Riana terpaksa menerima lamaran keluarga seorang pria beristri karena keadaan yang menghimpitnya. Sayangnya, pria yang menikahinya pun tidak menghendaki pernikahan ini. Sehingga menjadikan pria tersebut dingin nan angkuh terhadap dirinya.
Mampukah Riana tetap mencintai dan menghormati imamnya? Sedangkan sikap labil sering sama-sama mereka tunjukkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Tamparan Mematikan
Selesai membersihkan diri, Langit langsung memakai pakaiannya. Merapikan kamarnya yang berantakan. Memasukkan barang-barang yang tak layak pakai ke dalam kantong plastik dan siap membuangnya.
Hatinya kembali teriris perih ketika tangan itu kembali meraih dalaman milik gadis yang ia sakiti tadi malam. Pria ini kembali duduk termenung. Mencium bra itu lagi, sembari berucap maaf penuh penyesalan.
Rasa ingin cepat bertemu Riana, akhirnya membuat pria ini tersadar. Ia pun segera beranjak dari tepat duduknya dan menyimpan barang tersebut ke dalam laci tempat biasa ia menyimpan dalamnya. Menjadikan satu dengan miliknya.
Entah mengapa Langit menaruh barang tersebut di sana. Harusnya ia buang saja benda itu. Bukakah ia membenci sang empunya. Aneh!
Merasa kamarnya sudah sedikit rapi. Langit pun menguatkan mentalnya untuk menemui Riana di kamarnya.
Namun sayang, kamar wanita itu sunyi. Tak ada seorangpun di sana. Jangankan Riana, Minah pun sejak tadi tak terlihat.
Lalu, ia pun memutuskan untuk pergi ke kamar Yuta. Ia yakin, Minah pasti berada di sana. Menemani Yuta membaca buku. Seperti biasa.
Namun, lagi-lagi ia kecewa. Di kamar itu, ia pun tak menemukan siapapun. Termasuk Yuta.
"Astaga! Apa yang terjadi? Apakah mereka diculik. Kenapa mereka tak ada? Kenapa mereka hilang semua? ataukah?" tanya Langit bingung.
Lalu, ia pun segera lari ke kamar dan memeriksa rekaman CCTV yang telah ia pasang hampir keseluruh rumah. Langit yakin, dia bisa mendapatkan jawaban dari alat perekam kejadian tersebut.
Dengan lincah, jemari pria tampan ini langsung menari di antara barisan huruf yang ada di atas keyboard laptop miliknya.
Sedetik kemudian, muncullah gambaran rekaman CCTV yang ia inginkan. Di sana, terlihat Riana sedang berlari sambil menyincing baju panjang menaiki anak-anak tangga. Lalu di susul oleh Minah yang tampak ketakutan.
"Apa yang sebenernya terjadi? Kenapa mereka berlarian seperti itu?" tanya Langit pada dirinya sendiri. Sepertinya dia lupa, bahwa istri kesayangannya sedang sakit keras.
Langit sangat bodoh, sampai tidak ingat kalau Yuta bisa saja kenapa-napa. Astaga Langit. Di mana pikiranmu.
Kemudian, di menit berikutnya, kosong. Langit menggerutu. Sebab signal mulai tak bagus. Sehingga menimbulkan pemutran film tidak sesuai yang ia inginkan. Terpotong-potong tak jelas.
Tak sabar, Langit pun hendak menutup laptopnya kembali. Namun, sebelum ia menutup rapat laptop tersebut. Terdengar suara Minah yang meminta Riana berhati-hati menuruni anak tangga.
Tak menunggu waktu lagi, Ia pun kembali membuka lebar layar laptop miliknya. Pria ini langsung tercengang melihat pandangan mengejutkan di depan matanya. Di sana tergambar jelas, Riana sedang menggendong Yuta di punggungnya.
Pemandangan itu tentu saja kembali menusuk relung hati pria bodoh ini. Bagaimana tidak? Riana pasti masih merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya, akibat siksaan yang ia lakukan. Lalu, tanpa pamrih, ia kembali harus berkorban menggendong istrinya. Menyelamatkan wanita yang merupakan tanggung-jawabnya. Riana, bagitu baiknya. Sampai mau menggantikan tugasnya. Memikul tanggung-jawab berat ini. Padahal, kesalahan yang ia lakukan belum termaafkan.
Kini keangkuhan Langit kembali dibungkam oleh ketulusan hati Riana untuk keluarga kecilnya.
Ya, sekali lagi, Riana membuktikan ketulusannya untuk orang-orang yang ada di rumah ini. Tidak hanya untuk Ara. Tidak hanya untuk dirinya. Tapi sekarang, lihatlah, untuk Yuta juga. Padahal, Langit sangat tahu, bagaimana Yuta begitu membencinya. Tanpa Langit sadari, Yuta sampai tega menaburkan racun pada hubungan antara dirinya dengan wanita yang menyelamatkannya itu.
Riana, gadis yang ia siksa dengan sadisnya. Ternyata bisa melakukan aksi heroik yang membuat Langit tertampar.
Ia kembali melihat gadis itu menggedong wanita yang tanpa Riana ketahui adalah penyebab Langit melakukan tindakan keji itu padanya. Riana begitu ikhlas menyelamatkan wanita yang katanya Langit paling cintai.
Tubuh Langit kembali lemas. Otot-ototnya serasa tidak bekerja. Shock melihat kenyataan yang terjadi tadi malam dari CCTV yang sengaja ia pasang.
Langit tak mau berdiam diri seperti pria bodoh yang tak bertanggung jawab. Ia sudah tahu ke mana Riana membawa Yuta. Tak menunggu waktu lagi, ia pun segera tancap gas menuju rumah sakit di mana Yuta di rawat.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit tersebut, yang ada di pikiran Langit bukanlah kesembuhan Yuta. Melainkan Riana masih ada di sana.
Masih menunggu permintaan maaf darinya. Langit berharap, Riana menyambutnya dengan kepala menunduk dan tutur lembut seperti biasa. Entah mengapa, kenapa tiba-tiba Langit merindukan suara lembut Riana.
Tak sampai dua puluh menit ia berkendara, akhirnya Langit pun sampai di tempat tujuan.
Tak menunggu waktu lagi, ia pun segera lari ke ruang resepsionis dan mencari tahu kamar di mana Yuta di rawat.
Setelah mendapat informasi, Langit pun kembali berlari mencari ruangan tersebut.
Lima menit kemudian, sampailah dia di depan pintu kamar ruang rawat wanita yang di nikahnya tiga tahun silam ini.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Langit langsung membuka pelan pintu kayu tersebut.
Pelan namun pasti, Langit pun masuk.
Tak sengaja, saat itu, ia melihat wanita berhijab dengan memakai masker di wajahnya sedang mengelap tubuh sang istri dan bersiap mengganti pakaiannya.
Melihat gestur tubuh dan perawakan wanita berhijab itu, Langit sangat yakin jika itu adalah Riana. Wanita dengan segala kebaikan hatinya.
Langit diam terpaku. Bergeming tanpa kata. Tak berani mengeluarkan suara. Apa lagi berucap. Langit takut, jika Riana terkejut, lalu kabur setelah melihatnya.
Menjaga hal itu tidak terjadi, Langit tetap diam di tempat. Melihat apapun yang Riana lakukan.
Riana sendiri juga terlihat santai mengganti baju milik Yuta. Sepertinya Ria tidak menyadari, bahwa Langit ada di belakangnya.
Beberapa menit berlalu, setelah Riana selesai mengelap dan menggantikan baju Yuta, barulah ia menyadari. Bahwa di ruangan ini dirinya tidak sendiri. Ada pria menakutkan yang saat ini sedang mengawasinya.
Tentu saja, keadaan ini membuat Riana terkejut setengah mati. Hingga air yang ada di baskom yang sedang ia pegang pun jatuh.
Langit hendak mendekat. Bermaksud membantu. Namun, rasa takut keburu menyerang Riana. Dengan cepat, wanita ini pun memberi peringatan pada Langit.
"Jangan mendekat, kalo tidak aku loncat dari jendela ini!" ancam Riana dengan tatapan tajam.
"Jangan, Ri! Aku mohon! Oke aku akan mundur," jawab Langit.
Tak banyak bicara, Langit pun segera memundurkan langkahnya. Sedangkan Riana hanya diam di tempat. Tanpa berani berbuat apapun. Sebab ia memang takut. Sangat-sangat takut.
Sejak kejadian itu, bagi Riana Langit tak lebih dari seorang monster yang harus dijauhi. Riana tak ingin berdekatan dengan pria itu lagi. Itu sebabnya, selama Langit ada di ruangan ini, Riana memilih berdiri diam di dekat jendela. Agar ketika Langit berani mendekatinya, maka ia bisa dengan cepat melompat dari jendela tersebut.
Bersambung....
Makasih like komen dan Votenya😘😘😘
msh merasa paling tersakiti