Nisa. gadis yang tidak sengaja bertemu dengan laki-laki yang bernama Aslan. dan keduanya dalam kondisi terpuruk.
Nisa yang mendapati kenyataan, kalau kekasih hatinya lebih memilih perempuan lain merasa sangat terpukul, padahal hari itu Mereka sudah berjanji akan pergi mendaftarkan pernikahan mereka.
dan ketika melihat laki-laki yang didorong keluar dan sampai terjatuh itu, dan kejadian yang tepat di depan matanya membuatnya langsung berpikir dan bertindak. Nisa langsung mengajaknya menikah, walaupun dia tahu kalau laki-laki itu adalah orang asing.
lalu bagaimana kelanjutan mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. suami yang baik
menjelang magrib, Nisa pun tiba di rumah kontrakan. kebetulan suaminya duduk di luar teras sambil menunggu kedatangan dirinya.
"assalamualaikum Mas.."
"waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Aslan langsung beranjak dari tempat duduknya, begitu pula dengan Nisa yang langsung menyalami tangan suaminya.
"sudah pulang dek.. capek. kamu langsung mandi aja ya. itu mas udah siapkan air hangat untuk kamu." ucapnya. Nisa yang mendengar itu langsung melongo. kenapa suaminya menyiapkan air hangat untuknya.?
"sudah tidak usah melongoh. sana mandi keburu azan maghrib berkumandang." suruh Aslan lagi.
"nanti setelah kamu mandi, ada yang ingin Mas sampaikan." sambungnya lagi. mendengar itu, nisa yang sedikit linglung langsung menganggukkan kepalanya.
"oh baiklah Mas.." Aslan tetap berada di teras rumah sambil mengamati tempat sekitar. dia sudah menyimpan handphonenya, dan hanya duduk termenung saja entah apa yang dipikirkan olehnya.
sementara Nisa, dia juga tidak menunda waktu dan langsung bergegas membersihkan tubuhnya. tapi saat dia masuk ke area dapur, dia cukup terkejut karena melihat semuanya sudah bersih dan sudah tertata dengan baik. dia ingat, kemudian menoleh ke arah dalam dan melihat baju-baju telah dilipat dengan baik.
melihat hal itu, seulah senyum terbit di bibirnya. dia tidak menyangka kalau dirinya akan beruntung mendapatkan laki-laki seperti suaminya ini.
dengan senyum mengembang di bibirnya, dia pun langsung bergegas untuk masuk ke dalam kamar mandi. di dalam kamar mandi, dia juga mendapati tempat itu telah bersih dan tidak ada sampah atau baju-baju yang berserakan. tampaknya, baju yang dipakai oleh Aslan hari ini langsung dicuci olehnya.
menyadari hal itu, Nisa langsung merasa kagum dalam hatinya.
"Masya Allah.. mudah-mudahan bisa seperti ini terus sampai selama-lamanya.." gumamnya dalam kesenangan. setidaknya badannya yang lelah ini tidak perlu dipaksakan bekerja lagi di rumah, karena semuanya sudah dibantu dan dibersihkan oleh suami.
*******
setelah salat magrib selesai, keduanya langsung makan malam. dan itu semua atas permintaan Aslan. ketika makanan malam ini dihidangkan, mata Nisa langsung melotot sempurna ketika mendapati olahan ayam yang sangat menarik di matanya. aroma dari ayam yang dimasak suaminya juga begitu wangi dan enak.
"Masya Allah Mas.. Mas dapat uang dari mana memasak seperti ini..?" tanya Nisa. dia tidak bermaksud meragukan suaminya, dia hanya ingin tahu apakah suaminya sudah mendapatkan pekerjaan atau tidak. Aslan tersenyum mendengar pertanyaan sang istri.
"kita makan dulu ya dek.. nanti mas akan ceritakan ke kamu." Nisa yang mendengar itu pun langsung mengangguk ragu. namun dia tetap ikut makan bersama dengan suaminya.
jujur saja, masakan suaminya benar-benar tidak gagal dan sangat enak. bahkan Nisa menyangka mungkin saja suaminya ini adalah chef yang menyembunyikan identitasnya.
"Masya Allah Mas.. Mas masaknya enak sekali. ini melebihi masakan Nisa loh.. jadi cemburu .." ucapnya membuat Aslan terkekeh.
"wajar dek.. dari kecil sampai besar, selalu masih menyiapkan makanan untuk keluarga Purnomo. dan untuk menyenangkan hati mereka, Mas belajar banyak hal. makanya, masakan Mas lumayan enak hehehe.." ujar Aslan. mendengar itu Nisa kembali memperlambat kunyahannya.
"pengalaman Mas pahit sekali ya.. tapi nggak papa mas!! ini bisa dijadikan sebagai pelajaran hidup. pokoknya sekarang Mas hidup dengan baik dan tenang aja lah. Mas bekerja seadanya saja dan sebisanya. tidak perlu memaksakan diri. kalau tidak aku akan memarahi Mas habis-habisan." Aslan langsung tertawa mendengar penuturan istrinya. mereka tentu saja makan dan menikmati makanan mereka malam ini sambil bercanda ringan, yang tentu saja membuat hubungan mereka semakin hangat dan dekat.
selama hampir 15 menit mereka menikmati makanan mereka, kini keduanya duduk saling berhadap-hadapan. di sana, Aslan mengeluarkan handphone barunya dan juga uang satu gepok yang iya sisakan dari pencairan uang yang ia dapatkan dari internet.
sementara Nisa yang melihat itu langsung meletakkan matanya, dia tentu saja berbinar-binar melihat uang satu gepok itu. namun dia tentu saja tidak bereaksi berlebihan. dia tetap mendengarkan apa yang akan dijelaskan oleh suaminya.
"Alhamdulillah dek.. hari ini Mas mendapatkan uang, dan sebagian uangnya Mas gunakan untuk membeli handphone ini. karena menurut mas kita perlu untuk berkomunikasi. dan uang 10 juta ini, kamu simpan dan gunakan untuk keperluan hidup kita sehari-hari. atau kalau kamu mau beli sesuatu untuk diri kamu juga boleh." ucapnya sambil menyerahkan uang kepada istri. Nisa tidak langsung menerimanya.
"uang ini masih dapat dari mana Mas..?" tanyanya. dia menghela nafasnya.
"selama ini, Mas menabung. tapi, tabungan Mas Mas titipin ke orang lain. bahkan mas tidak berani membeli handphone, dan kebetulan saat Mas sedang mencari pekerjaan, Mas bertemu dengannya di sebuah toko. di sanalah Mas meminta semua uang tabungan Mas kepadanya. dan dia langsung memberikannya. tentu jumlah semuanya adalah rp13.000.000, 2 juta Mas gunakan untuk membeli handphone, dan satu jutanya lagi Mas serahkan kepada Ibu kontrakan. oh iya, uang kontrakannya sudah Mas bayar ya." ucapnya menjelaskan.
tapi penjelasan itu tentu saja. karena nyatanya, dia mendapatkan uang dan mencairkan uang sekitar rp25 juta rupiah. 20 juta dia tarik di warnet, sementara 5 jutanya dia ambil di Alfamart. uang 10 juta ia gunakan untuk membeli handphone yang kapasitas memadai, agar nanti bisa mendukung pekerjaannya.
namun dia sengaja tidak mengatakan itu kepada istrinya, takutnya akan banyak pertanyaan menjebak yang tidak bisa dia jawab dan jelaskan kepada sang istri.
"jadi Mas punya tabungan.. tapi mas tidak pernah menggunakannya untuk diri mas sendiri ?" tanya Nisa. Aslan pun tersenyum dan menggelengkan kepala.
"seperti yang Mas ceritakan dek, mas tidak berani membawa uang ke rumah. kalau Mas bawa uang semuanya, bisa-bisa tidak akan tersisa untuk mas." sambungnya lagi. Nisa yang mendengar itu menganggukkan kepalanya lagi.
"Mas simpan aja uang itu. Mas gunakan untuk membeli pakaian Mas ya.. bisa lihat masanya punya 3 pakaian aja." ujar Nisa. bukan tidak mau menerima uang hasil tabungan sang suami, tapi menurutnya, suaminya lebih membutuhkan ketimbang dirinya.
"simpan aja dek. bagaimana kalau uang ini kita tabung. sisihkan 5 juta sebagai tabungan kita. nanti kalau uangnya sudah cukup, Mas berencana untuk membeli motor." tuturnya. mendengar itu bisa berpikir sejenak.
apa yang dikatakan suaminya itu benar adanya, kalau ada motor, semua perjalanan bisa lebih ringan.
" dan uang 5 juta yang ada di tangan kamu, bisa kamu gunakan untuk membeli perlengkapan kita di kontrakan. kamu mau membeli kulkas kecil atau sebagainya Itu terserah kamu. tugasku hanya mencari uang, dan yang menghandle semuanya kamu." ucapnya lagi. tapi mendengar penuturan itu Nisa langsung berkata.
"mas. sebenarnya, kalau uang sudah terkumpul, Aku ingin pulang kampung. Aku akan menghabiskan sisa hidupku di kampung. karena disini, hidup tidak terlalu mudah. kalau aku ke kampung, Mas ikut aku ya..?" ucapnya. Aslan yang mendengar itu paham maksud penuturan sang istri.
"tentu saja. kemanapun kamu pergi, mas akan ikut. bagaimana kalau kita habiskan masa kontrakan kita dulu di sini. atau kita kumpulkan uang yang nanti akan kita gunakan membangun rumah di sana." tutur Aslan dengan penuh pengertian. Aslan juga sebenarnya tidak terlalu menyukai kota, dan karena istrinya sudah berkata begitu, dia tentu dengan senang hati akan ikut bersama dengan sang istri.