Aku terpaksa mengikuti permainan orang orang kaya dengan meminum satu botol wiski demi uang untuk operasi jantung adikku.
Siapa sangka setelah itu aku terbangun di pagi harinya sudah kehilangan kesucianku, dan yang lebih menyakitkan lagi, aku sama sekali tidak tahu siapa pria yang sudah menodaiku.
Dengan berlinang air mata, aku kabur dari hotel menuju rumah sakit. Aku menangis sejadi-jadinya untuk menghilangkan sesak di dadaku.
Aku Stevani Yunsu bukanlah wanita murahan. Apakah pria itu akan bertanggung jawab atas perbuatan malam itu?
Ikuti cerita novelku...🤗🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenekatan Stevani
Stevani memegang leher botol wiski membuat mereka semua terkejut.
"Wah... pilihan yang hebat." kata mereka bersamaan.
Zionel menyunggingkan senyumnya. "Baiklah, ia sudah memilihnya kan." ujarnya seraya mendekati Stevani lalu membisikkan kata sandi ATM nya.
"Aku akan kembali ke lantai tiga terlebih dahulu, setelah selesai disana, aku akan kembali lagi kemari." ujar Zionel pada mereka.
"Wah tidak seru jika kau tidak menyaksikan wanita ini minum Zio." kata Assen.
Zionel menatap Stevani. "Baiklah, tunda dulu kau meminumnya. Setelah aku kembali kemari, kau bisa melakukannya."
"Itu baru teman kami." kata mereka.
Zionel langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruangan melati itu.
"Mengapa aku memikirkan wanita seperti itu, sialan... apakah seleraku sudah berubah, ini gila..." pikir Zionel sambil terus melangkahkan kakinya.
Zionel kembali lagi ke ruangan lantai tiga. "Maaf aku sedikit lama, bagaimana pestanya?"
"Kami mau berpamitan pak Zio, ini sudah semakin larut." ujar Heni.
"Baiklah jika kalian sudah ingin pergi, tak apa apa."
Wanita yang ikut pesta itu mulai berpamitan pada mereka, sedangkan kolega bisnis yang lain masih ingin bersantai dengannya. Zionel terus menemani mereka hingga satu jam lamanya, dan akhirnya satu per satu pun berpamitan hanya meninggalkan Zionel dan Alex.
"Apa aku terlalu lama meninggalkan mereka?" tanya Zionel pada Alex.
"Tidak masalah pak Zio, aku sudah mengatasinya. Mereka tidak ada yang menyalahkan anda." jawab Alex.
"Baguslah Lex, aku merasa tidak enak karena tertahan dengan permainan bodoh teman temanku."
"Apa mereka tetap sama seperti dulu?"
"Masih sama gila, mereka mempertaruhkan uang untuk seorang pelayan minuman."
"Lalu?"
"Aku terpaksa ikut melakukannya untuk menyenangkan mereka. Dasar wanita murahan, ia bilang tak pernah minum, saat aku menawarkan uang 200 juta untuk satu botol wiski, ia justru mau melakukannya." ejek Zionel.
"Wanita murahan? Siapa maksud anda pak Zio?"
"Pengantar minuman yang kau anggap sama seperti bidadari itu. Ciiiih... menjijikkan..."
Alex justru tertawa melihat kekesalan Zionel, ada nada kekecewaan yang terdengar dari mulut Zionel.
"Tentu saja tak ada wanita baik baik disini pak Zio, anda sedang mengharapkan apa?"
"Siapa bilang aku sedang berharap? Aku hanya hampir percaya ucapannya." jawab Zionel.
"Apa kita kembali ke hotel sekarang?" tanya Alex.
Zionel beranjak dari tempat duduknya. "Kita bergabung dengan mereka karena permainan ini belum selesai."
"Maksudnya?"
"Wanita itu belum meminum wiskinya, mereka ingin aku menyaksikan wanita itu minum. Tentu saja kita harus kembali sekarang." jawab Zionel.
"Ow... aku kira kau menghakimi wanita itu karena telah melihatnya kuat minum alkohol." ejek Alex.
"Tak perlu melihatnya minum, ia sudah memilih seperti itu saja, sudah menunjukkan siapa wanita itu sebenarnya. Tak usah cerewet Lex, ikutlah atau kau tunggu saja di mobil."
"Oh tidak, kesenangan seperti ini harus aku saksikan. Dan kapan lagi aku bisa melihat wanita cantik itu."
"Ck... menyebalkan." kata Zionel seraya melangkahkan kakinya keluar.
Alex mengikuti Zionel hingga mereka kembali lagi ke ruangan melati. Keduanya melihat teman teman Zionel yang mulai mabuk, sedangkan mereka tak bisa menemukan Stevani disana.
"Akhirnya kau kembali Zio, wanita itu cukup lama menunggu." ujar Fredly.
"Lalu dimana ia sekarang?" tanya Zionel.
"Ia bekerja di ruangan lain, ia tak asyik sama sekali. Ia menolak menemani kami bersenang senang. Tapi ia bilang akan kemari lagi jika kau sudah kembali." jawab Simon.
"Ciiiih... aku kira ia menolak untuk mengambil uangku." ujar Zionel seraya mengambil segelas minuman lalu menenggaknya.
"Wanita mana yang akan menolak uang sebesar itu Zio, ia hanya disuruh minum. Bahkan jika ia menjual tubuhnya, ia tak mungkin seharga 200 juta. Sepertinya kau benar benar kehabisan akal sehatmu hingga membuang buang uang seperti itu." kata Cris.
Zionel tertawa. "Ia bilang tak pernah dan tak bisa minum, aku pikir tak mungkin mau menerima penawaranku. Tapi ternyata aku tertipu dengan ucapannya."
"Apa kau menyesal sekarang teman?" tanya Fredly.
"Seorang Cruise tak pernah menyesali keputusannya. Dan uang itu tidak ada apa apanya buatku." jawab Zionel.
"Kami percaya itu Zio. Ayo minum lagi..." ajak Dirsan.
Zionel mengangguk, ia ikut minum bersama teman temannya. Alex hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia tak bisa minum selama Zionel memintanya untuk menyetir.
Setengah jam telah berlalu, akhirnya Stevani kembali lagi ke ruangan melati membuat Zionel menatapnya semakin sinis.
"Kau cukup berani nona, sekarang lakukanlah apa yang sudah kau pilih tadi." ujar Zionel namun dalam hati pria itu berharap Stevani membatalkan niatnya.
Stevani menatap mereka semua, tangannya mulai berkeringat dingin. Ia melangkahkan kakinya menuju meja, dengan tangan gemetar lagi ia mengambil minumannya. Mereka semua menatapnya dengan serius.
"Jika kau tak bisa melakukannya, lebih baik kau urungkan niatmu nona. Aku melihat tanganmu gemetar." ujar Alex.
Stevani justru mengangkat botolnya langsung ke mulutnya. Wanita itu tanpa jeda terus menenggaknya, membuat mereka terbelalak dan mulut menganga.
"Woah... apa ini wanita yang bilang tak bisa minum?" ejek Fredly.
Mereka kembali tertawa.
Stevani terbatuk-batuk tapi ia tak menghentikan minumnya. Zionel menatapnya lalu segera berdiri, ia merebut botol itu dari tangan Stevani.
"Hentikan...!" bentak Zionel.
Tapi Stevani kembali merebut botolnya dan kembali meminumnya. Zionel menyipitkan matanya.
"Hei nona, kau bisa mati karena minum. Aku bilang hentikan." bentak Zionel lagi.
"Aku harus melakukannya, aku harus..."
Seketika Stevani terjatuh, untung saja Zionel menangkapnya.
"Hei... bangunlah..." ujar Zionel.
Tapi Stevani jatuh pingsan membuat Zionel mengumpat. Mereka semua terkejut dan berdiri bersamaan.
"Biar aku yang mengurusnya, mungkin ia mabuk." ujar Alex seraya mendekati Zionel.
"Ternyata benar benar pemula, baru saja masuk ke perutnya, ia langsung pingsan." kata Fredly membuat mereka semua tertawa.
Zionel tak perduli pada mereka lagi, ia justru mengangkat tubuh Stevani. "Kita bawa wanita ini Lex, cepat buka pintunya." perintahnya.
"Baik pak." jawab Alex.
"Aku pulang duluan, lain kali kita minum lagi." ujar Zionel pada teman temannya seraya melangkahkan kakinya sambil membawa Stevani keluar.
Zionel dan Alex segera keluar dari klub, keduanya membawa Stevani ke dalam mobil.
"Lex... kau temui manager klub terlebih dahulu." ujar Zionel panik.
Entah kenapa ia begitu panik melihat Stevani seperti itu. Ia tahu, wanita itu memang benar benar bukan peminum. Saat Stevani menenggak minumannya, Zionel memperhatikannya dan bisa menilai langsung bahwa itu benar benar pertama kalinya wanita itu minum.
Tak lama, Alex kembali ke mobil.
"Cepatlah jalan Lex." perintah Zionel.
"Baik pak." jawab Alex.
Sudah setengah perjalanan mereka meninggalkan klub. Tapi Stevani masih juga pingsan karena mabuk.
"Pak Zio, kemana kita akan membawa wanita ini?"
"Mengapa bertanya, bukankah aku memintamu menemui manager klub. Jangan katakan kau tak meminta alamatnya Lex."
Alex menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Maaf pak Zio, aku menemui manager hanya meminta izin membawa wanita ini."
"Sialan... apa kau bodoh? Ya Tuhan, ingin sekali aku mencekikmu Lex." bentak Zionel.
"Maaf pak Zio, lalu bagaimana sekarang?"
Zionel menghela nafasnya. "Tentu saja terpaksa membawanya ke hotel."
"Baik pak." jawab Alex lagi.
Mereka pun akhirnya menuju hotel tempat Zionel tinggal. Zionel kembali menatap wajah Stevani.
"Mengapa aku harus terlibat seperti ini? Sialan... mengapa aku juga harus membawanya ke hotel. Apa aku sudah gila... tapi aku harus membawanya kemana lagi?" pikir Zionel.
*****
Apa yang terjadi saat Zionel membawa Stevani ke hotel?
Happy Reading All...
Bersambung...