran.
"Lihat aku," Sarah beranjak dan menghampiri Harold dan memainkan jarinya di dada Harold.
"Apa aku tidak cantik? Tubuhku jauh lebih seksi dari pada Abi. Kau pasti tidak pernah melakukan hal itu dengan Abi, bukan? Dari pada kau menunggu Abi, bukankah kau bersama denganku saja?" Sarah berusaha menggoda, dia yakin Harold tidak akan tahan dengan godaannya.
Harold memandangi Sarah sejenak dan setelah itu Harold memutar langkahnya sambil berkata, "Jangan membuang waktuku, aku sibuk!" setelah berkata demikian Harold berjalan menuju mobilnya.
Sarah mencengkeram kedua tangan dengan erat, apa Harold menolaknya? Apa dia benar-benar tidak menarik sama sekali? Sarah mengikuti langkah Harold dan masuk ke dalam mobilnya dengan kekesalan di hati. Dia benar-benar kesal tapi dia tidak menduga, setelah berada di dalam mobil Harold menarik tangannya dan mencium bibirnya.
Sarah terkejut tapi tidak lama kemudian dia bersorak dalam hati, dia menang. Kali ini dia menang dari Abigail. Dia kira Harold menolak tapi dia tidak menduga pria itu mencium bibirnya. Pria itu pasti menjadi miliknya, dia sudah tidak sabar melihat wajah kecewa Abigail. Jangan salahkan dia melakukan hal itu, dia hanya ingin punya kehidupan yang lebih baik. Mau Harold atau Justin baginya sama saja karena yang dia inginkan adalah pria kaya.
Saat itu tanpa tahu kelakuan Sarah dan Harold di dalam mobil, yang pasti akan membuatnya kecewa saat dia tahu. Abigail membantu ibunya membuat makanan di dapur. Seperti biasa, Abi akan mencomot makanan yang dia buat. Itu sudah biasa, perutnya pasti akan berbunyi dan dia juga tidak tahan godaan. Setiap makanan yang dibuat jadi, pasti akan langsung hilang karena dimakan olehnya.
"Abigail!" ibunya sudah terlihat kesal.
"Ada apa, Mom?"
"Jangan sok tidak tahu! Jika kau mencomot semua makanan itu lalu aku dan Daddy-mu akan makan apa?" tanya ibunya dengan nada kesal.
"Sorry Mom, lapar," jawab Abi dengan santai.
"Sana kau keluar, jangan sampai aku dan Daddy hanya makan daun salada yang tidak kau sukai itu!" usir ibunya. Bukannya meringankan pekerjaannya tapi putrinya justru membuatnya mengulang membuat makanan berkali-kali. Jangan sampai semua bahan habis lalu dia dan suaminya hanya makan salada.
"Mommy yang meminta aku membantu tadi," ucap Abigail.
"Sudah sana keluar! Mommy tidak membutuhkan bantuanmu lagi!" usir sang ibu.
"Ck, aku mau nonton saja!" Abigail berlalu pergi, sedangkan ibunya menggeleng. Untungnya dia hanya memiliki satu putri, jika ada dua dan dua-duanya seperti Abigail, sungguh tidak bisa dia bayangkan.
Abigail masuk ke dalam kamar dan meraih ponselnya, sebaiknya dia menghubungi Sarah saja dan berbicara dengannya. Abigail menghubungi sahabat baiknya itu tapi sayangnya Sarah sedang sibuk di dalam mobil bersama dengan Harold.
Dia mencoba beberapa kali tapi hasilnya sama, apa Sarah sedang mandi? Itu bisa saja terjadi, lebih baik dia menghubunginya lagi nanti. Ponsel di lempar ke atas ranjang tapi tidak lama kemudian benda itu berbunyi, Abi kira itu Sarah tapi ternyata itu dari Justin.
Tanpa membuang waktu, Abi menjawabnya. Justin sangat senang mendengar suara gadis itu, saat itu dia sudah berada di rumah pribadinya.
"Ada apa, Justin?" tanya Abigail.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin kau tahu jika besok aku tidak datang ke Gym tapi besok akan ada yang menggantikan aku," jawab Justin.
"kenapa? Apa kau sakit?"
"Tidak Abi, ada hal penting yang harus aku lakukan besok. Kau tidak keberatan, bukan?"
"Tentu saja tidak," jawab Abigail sambil tersenyum.
"Aku akan tetap melakukan fitnesku dengan sungguh-sungguh walau tidak ada dirimu."
"Aku senang mendengarnya."
"Hm, Justin," Abi berjalan menuju jendela dan melihat keluar sana yang sudah gelap.
"Ya, ada apa?"
"Apa menurutmu wanita gemuk itu menjijikkan?"
"Tidak, kenapa kau bertanya demikian?" Justin jadi ingin tahu. Apa ada yang menghina Abigail?
"Aku hanya ingin tahu karena Harold bilang aku menjijikkan."
"Tidak perlu mengingat ucapannya Abi, jadikan penghinaan yang dia berikan sebagai motifasi untukmu menurunkan berat badan. Tunjukkan padanya jika kau bisa berubah, aku pasti akan membantumu jadi tidak perlu memikirkan hal yang tidak penting. Fokus saja pada apa yang sedang kau lakukan saat ini."
"Kau benar," Abi duduk di sisi ranjang, dia rasa sudah saatnya melupakan Harold karena dia sudah tidak membutuhkan pria itu lagi.
"Tidak perlu sedih, besok aku akan menjemputmu untuk makan malam."
"Besok?" tanya Abi memastikan.
"Yes, kau tidak lupa bukan?"
"Oh my God, aku rasa aku tidak punya baju yang bagus!"
"Biasa saja Abi, kita hanya makan malam," ucap Justin.
"Aku tahu, tapi aku tidak mau membuatmu malu karena sudah membawa gorila seperti aku!"
"Hei, kenapa kau berkata seperti itu?"
"Aku hanya bercanda," Abi sudah berjalan menuju lemari untuk membongkar bajunya. Semoga dia punya baju yang bagus agar dia tidak mempermalukan Justin.
"Baiklah, aku akan menjemputmu besok malam," ucap Justin.
"Oke, bye." Abi mematikan ponsel dan melempar benda itu ke arah ranjang. Mata mulai sibuk melihat baju yang ada di dalam lemari. Sial, semuanya jelek. Apa dia harus meminta bantuan sarah untuk memilihkan baju untuknya?
Abi sibuk mengeluarkan isi lemari, malam itu tidak dia saja yang sibuk. Sarah dan Harold juga sibuk di dalam mobil dan mereka belum selesai.
klara