NovelToon NovelToon
Asmarandana Titisan Ningrat

Asmarandana Titisan Ningrat

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cintapertama / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:112.7k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Ningrat dan kasta, sebuah kesatuan yang selalu berjalan beriringan. Namun, tak pernah terbayangkan bagi gadis proletar (rakyat biasa) bernama Sekar Taji bisa dicintai teramat oleh seorang berda rah biru.
Diantara gempuran kerasnya hidup, Sekar juga harus menerima cinta yang justru semakin mengoyak raga.

Di sisi lain, Amar Kertawidjaja seorang pemuda ningrat yang memiliki pikiran maju, menolak mengikuti aturan keluarganya terlebih perihal jodoh, sebab ia telah jatuh cinta pada gadis bernama Sekar.
Semua tentang cinta, kebebasan dan kebahagiaan. Mampukah keduanya berjuang hingga akhir atau justru hancur lebur oleh aturan yang mengekang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ATN 26 ~ Cara pendekatan yang berbeda

Wajah Sekar mendadak pias, rasanya seperti disetrum oleh voltase tinggi mungkin, sebab ia mendadak hanya bisa mematung saking terkejutnya. Kali ini bukan Amar, apa hatinya berharap itu Amar?

"Den bagus, maaf." Geleng Sekar, ia benar-benar khawatir setengah mati, apa barusan obrolannya dengan ambu Sri di dengarkan oleh Bahureksa?

Namun ada senyum tersungging dari lelaki yang biasa menyeringai itu, kali ini. Sekar memang penasaran, namun ia tak seberani itu untuk bertanya apakah Bahureksa mendengar ia dan ambu Sri mengghibahi ibunya. Apakah setelah ini ia akan langsung dijebloskan ke penjara?

"Apa ambu itu tetanggamu?" tanya nya lagi menunjuk ke belakang Sekar, ke arah kepergian ambu Sri, dimana tempatnya telah kosong hanya tinggal suasana gelap yang tersirami cahaya lampu.

"Iya den bagus."

"Ngomong-ngomong saya sudah jadi den anom sekarang," ujarnya mengehkeh, tapi tak membuat Sekar ikut tertawa, oke...terus? Bunyi krik---krik jangkrik semakin jelas terdengar.

To say sorry, Sekar mungkin tidak sefanatik itu untuk mengetahui bedanya den bagus dan den anom sebab keduanya memiliki artian sama, sama-sama berarti muda.

Atau sekedar peduli jika kini ia benar-benar siap memerintah keraton menggantikan sang ayah, makanya mendapatkan gelar itu. Dan maaf juga, jika Sekar tidak tertarik.

Gadis itu hanya mengangguk, "kalau begitu saya----"

Sepertinya hobby Reksa memang memotong-motong ucapan Sekar jadi beberapa bagian seperti ayam sayur.

"Bisakah temani saya mengobrol, sebentar?" tanya nya membawa kedua tangan ke belakang punggung seperti sedang menggendong tuyul.

Tatapnya tak dapat diartikan saat melihat mata kelam Reksa. Sekar memendarkan netranya, bukan apa-apa namun ia hanya perlu jaga-jaga saja jika diperlukan, oke jalan ke arah pendopo tamu sebelah kiri lalu ke kanan, atau ranting? Tak ada rantingkah yang bisa ia pakai untuk mencolok lelaki ini jika nanti macam-macam?

"Iya den." Sekar mengambil jarak saat berjalan bersisian. Sayang sekali tak ada orang, kenapa posisinya selalu salah saja saat ini, bagaimana jika ada orang yang melihat keduanya dan menyebar fitnah? Ia dituduh macam-macam, dikira sedang menggoda pewaris tahta.

Sekar benar-benar menjaga jaraknya, "maaf den. Takut jadi fitnah..." ujar Sekar. Benarkah ia peduli? Lantas dengan Amar?

Bahureksa mendengus sumbang, mungkin menyadari hal yang sama.

"Tidak apa-apa." Langkahnya berhenti, membuat Sekar ikut menghentikan langkahnya, "saya hanya mau meminta maaf atas sikap kurang ajar waktu lalu di pabrik." Ia menunjukan tangan besarnya ke hadapan Sekar.

Tidak segera membalas, Sekar justru menatap wajah lelaki ini gamang, tak percaya? Jelas! Kenapa tiba-tiba sikapnya berubah lembut begini? Oh ayolah Aden, ia hanya orang biasa, bukan orang penting yang maafnya sampai harus diuber-uber begini.

Sekar justru mengatupkan tangannya di dada, "saya bahkan sudah lupa." Tidak, ia bohong! Jelas sikapnya pada Reksa sekarang ini, adalah bentuk pertahanan dirinya atas sikap Reksa waktu itu. Tidak mungkin ia lupa.

Reksa menarik tangannya yang hanya bisa meraih angin saja.

"Saya yang harusnya minta maaf. Sebagai seorang penghibur, memang sudah seharusnya saya menghibur dan membuat penikmat gerak tubuh puas, bukan begitu? Tapi saya masih kaku, mungkin karena baru. Maaf den, lain kali saya tidak akan kaku lagi." Sekar tak lagi menatap Reksa, ia memilih melihat ke arah jalan di depannya, sebuah pelataran luas yang kosong dan gelap, mungkin cahayanya remang remang dari lampu yang ada di sekitarnya.

Ada tatapan getir, ingin marah tapi....huffft! Reksa membuang nafasnya dalam-dalam, baru awal...tapi kesabarannya itu setipis kulit bawang.

"Kalau hanya itu yang den anom mau katakan, maka saya----"

Ceklek...langkah seseorang yang datang dan membuka serta menutup kembali gerbang besi belakang terdengar mengganggu kesunyian.

"Nuhun mang."

Somantri, wajahnya itu nampak kebingungan melihat Reksa dan Sekar berjalan berdua, gelap-gelapan pula.

Wajah Sekar cukup terkejut, ia bergegas pamit pada Reksa, "saya pamit undur diri den, permisi..."

"Waw!!" cibir Somantri melihatnya, wajah Reksa langsung berubah malas, "mengganggu saja." Ia langsung pergi.

Sekar berjalan gontai, masih mencoba melanjutkan acara merenungnya yang tertunda karena Bahureksa tadi.

Cahaya-cahaya neon jelas menerangi setiap Mande (pendopo tanpa dinding) juga perkompleks-an kaputren dan keraton. Dan dari arah kompleks kaputren ia bisa melihat seseorang tengah menyesap rokok dan meneguk sesuatu dari gelasnya, ia tebak kopi..mungkin. Bersama dengan ia yang menenteng mesin tik, dan telinganya disumpali headset walkman. Seperti dunianya itu tak pernah kehabisan cerita.

Seperti dunianya itu tidak pernah sepi sebab ia adalah keramaian dan kehangatan. Belum sekali pun, Sekar melihat wajah lelaki dengan pahatan sempurna itu murung, bahkan lihatlah! Sekar terkekeh saat melihat Amar justru bernyanyi-nyanyi diantara kesenyapan malam, menganggu waktu istirahat para penghuni kaputren.

Sebatas mengagumi saja Sekar, mengagumi karena pribadi santun dan cerianya. Oh ya! Ia sempat curi dengar juga jika Amar adalah pribadi yang pintar, kritis dan berani menentang sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsipnya, termasuk-----aturan menak.

Rambutnya yang biasa terlihat terpomade dan kinclong serta rapi itu malam ini justru terlihat, kering diantara surai yang telah segar sebab, ia keramas...mungkin?

Sekar segera menyadarkan kewarasannya, ia menggeleng. Ia hanya berharap, urusannya dengan keraton tidak berkepanjangan, demi kesehatan rohaninya, demi kewarasan mentalnya.

Lama ia menunduk, untuk kemudian melamunkan sesuatu, sempat duduk diantara tembok-tembok rendah sebagai pembatas area, atau sekedar properti taman, Sekar memilih menetralkan detakan jantung yang mulai tak seirama dengan pikiran.

Ia harus segera menyadarkan dirinya untuk tidak terbawa arus kemudian hanyut dan tenggelam. Kalau bukan dirinya siapa yang mampu mengontrol diri.

Ia kembali mengadu pada rembulan yang dari tempatnya itu sedang dikelilingi hamparan bintang. Ia mengira-ngira apakah setiap satu titik terang itu memiliki nama? Apakah titik-titik yang terhampar tak beraturan itu membentuk sesuatu di atas sana?

"Nyai ronggeng..." ucapnya menakut-nakuti Sekar dengan menyalakan korek bensin tepat di depan dagunya.

"Astagfirullah hal'adzim!" jerit Sekar tersentak dan hampir terjengkang kalau saja Amar tak memegang tangannya. Amar beruntung tak dilempar sandal oleh Sekar.

"AMAR!!" bentaknya refleks saat melihat wajah Amar justru tertawa tanpa dosa sebab telah mengejutkannya. Benar ia Amar yang tadi disana, bau aroma tembakau bercampur dengan parfum menyeruak di penciuman Sekar.

Amar masih tertawa renyah, sementara Sekar sudah memukul punggungnya lagi sekali dengan wajah keruh dan alis menukik tajam, "sama sekali ngga lucu!"

"Maaf...maaf...aku pikir kamu ngga takut apapun." Amar menahan tangan Sekar dan berusaha menariknya.

"Saya kaget, bukan takut."

Amar mengangguk percaya, Sekar si pemberani!

"Untung saya ngga punya penyakit ayan atau jantungan." sembur Sekar.

"Syukur kalau begitu." Dan Amar celingukan dimana tempat mereka sekarang adalah tempat paling gelap diantara area-area bercahaya.

"Kamu ngapain gelap-gelapan disini?"

"Apa aturan disini juga tamu harus jujur dan membuka privasinya?" tanya Sekar digelengi Amar, "itu aturan saya buat kamu." Kekehnya.

Sekar menggeleng, "bukannya tadi saya lihat kamu disana?"

Amar justru tersenyum lebar, salah Sekar bertanya, memang. Sebab Amar justru menggodanya, "ohh! jadi kamu disini itu buat ngintipin, oke saya paham..."

Sekar menggeleng, "eh jangan kepedean, saya cuma ngga sengaja aja barusan---" Sekar mende sah tak melanjutkan ucapannya, karena percuma saja, Amar justru akan semakin menggodanya.

"Oh, iya....kamu suka membaca kan? Bisa tolong saya?" tanya Amar, "nanti saya kasih upah."

"Apa?" kini Sekar sedikit tertarik setelah beberapa saat ia ambil untuk menimbang-nimbang.

"Saya kasih upah, ini..." Amar bukan memberinya uang, namun walkman miliknya, "saya ngga punya uang. Tapi saya punya ini."

Sekar melengkungkan bibirnya, benar perhitungan Amar....Sekar akan jauh lebih menerima sesuatu yang bukan uang termasuk tidak melibatkan jabatan, harta dan status sosial.

"Terus bantuan saya untuk apa?" tanya Sekar.

"Bantu saya baca dan beri penilaian kamu tentang skripsi saya. Kebetulan saya sedang mengerjakan skripsi."

Sekar menatapnya lama, "kamu menghina, saya hanya lulusan----"

"SMP? Tidak penting. Kamu hanya jadi tim juri sesuai konsumen saja, atau penikmat bacaan."

"Oke." Angguk Sekar, "tapi saya tidak akan bertanggung jawab untuk apapun kalo seandainya nanti hasilnya kurang memuaskan, karena ini murni dari sudut pandang saya yang kurang pendidikan..."

"Deal. Lagipula jangan remehkan saya, ya. Begini-begini saya pintar, Sekar .." Ia berjalan duluan sementara Sekar menyusul di belakang.

Masih dengan Somantri yang kini justru melihat Sekar sudah bersama Amar, ia kembali menatap kebingungan. Baru tadi ia memergoki gadis itu dengan kakang Bahureksa, kini ia sudah bersama Amar.

.

.

.

.

.

1
YL89
Setiap Novel teteh Author selalu punya cerita n pelajaran yg disuguhkannya!!come on kita kali ini diajak menjelahi ilmu sejarah Kerajaan
lestari saja💕
apa bedanya????????sanggar cipta gelar dan mayang apa bedanya???sama2 ronggeng????ini si jembar kasih ga mencerminkan namanya bgt
lestari saja💕
terus jembar kasih tikus raksasa?????🤣🤣🤣🤣😎
lestari saja💕
benar kann??????tetep ujung2 nya sekar yg salah
lestari saja💕
benar sekar tapiiiiii.......
lestari saja💕
ditolak dong si bahu....-amar aja ditolak....😂😂😂
lestari saja💕
lawan sekar...-jadi ronggeng yg terhormat
lestari saja💕
gimana klo anjarwati tahu????
lestari saja💕
kok medeni si bahu ki....main ne ngunu
Ray Aza
aisshhh neng contohnya kok ya presiden yg demen kawin jg. 🙈
🥀 Sinta gendheng🥀: 🤣🤣🤣🤣🤣 kita ambil hikmahnya aja budhe
total 1 replies
Ria
sikapnya kok jauh ya sama namanya... "jembar kasih"..... kok gak di kasih nama
" jembar kisruh" aja si teh🤭🤭🤭😂😂😂🙏
🥀 Sinta gendheng🥀: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Mira Mira
pantas saja pas sasi jatuh cinta amih sekar selalu nangis tiap malam segitu sakit hati nya sama omongannya raden ayu/Cry//Cry/
Miko Celsy exs mika saja
sedih bgt jd sekar,,,ya bgtulah gak jaman dl gak jaman sekarang,orang yg kelebihan byk yg memandang rendah orang yg tak berpunya,meskipun skrng jg byk orang yg berlebih tdk memandang buruk ke yg tdk berpunya bahkan sdh byk yg benar2 merangkul dam memandang setara antra hg berpunya dan tidak
isni afif
😻😻🥰☺️☺️🤭🤭🤗
isni afif
lanjut teh.....sin...🫰🫰🫰🫰🫰
Attaya Zahro
Jangan suka meremehkan..nyatanya selir suamimu juga seorang ronggeng 😏😏
Trituwani
karyamu yg ini kadang bikin mesam mesem sendiri kadang jg nangis sendiri kadang jg tensian sendiri min... tp emmhhh si apih amar terlalu yahuddd disini min... sweet bgt kayak gula aren/Kiss//Kiss//Kiss/semangat berkarya min cahyoooo
Trituwani
wahhhh👏namanya aja jembar kasih tp akhlaknya tidak mencerminkan sbgai seorang permaisuri yg adil dan beradab/Scream/ mentang"turunan ningrat..wong asal jg dr tanah liat...sama sama tanah mah merendah kali jgn sampai kesombongan mengahancurkan trahmu sendiri...pantas si apih amar berontak..tau mboknya kayak bantengan gini,terlalu mengekang keturunanya sendiri.. dirimu tanpa rakyat kecil jg g bisa apa"kali...ad gitu permaisuri cuci baju sendiri klo g da rakyat jelantah.. mentang"sultan rakyat kecil patut dihina gitu.. ooo tidak bisa fergusoo hukum tabur tuai ada bisa jd ntar dirimu jd rakyat kecil cam sekar sekarang/Scream//Scream/minta disleding nih jembar kasih nih/Cleaver//Cleaver//Joyful/
DozkyCrazy
ya elah Bu tuh mulut g pernah sekolah yaa
DozkyCrazy
haddeh kangjenk mamih Dateng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!