NovelToon NovelToon
Sang Penakluk

Sang Penakluk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Perperangan
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: RantauL

Dunia Kultivator adalah dunia yang sangat Kejam dan Keras. Dimana yang kuat akan berkuasa dan yang lemah akan ditindas. Tidak ada belas kasihan, siapapun kamu jika kamu lemah maka hanya ada satu kata untukmu yaitu "Mati".

Dunia yang dipenuhi dengan Keserakahan dan Keputusasaan. Dewa, Iblis, Siluman, Monster, Manusia, dan ras-ras lainnya, semuanya bergantung pada kekuatan. Jika kamu tidak ingin mati maka jadilah yang "Terkuat".

Dunia yang dihuni oleh para Predator yang siap memangsa Buruannya. Tidak ada tempat untuk kabur, apalagi bersembunyi. Jika kamu mati, maka itu sudah menjadi takdirmu karena kamu "Lemah".

Rayzen, salah satu pangeran dari kekaisaran Awan putih, terlahir dengan kekosongan bakat. Hal itu tentunya membuat Ia tidak bisa berkultivasi. Ia dicap sebagai seorang sampah yang tidak layak untuk hidup. Banyak dari saudara-saudaranya yang ingin membunuhnya.

Tetapi tanpa diketahui oleh siapapun, Reyzen ternyata memiliki keberuntungan yang membawanya menuju puncak "Kekuatan".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RantauL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2. Buku Keberuntungan

"Hah... Hari ini sangat membosankan." gumam Ray Zen yang sedang berbaring di kasur mewahnya. Ia sudah tidak tau lagi harus melakukan apa untuk menghabiskan waktunya hari ini. Ia melihat jam besar yang berada didinding kamarnya. Jarum jam itu masih menunjukkan angka 9.

"Hehhh, apa yang harus aku lakukan. Semua buku di perpustakaan telah selesai aku baca. Tidak adakah lagi buku yang bisa aku baca?" lagi-lagi Ray Zen berbicara kepada dirinya sendiri. Ia kemudian menatap langit-langit kamar, mencoba mencari hal yang bisa ia lakukan.

"Oh ya, aku tahu. Masih ada satu buku yang belum aku baca." seperti mendapatkan pencerahan, Ray Zen segera bangkit menuju lemari besar miliknya. Ia memeriksa setiap laci yang ada di lemari itu.

"Nah ketemu." Ray Zen terlihat sangat senang setelah menemukan apa yang ia cari. Disalah satu laci lemarinya terdapat sebuah buku yang cukup tebal dan besar. Ray Zen harus menggunakan kedua tangannya untuk mengangkat buku itu, membawanya kemeja.

"Buku ini sangat aneh." Ray Zen mengernyitkan keningnya. Selain karena buku itu terlihat besar dan tebal, buku itu juga terlihat lusuh, dengan sampul kosong berwarna putih kekuningan. "Pantas saja para pengeran dan putri lainnya tidak mau menerima buku ini."

Buku itu adalah hadiah pemberian ayahnya, Kaisar pada saat hari ulang tahunnya yang ke-16. Sebelumnya, banyak dari saudara-saudarinya yang menolak diberikan hadiah buku itu. Mereka lebih memilih hadiah sumber daya untuk berkultivasi, senjata, artefak, uang dan hadiah mewah lainnya. Hanya Ray Zen yang mau menerima dihadiahi buku itu. Lagi pula kultivator mana yang menginginkan buku tidak berguna seperti itu.

Ray Zen membuka selembar demi selembar halaman kertas dari buku aneh itu. Setiap lembarnya hanyalah berisi halaman kosong, tidak ada satupun tulisan yang ada disana, sama seperti sampulnya.

Karena sedang sibuk membolak-balik halaman buku, Ray Zen tidak menyadari jika dibelakangnya sekarang telah berdiri sesosok misterius dengan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Ditangannya terhunus sebuah belati merah yang memancarkan aura membunuh yang sangat kuat.

Sosok itu tersenyum dibalik masker yang ia kenakan. "Pergilah ke neraka! dasar sampah.." setelah berkata demikian, sosok tersebut menggorok leher Ray Zen dari belakang, memberikan sayatan yang cukup dalam. Darah segar Ray Zen segera mengalir deras, kesadarannya pun perlahan mulai menghilang. Kepalanya kini terbaring lemah diatas buku aneh yang sebelumnya ia baca.

Hal terakhir yang ia lihat adalah sesosok hitam misterius dengan sebuah belati merah ditangannya, sosok itu tersenyum puas kearah Ray Zen, lalu segera menghilang ditutupi asap hitam tebal.

Beberapa saat setelah sosok hitam itu pergi, darah Ray Zen yang mengenai buku aneh itu seakan terserap. Buku itu kemudian mengeluarkan cahaya keemasan yang sangat terang. Cahaya keemasan itu perlahan meredup, diikuti dengan menghilangnya seluruh tubuh Ray Zen.

****************

Ray Zen perlahan membuka matanya, kepalanya terasa sangat sakit. "Dimana aku, apakah aku sudah mati?"

Setelah kedua matanya berhasil ia buka sempurna, Ray Zen tercengang melihat pemandangan indah yang ada disekelilingnya. Pemandangan indah yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, hanya satu hal yang ada dipikirannya, 'Apakah ini alam Dewa?'.

"Hei, Nak. Selamat datang di dimensiku. Apakah kau menyukainya?." suara serak seorang pria membuat Ray Zen terkejut dan segera tersadar dari lamunannya. Ia segera berdiri, melihat kearah sumber suara yang memanggilnya.

Didepannya kini berdiri seorang kakek dengan pakaian putih keemasan. Kakek itu tersenyum kearahnya. Spontan Ray Zen segera menutup matanya, memukul-mukul dirinya, berharap itu semua hanyalah mimpi belaka. Tetapi sayangnya tidak ada perubahan apapun yang terjadi. Kakek itu tetap ada didepannya, bahkan semakin mendekat kearahnya.

"Hahaha, apakah kamu sudah gila nak?." Kakek itu tertawa keras. Ray Zen perlahan memberanikan diri untuk membuka matanya kembali.

"Hey kakek tua, siapa kau? apakah kau malaikat pencabut nyawa? Aku masih belum mau mati, sungguh." Ray Zen berlari sekuat tenaga menjauhi kakek tua didepannya.

"Hei Nak.., kau mau kemana? Ini adalah dimensiku, kau tidak akan bisa lari. Lagi pula aku bukanlah malaikat pencabut nyawa." Kakek itu berseru keras. Ray Zen tidak perduli dengan perkataan kakek itu, ia terus berlari menjauh.

Setelah berlari cukup jauh, Ray Zen terduduk dengan nafas terengah-engah, dibawah sebuah pohon yang rindang. Sesekali ia mengintip dibalik pohon, untuk melihat keberadaan kakek itu.

"Nak apa yang kau lihat?" Ray Zen kembali dikejutkan dengan suara kakek itu yang kini telah berada tepat diatas pohon tempat ia duduk. "Ampun, ampun kek, jangan bunuh aku! Masih banyak hal yang harus aku lakukan. Aku mohon.., aku berjanji tidak akan lari lagi." Ray Zen memohon, kedua tangannya ia rapatkan didepan dada. Melihat tingkah Ray Zen, kakek itu kembali tertawa. "Hei Nak, siapa juga yang ingin membunuhmu." ucapnya.

"Aku adalah secercah pecahan jiwa dewa, yang terdapat dibuku aneh yang sebelumnya kau baca. Buku aneh itu hanya akan terbuka saat darah orang yang 'Terpilih' mengenai isi bukunya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kau adalah anak yang sangat beruntung, karena dipilih oleh buku tersebut. Nah itu sebabnya kau bisa berada ditempat sekarang ini." Kakek itu menjelaskan.

Ray Zen hanya mengangguk, ia kembali mengingat saat-saat terakhir sebelum kesadarannya menghilang. Sesosok hitam misterius telah menggorok lehernya. Membuat darahnya mengalir mengenai buku aneh itu.

"Tempat ini adalah dimensi yang aku buat, untuk melatih orang yang 'Terpilih' menjadi yang terkuat. Disini kau akan menjadi muridku. Aku akan melatih dan mendidikmu menjadi orang yang tak terkalahkan, sama sepertiku dulu. Bagaimana nak, apakah kau mau?" kata kakek itu penuh harap.

"Maaf kakek. Aku tidak suka bertarung, dan lagipula aku tidak memiliki bakat untuk menjadi seorang kultivator."

"Hahaha." Kakek itu lagi-lagi tertawa. "Kau salah nak, tubuhmu adalah tubuh yang sangat istimewa, tubuh yang mampu menampung semua jenis Energi dan Kekuatan manapun. Hanya saja tubuhmu sekarang masih disegel oleh kekuatan yang sangat kuat bagi orang-orang yang ada di duniamu. Hal itu membuat kau dan mereka mengira bahwa kau adalah sampah yang tidak bisa berkultivasi. Tetapi kau tenang saja segel itu tidak ada apa-apanya di hadapanku. Aku bisa membukanya dengan sangat mudah."

"Benarkah kakek?" tanya Ray Zen semangat, yang dijawab dengan anggukan oleh kakek itu. "Kalau begitu aku mau menjadi muridmu kakek, ayo kita latihan sekarang!" Ray Zen berdiri dan menarik tangan kakek itu. Rasa takut yang sebelumnya ia alami, seakan hilang karena semangat yang muncul dalam dirinya.

"Hei Nak, kau sangat tidak sabaran ya. Baiklah, ayo ikuti aku."

Kakek itu dan Ray Zen berjalan bersama ketempat awal Ray Zen sadar tadi. Kakek itu mengayunkan tangannya, dan dalam sekejap, dihadapan mereka kini terdapat Bangunan Istana Emas yang sangat besar dan mewah.

Didepan gerbang istana itu terdapat dua patung kesatria yang ukurannya sangat besar seperti Titan. Ray Zen sangat terpukau dengan apa yang ia lihat. Sejak berada di dimensi ini, ia tidak berhenti-hentinya di buat takjub dan terkesima.

1
Christian Matthew Pratama
mc tolol atau gmn, pengawalnya dalam bahaya malah dibiarkan, dia malah msk kehutan
Christian Matthew Pratama
ini critanya zaman kapan ada istilah big boss
Christian Matthew Pratama
mmg sdh ada jam ya🤔
Rizky Fadillah
suka aku sama guru nya,mengajarkan mc jngn naif,tidak ada kebaikan didunia kultivator,apa lgi di dunia nyata banyak tipu muslihat nya hahaha
Yuzuru03
Jalan ceritanya bikin penasaran
Dadi Bismarck
Seru banget! Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya!
Mưa buồn
Aku suka banget tokoh-tokohnya. Jangan berhenti nulis thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!