🌹🌹🌹🌹
Karena ingin terlepas dari jerat kemiskinan, Sena dan Felli memutuskan untuk menjual kesucianya. Melewati 1 malam penuh Dosa.
"Fel, pokoknya aku mau yang seperti Om Rudi, walaupun sudah tua tapi masih terlihat tampan," pinta Sena sang adik sepupu.
Felli terkekeh.
"Ada yang mau menggunakan jasamu saja sudah untung, hahaha," akhirnya Felli tertawa terbahak.
21+
✍🏻 revisi typo 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MY SUGAR 27 - De Javu
Hari berlalu, hingga tiba saatnya pesta ulang tahun perusahaan digelar. Malam itu, Sena datang bersama dengan Rara dan Rangga.
Topeng mereka sudah disediakan oleh perusahaan, topeng yang hanya menutup bagian mata dan hidung. Dua pewaris tunggal perusahaan ExstraFood menggunakan topeng berwarna emas. Para petinggi lainnya menggunakan topeng berwarna merah. Dan karyawan biasa menggunakan topeng berwarna putih.
Dengan hati yang bergemuruh tidak sabaran. Sena, Rara dan Rangga mulai masuk ke dalam ballroom perusahaan ExstraFood yang terletak di lantai paling atas.
Bagi Rara dan Rangga, ini sudah yang kesekian kalinya mereka menghadiri acara ulang tahun perusahaan. Namun bagi Sena ini adalah pertama kalinya.
Sena terperangah, menatap penuh kagum pada semua dekorasi di dalam gedung ini. Belum apa-apa ia sudah merasa menjadi seorang cinderella.
Sena sengaja memakai gaun dengan potongan leher tinggi, untuk menutupi beberapa tanda merah yang di buat oleh sang kekasih.
Rambutnya ditata tinggi, menyisahkan berapa anak rambut yang tergerai.
Malam ini, Sena nampak begitu cantik.
Meski saat ia menggunakan topeng pun tak dapat menutupi kecantikannya.
"Sen, ayo kita kesana, sepertinya pak Surya dan yang lainnya ada disebelah sana," ucap Rara, sambil menunjuk salah satu sisi.
Sena mengangguk, tangannya ditarik oleh Rara namun matanya menatap kemana-mana. Tak menyangka, acaranya akan semewah ini. Banyak lampu indah diatas sana, sedangkan bunga tersusun rapi ditiap sudut ruangan.
"Siapa kalian?" tanya Surya saat Sena, Rara dan Rangfa sampai disana. Pria tua berkumis tebal ini nempak memindai, namun tetap saja susah menebak.
Dengan cekikikan, Rara yang menjawab, " Saya Rara Pak, ini Sena dan Rangga," terang Rara, saat pak Surya tak tau siapa dia, Rara benar-benar merasa melayang, merasa malam ini ia tampil begitu cantik hingga tak ada yang mengenali.
"Oh, kirain bapak dari devisi lain," terang Surya.
"Sepertinya Sena sama Rangga cocok untuk jadi perwakilan devisi kita," timpal Surya lagi saat memperhatikan kedua sejoli itu.
Sena langsung menggeleng cepat.
"Nggak Pak, Sena nggak mau. Sena nggak bisa dansa," tolak Sena dengan cepat. "Biar Rara sama Rangga saja yang jadi perwakilan devisi kita," terangnya lagi dengan yakin.
Ya sudah, Surya tak bisa memaksa. Jika Rara dan Rangga yang ikut sudah dipastikan mereka tidak akan menang. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tak lama setelah mereka berkumpul, pembawa acara disana mulai mengumandangkan sebuah pengumuman. Mengatakan jika predir dan wakil presdir ExstraFood akan segera memasuki ballroom.
Menggunakan topeng berwarna Emas, para pewaris perusahaan itu mulai memasuki ballroom.
Hanaf membawa Nadia dan juga kedua anaknya, sementara Hanan datang seorang diri.
"Ya Ampun, pewaris double Han bener-bener berkharisma," kagum Rara, ia berbisik pada Sena mengagumi kedua pria didepan sana.
"Itu istrinya pak Hanaf, namanya ibu Nadi, sama dua anak laki-lakinya," terang Rara dan Sena mengangguk.
Sena pun merasa terpesona kala melihat pemandangan harmonis didepan sana. Dua orang yang berpengaruh di perusahaan ini.
Rasanya begitu beruntung, berada ditempat yang sama bersama orang-orang yang berkuasa.
Selesai mendengar sambutan sang presdir, akhirnya acara pesta itu dimulai. Alunan musik romantis mulai menggema, memberikan kesan syahdu yang begitu terasa.
Rara dan Rangga pun mulai mendekat ke lantai dansa, menunggu giliran untuk dipanggil dan memperlihatkan keahliannya berdansa.
Devisi yang menang, akan mendapatkan hadiah uang tunai sebesar 100 juta rupiah.
Sena menunggu bersama rombongan Surya, ikut menyaksikan beberapa pasangan yang sudah lebih dulu beraksi.
Sena benar-benar menikmati pesta itu, hingga ia melupakan seorang pria yang sedari tadi mengawasi setiap pergerakkannya.
Diujung sana, Hanan terus memperhatikan Sena.
Ia tersenyum, memandang kagum pada kekasihnya yang tampil cantik malam ini. Satu yang membuat Hanan merasa kesal, hasil karyanya ditutup baik oleh Sena.
"Permisi Pak," ucap Yoana membuyarkan lamunan Hanan.
Hanan menoleh, menunggu apa yang akan dikatakan oleh Yoana.
"Maaf Pak, tapi para wartawan mendesak ingin mewawancarai anda," terang Yoana apa adanya. Ia tahu atasannya ini begitu anti dengan para pencari berita itu. Tapi seolah pantang menyerah, mereka terus saja mengusik hidupnya.
"Katakan aku tidak ingin di wawancarai, jika mereka menanyakan tentang Lora, katakan wanita itu sedang hamil besar dan tidak mungkin menghadiri acara seperti ini," jelas Hanan dengan geram.
Yoana mengangguk patuh, lalu kembali menemui para wartawan didepan sana.
Saat hendak kembali menatap Sena, Hanan tak lagi melihat gadisnya disana. Ia sontak bangkit dan mencoba mencari.
Hanan bahkan bertukar topeng dengan Bagas untuk membuatnya leluasa bergerak.
Disaat Hanan sibuk mencari, Sena buru-buru keluar dari kerumunan orang untuk mencari toilet. Hasratnya untuk buang air kecil benar-benar sudah tak bisa ditahan.
Sena terus berjalan tergesa dengan kepala yang berherak kesana kemari, mencari dimana keberadaan toilet. Kata pak Surya letaknya tak jauh dari sini. Tapi lama mencari, Sena tak bisa menemukannya.
Hingga.
Brug!
Tanpa sengaja, Sena menabrak tubuh seseorang.
"Maaf, Maaf Pak," ucap Sena langsung, ia menunduk merasa bersalah.
"Maaf Pak, saya tidak sengaja," ucap Sena lagi saat pria yang ditabraknya hanya diam tak menjawab. Sena memberanikan diri mengangkat wajahnya, dan melihat seorang pria yang menggunakan topeng berwarna emas. Topeng yang hanya digunakan oleh sang pewaris.
Seketika kaki Sena bergetar, ketakutannya sudah sampai di ubun-ubun.
"Maaf Pak, maafkan saya," pinta Sena lagi dengan menunduk dalam.
Seperti de javu, Hanaf kembali melihat tanda merah di leher seorang gadis yang menunduk meminta maaf seperti ini.
Sekelebat nama yang sempat membuatnya tertarik.
Sena, batin Hanaf di dalam hati. Ia menyeringai, menatap Sena yang nampak begitu menawan, bahkan kulitnya putih bersih tanpa noda.
Cantik, batin Hanaf lagi dengan menatap kagum.
Hanaf hendak menyentuh bahu Sena, namun dengan cepat tangannya dicekal oleh seorang pria.
Hanan, datang disaat waktu yang tepat.
"Singkirkan tangan kotormu," desis Hanan, tanpa takut ia mengancam sang kakak. Lalu mendorong tubuh Hanaf dengan kasar.
Tanpa babibu, Hanan langsung menarik Sena mejauh dari sana. Sena yang gamang hanya bisa menurut, rasa takut tadi membuatnya seolah hilang kesadaran.
Melihat kepergian Hanan dan Sena itu, entah kenapa Hanaf merasa kesal. Seolah Hanan memiliki mainan baru yang ia pun ingin memilikinya juga.
"Ternyata, dia yang membuat tanda merah itu? cih!" geram Hanaf.
Tanpa menunda, Hanaf langsung menghubungi Lora. Tapi sayang, panggilannya itu tak mendapat jawaban.
Hanaf menyentakkam kakinya kuat, kekasalannya makin memuncak. "Wanita tidak berguna!" umpatnya untuk Lora.
Sementara itu, Hanan terus menarik Sena dan membawanya masuk ke dalam ruangannya, ruangan tamaram karena lampu utamanya tidak dihidupkan.
pdhl.mau baca gmn respon sanaf manta istrinya nikah lagi..sama.brondong pula😌
bonchap dong🤧
lagiam lu ngaku nadia ttp jadi istri lu karma 15 thn kemudian lu udah tuirr, miskin lagi. cw mana yg mau😏