Pertemuan tak terduga antara CEO perusahaan entertaiment bernama Ran dengan Asisten barunya Luna.
Luna seorang mahasiswi jenjang S2, bekerja sebagai kurir penghantar paket.
Namun, disuatu keadaan membuatnya beralih profesi menjadi asisten Tuan Ran. Tuan yang dikenal sebagai pria yang kaku dan tempramental.
Apakah kehidupan Luna berubah drastis atau menjadi titik berat hidupnya??, dimana tiba tiba ia harus menerima perjanjian pernikahan??...
Ikutin terus kisah cinta Ran dan Luna yaaa❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Aul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Waduh! Tuan kalau lagi mode marah makin menakutkan, padahal lagi diam saja sudah bikin orang ketar ketir.
"Kenapa kau biarkan dia berjalan kesana sendirian ha!, kau tau kan, kakinya saja masih belum pulih!
Harusnya kau paksa dia untuk tidak kemana mana!" Lucas yang kena semprot itu pun badannya seperti melemas seketika.
"M-maafkan saya Tuan, saya salah." Ucapnya sambil menundukkan kepalanya.
"Tuan sebaiknya tunggu sebentar lagi, kalau memang tidak ada tanda tanda kak Luna kembali, kita harus menyusulnya."
"Kalau dia nyasar bagaimana?"
"Tidak mungkin tuan, disana hanya ada 1 rute dan jalur untuk ke sungai. Yaitu jalan setapak, tidak ada jalan lagi. Tidak mungkin seseorang nyasar karena sudah ada petunjuknya kecuali memang sengaja keluar jalur." Ucap Wina menjelaskan.
Emosi Ran seperti tidak bisa dikontrol saat itu, ia mondar mandir
menunggu gadis itu kembali
, ia berharap gadis itu menampakkan dirinya dibalik pohon besar itu.
Ia malah terfikir bagaimana kalau Luna memang keluar jalur.
Entah apa yang dirasakan Ran saat itu. Rasanya ia seperti kehilangan barang berharganya.
Ia diterpa kepanikan yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. Ran menggigit jarinya. Ia memejamkan matanya sambil mendongak keatas.
Seketika ditengah kepanikannya Ran menarik kerah Lucas yang masih tertunduk.
Badannya seakan sudah tak mampu menopangnya. Apalagi yang sedang murka didepannya itu adalah singa gila.
"Kalau sampai Luna kenapa napa, maka kau yang harus bertanggung jawab!"
"Paham!!" Ran mengancam dengan suara yang menggelegar.
Suaranya yang seperti toa rusak itupun sampai sampai
Zeka lompat dari tidurnya, padahal ia baru saja terlelap namun dikagetkan dengan suara Ran yang seperti petir.
Buset dah suara apaan tuh
Zeka segera bangkit dari rebahannya dan menghampiri sumber kebisingan yang membangunkannya tadi sembari setengah melek. Dan dengan keadaan terlilit sarung.
Waduh Tuan Ran kenapa?
Zeka terkejut ketika melihat 3 orang yang di depan tenda tim yang menunjukkan wajah gelisah, dimana Lucas saat itu sudah dalam kondisi hampir menangis dan Wina masih dengan ekspresi cemas sambil menggigit kukunya.
Zeka perlahan mendekat. "Ada apa Tuan?" Ran hanya melirik sekilas Zeka dengan lirikan tajam, setajam silet.
Tajem bener lirikannya. Ada apasih sebenernya.
Zeka melihat kearah Wina, sambil memperlihatkan kode kode diwajahnya karena ingin tau. Wina menjentikkan jarinya mengisyaratkan Zeka untuk mendekat.
"Kak Luna menyusulku kesungai." Zeka manggut manggut mendengar ucapan Wina. "Ohh kesungai."
"Lah, tapi kok kamu ada disini?, Luna nya mana?" Menoleh lagi ke Wina.
Ngebug dulu:)
Sialan kau zeka, ya ini sedang menunggunya kembali, kau tidak tau orang disebelahmu barusan kerasukan reog karena mendengar kak Luna menyusulku disungai dengan kaki masih terluka dan sampai sekarang belum balik.
Wina hanya menggelengkan kepalanya, ia tak berani bersuara lagi ketika Ran menoleh kearahnya.
Ran melihat ponsel ditangannya, sudah 5 menit berlalu tapi tidak ada tanda tanda Luna terlihat.
Aku harus mencarinya!
Ran langsung berlari ke jalan setapak disisi pohon itu, bukannya daritadi tidak mau kesana, namun Ran masih sedikit takut melewati pohon besar itu,
ia masih terngiang ngiang soal wewe gombel dan genderuwo yang diceritakan mamanya dulu.
Namun kali ini rasa khawatirnya sudah memuncak.
Persetan dengan gondol wewe ataupun Mr.Wowo itu. Gumamnya.
Melihat Ran berlari. Wina dan Lucas pun juga ikutan lari menyusulnya dari belakang. Zeka yang tadi matanya masih sepet seketika langsung cengar, dan ikut berlari dibelakang Wina dan Lucas.
"Eh gaiss tunggu aku!" Zeka lari dengan keadaan sarungnya masih terlilit dibadannya, membuatnya terlihat seperti kepompong terbang.
"Luna!"
"Kak Luna!!"
"Mbak Lunaa!!"
"Lululu Lunaaa!!"
Ketiga orang didepan Zeka pun serentak menoleh kearahnya.
"Oh maaf!" Zeka masih sempat sempatnya cengegesan karena menyebut nama Luna.
"Kalau main main baiknya kau pergi saja Zeka!" Ucap Ran dengan suara deep voice nya.
"Tidak Tuan, saya akan ikut mencari."
Ran tidak menggubrisnya, dan mereka terus berlari sampai kesungai. Ran masih berfikir kalau mungkin saja Luna masih ada disungai. Namun saat mereka sampai. Mereka tidak melihat adanya Luna.
"Dimana kak Luna?" Wina mengedarkan pandangannya ke setiap sisi sungai mencari keberadaan Luna.
"Apa mungkin dia hanyut?" Ran diam sambil memandang aliran sungai dengan ekspresi tak terduga.
Zeka tergelak mendengar perkataan Ran.
Hanyut darimananya. Orang airnya cetek begini.
Tingginya saja hanya sebatas mata kaki. Kalo ketombenya yang hanyut mungkin iya.
Ada ada saja Tuan Ran ini.
"Tidak mungkin Tuan, alirannya tidak deras dan airnya juga hanya sebatas mata kaki." Wina menanggapi omongan Ran yang menurutnya mustahil.
Kenapa Tuan Ran jadi sedikit tidak waras begini kalau berhubungan dengan kak Luna.
Mereka pun memanggil nama Luna secara bergantian. Tapi usaha mereka tidak membuahkan hasil.
"Begini saja, kita berpencar!" Ran mengusulkan ide. "Wina, Kau kembali ke perkemahan, karena siapa tau Luna sudah balik lewat jalan pintas." Memberi perintah pada Wina.
"Baiklah Tuan."
"Kau!" Menunjuk Zeka. "Ikut denganku menyusuri sungai."
Apa?? Menyusuri sungai. Hei kita mencari seseorang bukan mencari ikan!
"Dan kau!!" Melihat sinis kearah Lucas yang wajahnya nampak pias, karena ini juga karena kecerobohannya membiarkan Luna berjalan sendirian.
"Cari di sekitar jalan setapak. Kalau perlu susuri hutan ini sekalian!"
Aaa aku takut kalau menyusuri hutan, apalagi sendirian :''(
Mbak Luna kau dimana??
Menyedihkan nasib Lucas saat itu. Disaat diperintah untuk menelusuri hutan sendirian. Namun apa daya, ini juga terjadi tak luput dari kesalahannya. Andaikan dia menemani Luna pun setidaknya tak sampai membiarkan Luna menghilang begini.
Mereka pun memulai pencarian. Wina yang menunggu di lokasi camping, Ran dan Zeka menyusuri sungai.
Selangkah demi selangkah mereka berjalan sambil memanggil nama Luna.
Kenapa seperti ini sih Tuan, untung saja aku pakai sandal tebal jadi kakiku tidak terlalu sakit menginjak batu batu ini.
Ahhh jadi teringat
waktu penggemblengan pramuka dulu hihi... Aku masih ingat dengan senior sialan itu.
Meski dengan langkah malas, namun Zeka menikmatinya.
Dimana kau Luna, kenapa aku jadi khawatir seperti ini. Yaiyalah khawatir. Kalau sampai anak orang hilang, aku harus ngomong apa ke orang tuanya.
Ran masih berasumsi bahwa kekhawatirannya pada Luna hanya
sekedar atasan yang bertanggung jawab pada bawahannya. Apalagi ia yang mengajaknya. Ia tak mau dan tak mengenali situasi hatinya yang sebenarnya.
Sedangkan yang tengah menyusuri jalan setapak, Lucas berjalan sambil mulutnya komat kamit membaca doa, agar diberi keselamatan. Karena hutan itu dipenuhi rerumputan liar dan pohon pohon besar. Lucas mengedarkan pandangannya kedepan, kesamping, kebelakang sambil merapatkan telapak tangannya seperti orang yang sedang uji nyali.
"Haduhh, ini kemana lagi ada jalan keluar.
Kenapa setiap sisi hanya semak belukar sih." Yang sedang dicari juga bingung mencari jalur untuk keluar dari area yang terlarang.
Serem banget lagi, hmm. Jadi ingat sewaktu sekolah dulu disaat penjelajahan aku paling suka. Tetapi kalau sendirian begini aku juga takut.
Luna berusaha berjalan sambil menyingkirkan semak belukar yang menghalangi jalannya, ia sebenarnya tak terlalu panik, karena ia sendiri suka penjelajahan, namun yang dikhawatirkan adalah, kalau sampai ia tak bisa keluar dan tersesat selamanya di hutan itu. Apalagi dia sendirian.
Lucas masih berjalan sembari membuka jalan dari rumput rumput ilalang yang lumayan tinggi, tak lama ia menemukan jejak kaki manusia, dan jejak seperti hewan berkaki kecil dan bulat.
"Jejak kaki?, apa jangan jangan mbak Luna lewat sini?"
Lucas mengikuti jejak kaki itu, ia berfikir bahwa itu bisa menjadi penyelamat hidupnya, ia berharap bahwa itu benar jejak kaki asisten Tuan gilanya itu.
Disisi lain, ketika Luna sedang fokus mencari jalan ia mendengar suara dibalik semak semak yang lumayan tinggi itu, seperti ada sesuatu yang akan melewatinya.
*Kresek *Kresek
Anggap aja seperti suaranya ya :)
Suara apa itu? Siapa itu? Apa jangan jangan ada harimau yang mau lewat sini? Oh Yatuhan apa yang harus aku lakukan.
Luna mengedarkan pandangannya disekitarnya, pandangannya berhenti pada sebuah ranting pohon yang lumayan besar. Ia akan menggunakannya ketika sesuatu yang dibalik semak semak itu keluar. Fikirnya itu adalah suara hewan berbadan besar.
"Siap siap!" Luna menyiapkan ancang ancang untuk memukul apapun yang akan keluar dari semak semak itu.
"Kyaaaaaa!!!"
*Bruughhhhh
"Astaga!!" Luna membelalakkan matanya tak percaya bahwa sesuatu yang dibalik semak semak itu adalah seseorang. dan itu adalah Lucas.
Ayo dong support author dengan vote, lika dan komen... Biar semangat up banyak nih🤗
Lanjutin kali yaa. Hehehehe