NovelToon NovelToon
PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Menjadi Pengusaha / CEO / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: triyan89

Rina hidup dalam gelimang harta setelah menikah dengan Aryan, pengusaha bakso yang mendadak kaya raya. Namun, kebahagiaan itu terkoyak setelah Rina diculik dan diselamatkan oleh Aryan dengan cara yang sangat mengerikan, menunjukkan kekuatan suaminya jauh melampaui batas manusia biasa. Rina mulai yakin, kesuksesan Aryan bersumber dari cara-cara gaib.
​Kecurigaan Rina didukung oleh Bu Ratih, ibu kandung Aryan, yang merasa ada hal mistis dan berbahaya di balik pintu kamar ritual yang selalu dikunci oleh Aryan. Di sisi lain, Azmi, seorang pemuda lulusan pesantren yang memiliki kemampuan melihat alam gaib, merasakan aura penderitaan yang sangat kuat di rumah Aryan. Azmi berhasil berkomunikasi dengan dua arwah penasaran—Qorin Pak Hari (ayah Aryan) dan Qorin Santi—yang mengungkapkan kebenaran mengerikan: Aryan telah menumbalkan ayah kandungnya sendiri demi perjanjian kekayaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triyan89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

Sementara itu, di dalam hutan. ​Iblis yang telah menampakkan wujud aslinya, berkulit merah menyala, bertubuh besar, dengan cakar tajam dan seringai mengerikan, berdiri di depan Azmi. Ia memancarkan aura panas dan kebencian yang begitu kuat, membuat pepohonan di sekitarnya terasa layu.

​“Kau pikir jubahmu bisa melindungimu, Bocah?” raung Iblis itu, suaranya serak menggema di antara pepohonan.

​Azmi tetap tenang. Ia membaca ayat-ayat suci dengan khusyuk. Ia tidak gentar, sebab ia tahu ia dilindungi oleh kekuatan yang jauh lebih besar.

​“Kalian para Iblis cuma hebat dalam tipuan dan menyesatkan manusia. Kekuatanmu hanyalah pinjaman dari keserakahan manusia. Saat ini, aku akan membebaskan jiwa-jiwa manusia dari takdir yang kalian buat!” seru Azmi.

​Azmi mengangkat keris di tangannya. Ia membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Keris itu mengeluarkan cahaya putih membentuk sebuah pedang.

​Iblis itu merasakan ancaman mematikan dari energi keris tersebut. Ia melompat mundur sejauh lima meter, lalu melompat maju dengan kecepatan yang sangat tinggi, berusaha menghantam Azmi sebelum ia melakukan serangan.

​Sreeeet!

​Cakar Iblis itu mengenai tanah, serangan itu meleset. Azmi telah bergerak cepat, menghindari serangan itu.

​“Allahu Akbar!” seru Azmi.

​Ia muncul di belakang Iblis itu dan menyabetkan pedang cahaya dari kerisnya, dan menembus punggungnya.

​Cisssss!

​Iblis itu menjerit melengking, suara yang memecah keheningan hutan. Tubuhnya mengepulkan asap hitam yang tebal. ​“ARGH!”

​Iblis itu berbalik, matanya yang merah menyala menatap Azmi penuh dendam. Ia berusaha meraih Azmi, tetapi setiap kali ia menyentuh Azmi, kulitnya terbakar. Iblis itu kini kehabisan tenaga.

​“Aku akan menghancurkanmu, aku akan—”

​Belum sempat Iblis itu menyelesaikan ancamannya, Azmi menancapkan kerisnya ke tanah, dan menangkupkan kedua tangannya. Ia mengarahkan tangan kirinya ke tubuh Iblis, sambil membacakan ayat-ayat Qur'an dengan suara yang yang lantang.

 Iblis itu meraung kesakitan, kepulan asap hitam keluar dari tubuhnya. Dalam hitungan detik, seketika Iblis itu lenyap. Aaa​Azmi segera menoleh ke arah Bu Ratih dan Rina.

​“Sudah aman, Bu Ratih. Mbak Rina,” katanya, wajahnya terlihat lelah namun lega.

​Bu Ratih dan Rina keluar dari balik pohon, bergegas mendekati Azmi. Mereka menangis, memeluk Azmi, merasakan kehangatan dan keamanan yang sangat mereka butuhkan.

​“Nak Azmi, kamu sudah menyelamatkan kami. Kami tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu,” kata Bu Ratih terisak.

​Azmi menggeleng. “Sudah Bu, sudah kewajiban saya sebagai sesama. Untuk sementara, kita sudah aman.” Azmi menatap ke arah rumah Aryan. “Saya merasakan energi Kiai Syarif telah menghilang. Ada kemungkinan dia sudah kalah.”

​“Kiai Syarif kalah?” tanya Rina, terkejut.

​“Ya. Itu berarti kita tidak punya banyak waktu. Aryan pasti sedang merayakan kemenangannya sekarang. Ini saatnya untuk menyerang inti kekuatannya!” tegas Azmi. "Kita harus cepat kembali. Kita harus memanfaatkan celah ini untuk menghancurkan kekuatannya."

​---

Di dalam rumah besar itu, suasananya mulai tenang kembali. Pocong bermata merah sudah kembali ke sudut gelap lorong, berdiri diam seperti patung. Aryan berdiri di teras depan, melihat dua petugas keamanan memapah Kiai Syarif yang lemas menuju pos satpam.

Aryan tersenyum puas. Musuh spiritual terkuatnya sudah tumbang.

“Dasar orang tua sok suci,” gerutu Aryan sambil meludah. “Kalian pikir bisa seenaknya menghalangi jalanku? Tidak akan!”

Ia masuk ke dalam rumah. Pocong itu masih berdiri di lorong yang gelao. Aryan menepuk bahu makhluk itu, kebiasaan anehnya untuk berterima kasih pada sosok pocong tersebut.

“Kamu hebat. Kamu berhasil menyingkirkan dia. Sekarang kita sudah aman,” katanya.

Tapi ketika ia berjalan menuju ruang tengah, Aryan merasakan ada yang tidak beres. Rumah itu terasa begitu sepi. Ia ingat sudah mengancam Bu Ratih dan Rina, juga semua penghuni rumahnya, untuk tidak menceritakan kejadian mengerikan pada malam itu.

Seketika ia berpikir, mereka telah kabur dari rumah itu. “Hei, di mana makhluk itu?” tanya Aryan pada Pocong di dekatnya. Pocong itu hanya menggeram pelan.

Perasaan tidak enak menyergap Aryan. Ia bergegas menuju kamar rahasianya, tempat ia menyimpan benda-benda ritual. Ia membuka pintu dengan terburu-buru.

Di atas sajadah hitam, boneka kayu ukir tergeletak dikelilingi mangkuk sesajen dan darah kering. Di sampingnya ada dompet Broto dan kalung berliontin aneh, barang-barang yang selama ini menjadi sumber kekuatannya.

Namun,sosok iblis bermata merah yang biasa tinggal di boneka itu tidak menampakkan diri. Wajah Aryan memucat. Ia mengangkat boneka itu dan memeriksanya. Energi yang biasanya kuat kini hanya tersisa samar, dan hampir hilang sepenuhnya.

“Tidak mungkin! Kemana iblis itu?!” Aryan berteriak panik.

Ia berlari ke kamar Bu Ratih, ia tidak ada di kamarnya. Setelah memeriksa kamar Bu Ratih, Aryan berlari menuju kamarnya, berharap Rina berada di sana. Tapi ternyata kamar itu kosong. Keduanya tidak berada di kamarnya. Ia yakin mereka sudah kabur dari rumah itu

Saat itulah Aryan sadar, Pocong itu memang berhasil menaklukkan Kiai Syarif, tetapi makhluk lain yang ia tugaskan untuk menjaga Bu Ratih dan Rina, sudah gagal. Mereka berhasil kabur. Dan lebih buruk lagi, Azmi pasti terlibat di dalamnya.

“Sial! Mereka berhasil kabur, orang itu pasti sudah membantu mereka supaya bisa kabur dari rumahku!” Aryan mengepalkan tangan. Ia meraih boneka kayu dan kalung itu, memeluknya erat. “Tidak! Aku tidak boleh kalah! Aku harus lakukan sesuatu!”

Tanpa pikir panjang, Aryan berlari menuju ruang bawah tanah, tempat ia melakukan ritual yang lebih gelap.

 

Kembali ke Azmi

Di pinggir kompleks, Azmi, Rina, dan Bu Ratih bergerak cepat. Azmi memberi penjelasan singkat.

“Kiai Syarif sudah tidak bisa membantu. Sekarang tinggal kita. Kita harus menghentikan Aryan, dan kita harus menyerang sumber kekuatannya.”

“Bagaimana kita masuk, Nak? Pocong itu pasti sudah menjaga rumah itu,” tanya Bu Ratih gelisah.

“Pocong itu sudah kehabisan tenaga setelah bertarung dengan Kiai Syarif. Tapi kita tidak bisa lewat pintu depan,” kata Azmi. “Kita masuk lewat pintu belakang. Lewat jendela dapur, atau lewat celah yang lain.”

Azmi menatap Rina. “Mbak Rina, jaga Bu Ratih. Kamu tetap dekat dengan saya. Saya yang akan menghadapi Aryan dan pocongnya.”

Mereka menyusuri pagar belakang yang rendah, lalu melihat jendela dapur yang sedikit terbuka, itu celah bagi mereka untuk masuk ke dalam rumah itu.

“Ayo, cepat,” bisik Azmi.

Mereka masuk lewat jendela. Bau anyir dan hawa dingin langsung menusuk hidung.

Saat mereka melangkah masuk, Pocong yang sedang berdiri di lorong depan langsung merasakan kehadiran mereka. Tubuhnya berputar perlahan, matanya menyala merah, menatap lurus ke arah dapur.

​Pocong itu berbalik, matanya yang merah menyala menatap tajam ke arah dapur. Tubuhnya bergetar, mengeluarkan geraman rendah, namun terdengar mengerikan

​Azmi segera mendorong Bu Ratih dan Rina ke sudut terdekat yang tertutup bayangan. “Kalian tetap di sini! Jangan bergerak sampai saya beri isyarat!”

​Azmi melangkah maju, tangannya menggenggam erat sebuah keris yang kini memancarkan energi yang hangat. Ia melafalkan ayat-ayat suci dengan suara lirih.

​Pocong itu tahu, energi ini sama persis dengan energi yang telah melumpuhkan Iblis jelmaan Azmi di hutan itu. Ia tidak bisa maju. Ia hanya bisa berdiri, menjadi perisai yang akan menghalangi jalan menuju ruang tengah.

​Saat Pocong itu dan Azmi saling berhadapan di ujung lorong, Aryan sedang menuruni tangga kayu menuju ruang bawah tanah. Ia membawa boneka kayu ukir dan kalung liontinnya, wajahnya dipenuhi amarah dan kepanikan.

​‘Aku harus berikan persembahan! Aku harus memanggil Raja Iblis!’ pikir Aryan.

​Tepat saat ia mencapai lantai dasar ruang bawah tanah yang gelap, ia mendengar suara geraman. Geraman itu terdengar berbeda, ada nada terdesak di dalamnya, itu adalah geraman sosok pocong yang berjaga di tengah lorong depan.

​Aryan segera sadar. Mereka sudah masuk.

​Ia berlari kembali ke atas, memanjat tangga dengan cepat. Ia melihat Pocong itu masih berdiri di lorong, tetapi Azmi sudah mulai maju perlahan, sambil terus melantunkan ayat suci.

​“Bodoh! Jangan hanya berdiri di situ, serang dia!” teriak Aryan dari mulut tangga.

​Pocong itu mencoba melompat, tetapi setiap kali ia berusaha bergerak maju, asap mengepul dari tubuhnya akibat energi suci yang dilantunkan Azmi.

​Aryan tahu, Pocong itu sudah kelelahan. Ia tidak bisa mengandalkan hanya pada Iblis peliharaannya.

​“Baik! Jika kamu ingin perang, kita perang!”

​Aryan berbalik dan berlari menuju laci meja di ruang tengah. Ia mengeluarkan satu-satunya senjata yang tersisa, sebuah botol kaca kecil berisi cairan merah kental.

​Duel Terhenti

​Azmi melihat Aryan. Ia tahu, musuh utamanya bukanlah Pocong itu, melainkan manusia yang telah menyerahkan jiwanya pada iblis.

​“Aryan! Hentikan semua ini! Beri tahu di mana kamu sembunyikan semua benda-benda iblis itu!” teriak Azmi.

​“Mati kamu, Bocah sok suci!” balas Aryan, ia mencabut sumbat botol kaca itu dan melemparkannya tepat ke arah Azmi.

​Azmi mengira itu adalah asam atau sejenis senjata kimia. Ia segera melindungi diri dengan tangan kanannya.

​PRANG!

​Botol itu pecah menghantam dinding di belakang Azmi. Cairan merah kental itu tumpah, dan seketika itu juga, bau darah anyir yang sangat menyengat memenuhi udara.

​Cairan itu bukan racun. Itu adalah darah manusia, darah dari orang yang Aryan tumbalkan.

​Saat bau darah itu menyebar, mata Pocong itu yang tadinya merah menyala karena energi iblis, kini menjadi hitam pekat dan kosong. Kekuatan pocong itu menjadi lebih kuat.

​Ia tidak lagi menggeram. Ia mengeluarkan raungan haus darah yang menyeramkan dan tiba-tiba, ia mampu menembus perlindungan Azmi.

​BLAST!

​Pocong itu melompat maju, mengenai Azmi dan melemparkannya ke sudut ruangan. Azmi terbatuk, kerisnya terlepas dari tangannya, dan ia jatuh terhimpit di bawah lemari.

​Aryan tertawa keras, tawa penuh kemenangan. “Rasakan! Itu hadiah buat orang yang berani ikut campur semua urusanku!”

​Bu Ratih dan Rina menjerit ketakutan dari sudut dapur. Pocong itu kini mengalihkan pandangannya, ia tertarik pada energi ketakutan dari manusia.

1
Siti Yatmi
seru dan menegangkan...baca maraton....semoga Mereka baik2 saja .
Siti Yatmi
kasian bapaknya....
Oriana
Kok susah sih thor update, udah nungguin banget nih 😒
bukan author: Masih review kak
total 1 replies
Dallana u-u
Gemes banget deh ceritanya!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
cocondazo
Jalan cerita seru banget!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!