"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manusia Robot
"Bersiaplah Nadira,kita akan mengunjungi wanita itu."
"Rafika maksudmu?"
"Iya,sekaligus kita periksakan bayimu,apa dia baik-baik saja di dalam sana."
"Henry,terimakasih aku tidak menyangka secepat itu kau tahu keberadaannya."
"Untuk itu,kau jangan pernah ragukan kemampuan ku ya!"
"Ehm ...terdengar maskulin sekali ya" Nadira tertawa kecil
Henry tak ingin melewatkan begitu saja,baginya tawa Nadira adalah moment indah yang harus ia rekam rapat-rapat di hatinya.'Bergantunglah terus padaku Nadira,aku senang menjadi berarti untukmu' bisiknya dalam hati.
***
Tuan Alfonso berdiri di depan jendela besar di ruang kerjanya.Membelakangi Andreas yang juga berdiri dengan tablet di tangannya.
"Berapapun yang Profesor itu minta,segera berikan padanya,aku tidak mau menunggu terlalu lama." Katanya tanpa menoleh sedikitpun.
"Professor itu bilang,dia menyetujui semuanya Tuan. Hasil Eksperimennya akan segera di tanamkan di otak Tuan Muda Devan"
"Bagus!,katakan padanya semua sensor dan perintah harus sesuai dengan apa yang aku inginkan."
Suaranya dingin,namun menggetarkan. Seolah kekuasaan benar-benar ada di tangannya.Membuat Andreas hanya mampu tunduk atas semua yang ia perintahkan.
"Baik Tuan". Sambil membungkukkan badannya setengah,Andreas berlalu meninggalkan ruangan itu.
Tongkat berukir di tangannya ia hentakkan sekilas. Jemarinya menggenggam lebih erat.
"Karna yang aku bangun,tidak ada yang boleh bergeser sedikitpun. Meski aku harus mengorbankan darah dagingku sendiri."
"Dengan aku menaruh Chip di kepalanya,aku bisa dengan mudah mengendalikannya."
Asap rokok mengepul di udara.Membentuk lingkaran tipis,kemudian buyar bersama angin.
Tuan Alfonso, benar-benar memanfaatkan situasi operasi Devan dengan menanamkan chip hasil eksperimen Profesor Takeda ke kepalanya.Dengan begitu Devan tidak lah lagi tumbuh menjadi manusia. Tapi robot yang berada dalam tubuh manusia.
***
Ruang operasi itu sudah sibuk dengan pembedahan tengkorak kepala Devan.Semua berjalan dengan struktur biasanya.Semua dokter pendamping juga perawat fokus dengan tugas masing-masing.
Lampu operasi menggantung rendah, memusatkan cahaya ke kepala Devan yang terpasang erat pada penyangga logam. Kulit kepalanya terbuka rapi, memperlihatkan jaringan merah muda yang berdenyut pelan. Suara mesin pemantau berdetak stabil
bip… bip… bip…
Professor Takeda tidak berbicara. Tangannya yang bersarung lateks bergerak presisi. Kacamata pembesar di wajahnya menangkap kilau tipis dari logam mikrochip sebesar kuku jari kelingking.
“Retraktor,” ucapnya pelan.
Asisten menyerahkan alat. Takeda memindahkan sedikit jaringan saraf, gerakannya halus namun tegas, seperti seorang pemusik menyetel senar paling rapuh.
Devan tidak bergerak. Cairan anestesi di pembuluh darahnya membuat tubuh itu hanya menjadi wadah pasif,nyaris seperti boneka yang dibongkar.
Profesor Takeda mengangkat chip itu, membiarkan cahaya lampu memantul pada permukaannya.
“Model F-03… akhirnya terpasang pada subjek manusia,” gumamnya, suara penuh kekaguman yang hanya bisa dimengerti ilmuwan yang telah menghabiskan hidup mengejar ambisi melampaui batas.
Ia menurunkan chip tersebut ke celah di antara dua bagian jaringan saraf otak depan.Monitor di samping meja operasi bergetar sejenak, angka-angka melonjak, grafik bergerak liar.
Asisten menahan napas.
“Profesor, sinyalnya!”
“Biarkan,” potong Takeda, matanya tak berkedip. “Otaknya sedang menyesuaikan diri.”
Cahaya dari panel chip berkedip sekali. Profesor
Takeda tersenyum tipis,“Sekarang,” katanya sambil melepas napas yang ia tahan, “dia bukan lagi hanya Devan.”
Ia merapikan jaringan saraf, menutup kembali lapisan demi lapisan, seolah sedang menyegel rahasia yang kelak mengguncang hidup seseorang.
“Dia adalah unit yang bisa dikendalikan.”
Bip monitor kembali stabil.Takeda menatap wajah Devan yang sepenuhnya tak sadar.
“Alfonso akan mendapatkan prajurit paling patuh yang pernah diciptakan manusia."
*
*
*
~Devan semakin ingin di kendalikan,lalu apa yang akan terjadi setelah Devan sadar nanti?
~Ikutin terus ceritanya...suport like,komen dan Subscribe. Jangan lupa hadiahnya juga 🤭
~Salam hangat dari Penulis 🤍