Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sayang
Amos menemui Ayu di sebuah kafe setelah ia rapat bersama timnya. Ayu tersentak kaget melihat wajah Amos. Saat tangan Ayu terulur ingin menyentuh pipi Amos, Amos memundurkan wajahnya sambil berkata, "Jangan sentuh aku!"
Ayu menarik tangannya dengen bibir mengerucut lancip lalu berkata, "Kenapa tidak boleh sih? Aku kan calon istri kamu"
"Siapa yang bilang kamu calon istriku? Ojo kakean bobok nduk cah ayu lak kakean bobok marai sampeyan kakean ngimpi" Ucap Amos dengan bersedekap dan menyandarkan punggungnya di kursi.
"Aku nggak mimpi, ya, ora ngimpi aku, kamu itu calon suami aku, bapak udah jodohin kita" Ayu mendengus kesal.
"Sejak kapan?" Amos menautkan kedua alisnya.
"Sejak bapak tahu kalau aku suka sama kamu"
"Tapi, aku tidak pernah menyetujui perjodohan kita"
"Kalau tidak setuju kenapa kamu datang ke kencan kita ini?"
"Karena ada kesepakatan antara bapak kamu dan aku jadi aku terpaksa......"
"Berhenti! Aku nggak dengar" Dua tangan Ayu menutup telinganya.
"Tzk! Dasar bocah manja" Amos berdecak kesal.
"Kenapa ada luka di wajah kamu? Ada plester kartun di pipi kamu. Siapa yang pasangin? Adik kamu?"
"Kepo. Kita buruan makan aja" Amos memajukan badannya lalu memotong steak sapi yang sudah dipesan oleh Ayu.
Ayu ikut memajukan badannya dan mulai memotong steak sambil menceritakan kegiatannya di kampus. Namun, Amos tidak menyimak. Pria tampan itu tengah tersenyum membayangkan momen manis ketika luka di pipinya diobati oleh Agnes. Wajah Agnes begitu dekat dan bibir Agnes hampir saja ia cium karena terus menerus meniup luka di pipi Amos. Di hari pertama kencannya dengan Ayu, Amos justru membayangkan Agnes dan bibirnya terus mengulas senyum bukan karena candaan yang dilempar oleh Ayu melainkan karena bayangan manisnya Agnes yang kesal kala Agnes mengobati lukanya.
"Jangan mikirin yang nggak-nggak!" Protes Agnes di atas lukanya Amos yang sedang ia olesi obat.
"Aku mikir yang iya-iya, kok. Iya aku mau jadi pacar kamu, iya aku mau jadi pria kamu seumur hidup dan......aduh!" Amos mengusap kepalanya yang ditempeleng oleh Agnes.
"Makanya jangan aneh-aneh!"
"Anehku cuma satu, kok, kenapa hatiku nggak bisa ke cewek lain hanya bisa ke kamu, aneh, kan?"
Amos bangkit berdiri dengan sigap sebelum kepalanya terkena tempeleng lagi.
Namun saat Agnes menyipitkan mata, Amos duduk kembali dan belum genap sedetik pantat Amos menyentuh sofa, Agnes menempelkan plester bergambar kartun Donald Bebek ke pipinya Amos yang terluka.
"Aduh! Ssshhhh....sakit, nes!" Amos meringis kesakitan.
Agnes merapikan kotak obat sambil berkata, "Salah sendiri banyak tingkah!"
"Aku hanya mencintaimu masak itu banyak tingkah" Amos sontak berkelit ke kanan saat wadah tissue dilempar oleh Agnes ke arahnya.
Amos berdiri untuk mengambil wadah tissue itu dan setelah meletakkan wadah tissue itu ke meja sofa, ia berkata, "Terima kasih sudah sabar mengajari aku dance dan terima kasih sudah mengobati lukaku"
"Hmm" Agnes melangkah ke televisi untuk menyimpan kembali kotak obatnya.
"Emm, apa aku boleh traktir kamu karena kamu udah baik banget sama aku hari ini"
Agnes berbalik badan dan melihat Amos sedang meringis sambil mengusap tengkuk.
"Aku rasa kita sudah impas. Kita hanya akan bertemu setiap harinya untuk berlatih dance. Tidak ada traktir mentraktir dan tidak ada pertemuan lain selain itu"
Amos menghembuskan napas kecewa lalu berkata, "Baiklah. Aku pulang dulu. Besok latihannya di jam yang sama?"
"Hmm" Agnes menganggukkan kepala.
"Baiklah" Amos lalu pergi meninggalkan rumahnya Agnes.
Ayu memukul pelan meja, "Mas Amos, kamu dari tadi melamun, ya?"
Amos mengangkat kepalanya kaget lalu mengangguk tanpa dosa.
"Tega banget sampeyan, Mas. Aku cerita panjang lebar dan kasih jokes eh sampeyan malah melamun. Melamun apa sih, Mas?"
Amos hanya melebarkan senyumannya lalu berkata, "Rahasia"
"Ih nyebelin! Kita nggak suka kencan lagi besok dan besoknya lagi" Ayu bangkit berdiri lalu memundurkan kursi dengan kesal kemudian berlalu pergi tanpa menoleh ke Amos.
Amos bergegas berdiri lalu berlari menyusul Ayu sambil berteriak, "Aku antar!"
Ayu menghentikan langkahnya di depan pintu kafe dan menunggu Amos dengan senyum merekah.
Namun, saat Ayu berada di dalam mobilnya Amos, ia bersungut-sungut, "Lebih enak naik taksi online karena sopirnya bisa diajak ngobrol lah ini, dari tadi cengar cengir ora jelas dan setiap kali ditanya nggak nyambung"
"Hah?" Amos menoleh sekilas ke Ayu.
"Nyebelin kamu Mas" Ayu membuang muka ke jendela mobil lalu diam membisu sampai ia tiba di rumahnya dan Amos justru tersenyum lebar karena ia bisa melanjutkan lamunannya.
Ayu langsung berkata ke Amos, "Besok nggak usah kencan lagi dan nggak usah ikut turun. Bapak ada pertemuan nggak ada di rumah dan ibu pasti udah tidur"
Amos hanya bergeming dan mengerjap-ngerjapkan matanya.
Saat Ayu sudah berlari masuk ke halaman rumah besarnya pak Sapto, Amos meninju-ninju udara di depannya sambil berteriak senang, "Yes, yes, yes! Nggak usah kencan lagi sama ayu"
Bagaskara menepuk pundak Amos sambil berkata, "Selamat, ya, big chicken"
Amos menoleh kaget dan buyar sudah lamunannya. "Hah?"
"Big chicken, dance kamu bersama Archie dapat juara pertama, selamat" Bagaskara mengulurkan tangan sambil mengulum bibir menahan geli.
"Apa kau bilang?" Tanya Amos sambil melirik Archie yang sedang berfoto bersama Agnes sambil mengangkat piala di tangan kanannya ke udara bebas.
"Big chicken, pfftttt" Bagaskara menutup bibirnya dan pipinya tampak menggembung menahan tawa.
"Big Chicken gundulmu, tzk!" Amos melotot dan Bagaskara sontak tertawa ngakak.
Agnes menoleh ke belakang dan mengayunkan tangan, "Ayo ikut foto. Bagas juga, ayo foto!"
Bagaskara dan Amos langsung maju ke depan dan berebut berdiri di samping Agnes. Amos langsung mendorong bahu Bagaskara dan dengan sangat terpaksa Bagaskara berdiri di sampingnya Archie.
Cekrek!
Fotografer menarik wajahnya dari kamera dan menunjuk dagu ke Amos, "Mas dengan kostum ayam"
"Ya, ada apa mas?" Teriak Amos dari atas panggung.
"Tolong lihat ke kamera! Jangan liatin mbaknya terus!"
"Ah, iya" Amos meringis dan Agnes melirik sebal ke Amos.
Bagaskara langsung membatin, bener dugaanku. Komandan jatuh cinta sama Agnes Gunawan Howard.
Cekrek! Nah bagus ini! Teriak si fotografer.
Saat semuanya turun dari panggung, Agnes menahan lengan Amos.
"Ada apa?" Amos menautkan kedua alisnya bingung.
Agnes melepas cepet plester di pipi Amos sambil berkata, "Udah seminggu masih belum kamu lepas plesternya"
"Yaahhhh kok dilepas terus dibuang plesternya" Amos merengut kecewa.
"Udah sembuh, tuh. Ngapain masih pakai plester" Agnes menunjuk dagu ke pipinya Amos.
"Itu kan plester dari kamu. Pengen aku simpan. Makanya nggak aku lepas-lepas, karena sayang"
"Ish! Lebay"
Amos langsung menunduk, "Sama plesternya saja sayang apalagi sama orang yang masang plesternya" Bisiknya di telinga Agnes.
Pletak! Agnes langsung menjitak kepala Amos.