NovelToon NovelToon
SHIRAYUKI SAKURA

SHIRAYUKI SAKURA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Fantasi Isekai / Fantasi / Anime / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Reinkarnasi
Popularitas:299
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

Shirayuki Sakura adalah dunia fantasi medieval yang bangkit di bawah kepemimpinan bijaksana Araya Yuki Yamada. Kisah intinya berpusat pada Ikaeda Indra Yamada ("Death Prince") yang bergumul dengan warisan gelap klannya. Paradoks muncul saat Royal Indra (R.I.) ("Destroyer") dari semesta lain terlempar, menyadari dirinya adalah "versi lain" Ikaeda. R.I. kehilangan kekuatannya namun berperan sebagai kakak pelindung, diam-diam menjaga Ikaeda dari ancaman Lucifer dan trauma masa lalu, dibantu oleh jangkar emosional seperti Evelia Namida (setengah Gumiho) dan karakter pendukung lainnya, menggarisbawahi tema harapan, kasih sayang, dan penemuan keluarga di tengah kekacauan multidimensi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KINGSGUARDS : ARIEL' FUN ADVENTURE

Angin sejuk dari padang rumput membelai rambut Ariel yang hitam keunguan. Jubah panjang berwarna gelapnya berayun seirama dengan langkahnya yang penuh semangat. Ia berjalan sendirian, ditemani tas ransel kulit yang terlihat agak kebesaran di punggungnya. Matahari sore menyinari dataran terbuka, dan tujuan Ariel hari itu adalah kota kecil bernama Aethelgard, yang terkenal dengan hasil panen berry manisnya—kesukaan terbesarnya.

"Aduh, perjalanan kali ini sedikit membosankan ya," gumam Ariel sambil menyentuh ikat pinggangnya yang dipasangi dua bilah pisau lempar. "Sepertinya 'oleh-oleh' kali ini tidak akan semenarik artefak terkutuk yang terakhir. Tapi, tidak apa-apa! Berry Aethelgard yang super manis juga 'oleh-oleh' yang berharga!"

Ia adalah Ariel dari Suzaku, seorang pengangguran 'profesional' yang lebih suka berkelana daripada terikat pada jabatan, meskipun dua sahabat baiknya, Nuita dan Evelia, adalah wanita-wanita penting di benua. Ariel memang hiperaktif, selalu membuat onar di kota asalnya, tapi ia juga adalah petualang sejati dengan insting yang tajam dan hati yang selalu siap menolong.

Di kejauhan, ia melihat sekelompok orang—tiga pria bertubuh besar dengan pakaian lusuh—sedang mengganggu kereta barang kecil yang dikawal oleh seorang pria paruh baya yang tampak ketakutan.

Nah, itu dia! batin Ariel dengan senyum lebar. Akhirnya ada sedikit 'bumbu' dalam perjalanan!

Tanpa ragu, Ariel mempercepat langkahnya. Tubuhnya memang ramping, sering diremehkan, tapi ia tahu betul apa yang ada di balik penampilan imutnya.

Saat ia mendekat, salah satu preman itu berseru dengan suara keras, "Serahkan semua isinya, pak tua! Atau kau ingin kami robek-robek gerobak jelekmu ini?"

Pria paruh baya itu hanya bisa gemetar.

"Maaf mengganggu pesta kalian, Tuan-tuan," sapa Ariel dengan suara ceria, seolah ia menyapa teman lama di kedai minum. Ia meletakkan tangan di pinggul, menampilkan postur percaya diri.

Ketiga preman itu menoleh. Pria yang berbicara tadi menatap Ariel dari ujung rambut hingga ujung kaki, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Lihat siapa ini? Seorang gadis manis tersesat? Mau apa kau, Nak? Pulang sana, ini urusan pria dewasa!" kata si preman dengan nada meremehkan.

Ariel memiringkan kepalanya sedikit, rambut hitam keunguan miliknya bergerak lembut. "Urusan pria dewasa, ya? Menindas orang tua yang membawa barang sewaan? Hmm, sepertinya aku tidak melihat ada 'dewasa' di sini, hanya sekelompok pengecut yang butuh pelajaran sopan santun."

Wajah para preman memerah. "Jaga bicaramu, gadis kecil! Kau cari masalah dengan kami?"

Ariel menghela napas dramatis. "Aduh, padahal aku sudah janji pada Nuita untuk tidak terlalu banyak membuat kekacauan hari ini. Tapi sepertinya janji itu harus ditunda sebentar." Ia mengeluarkan kedua pisau lemparnya, memutarnya di antara jari-jari dengan gesit. "Begini saja: Aku sedang lapar dan harus segera sampai Aethelgard untuk membeli berry manis. Jika kalian menyingkir, aku akan mengampuni wajah tampan kalian. Bagaimana?"

Preman yang paling besar maju selangkah. "Jangan banyak omong!"

Pertarungan pun dimulai.

Ariel bergerak lincah, lebih cepat dari yang dibayangkan para preman itu. Ia bukan hanya petarung yang andal; ia adalah badai energi yang tak terduga. Saat si preman besar mengayunkan tinjunya, Ariel merunduk dengan mudah, lalu meluncurkan tendangan kuat ke lutut si pria, yang langsung membuatnya berteriak kesakitan dan bertekuk lutut.

"Satu," hitung Ariel santai.

Dua preman lainnya menyerang dari samping. Ariel melompat mundur, menghindari pukulan, lalu melempar kedua pisaunya ke arah bahu mereka—bukan untuk melukai secara fatal, tapi cukup untuk menancap dan menyengat.

"Dua dan Tiga. Selesai!" seru Ariel, tersenyum lebar seperti anak kecil yang baru saja memenangkan permainan.

Ketiga preman itu terkapar, merintih kesakitan, terkejut karena seorang gadis mungil mampu mengalahkan mereka dengan sangat cepat dan mudah. Pria paruh baya itu keluar dari balik gerobak, matanya penuh kekaguman.

"Nona... Nona, Anda..."

Ariel memasukkan kembali pisaunya ke sarung. "Sudah kubilang, aku sedang terburu-buru. Oh ya, kalau boleh tahu, barang apa yang Anda bawa? Bukan artefak terkutuk, 'kan? Jujur saja, aku agak bosan dengan artefak yang berisik."

Pria itu tersenyum lega. "Oh, bukan, Nona. Ini hanya persediaan gandum untuk perbekalan para pengawal kota. Terima kasih banyak! Anda sudah menyelamatkan saya dan barang ini. Tubuh Anda yang ramping... saya sempat meremehkan, tapi Anda sangat luar biasa!"

Ariel tertawa renyah, senangnya dipuji. "Tidak masalah! Aku Ariel, dan membantu orang yang kesusahan adalah hobiku! Anggap saja ini sebagai 'ongkos' untuk petualanganku hari ini." Ia mengedikkan bahu. "Ngomong-ngomong, Anda bisa bayangkan kalau Camellia ada di sini? Kami pasti akan membuat keributan yang lebih besar!"

Pria itu bingung. "Camellia?"

"Ah, tidak penting! Intinya, jaga diri Anda baik-baik, Pak Tua!" Ariel menepuk gerobak itu dengan ringan. "Saya harus pergi. Jaga-jaga, biar aku temani Anda sampai gerbang kota. Aku memang seorang pengangguran, tapi jasa pengawalanku cukup oke, lho!"

Dengan langkah riang, Ariel melanjutkan perjalanannya, kini di samping gerobak gandum. Ia berceloteh tanpa henti tentang betapa ia merindukan rasa berry Aethelgard dan bagaimana ia berharap menemukan setidaknya satu kristal sihir aneh di perjalanan pulang nanti. Rambutnya yang aneh berkilauan saat ia tertawa, tanpa ia sadari bahwa energi magis di balik warna itu telah memurnikan udara padang rumput dari sisa-sisa niat jahat yang ditinggalkan oleh para preman.

Ia adalah Ariel, seorang petualang hiperaktif dengan selera makan makanan manis yang tak tertandingi, siap untuk kekacauan berikutnya. Dan Aethelgard, dengan semua berry manisnya, menunggu kedatangannya.

Setelah mengantar gerobak gandum dengan selamat, Ariel tiba di Aethelgard. Kota itu dipenuhi rumah-rumah kayu dengan atap jerami, dan aroma manis berry matang langsung menyambutnya. Tugas pertamanya? Mencari toko kue!

Ia menemukan sebuah kedai kecil yang ramai, memajang pai dan tart setinggi menara. Mata Ariel langsung berbinar, memancarkan kegembiraan murni yang khas.

"Ini dia surga!" serunya pelan.

Ia masuk ke dalam, langsung menuju meja kasir tempat seorang wanita paruh baya dengan celemek berlumuran gula sedang melayani.

"Selamat sore!" sapa Ariel dengan suara yang ceria dan energik, membuat beberapa pelanggan menoleh. "Saya datang jauh-jauh dari Suzaku hanya untuk ini! Berapa harga semua pai berry yang ada di etalase ini?"

Wanita itu tersenyum geli melihat semangat Ariel. "Astaga, Nona muda, apakah Anda berencana mengadakan pesta?"

Ariel meletakkan tangannya di pinggul. "Pesta? Tentu saja! Pesta untuk diri sendiri!" Ia mengeluarkan sekantung koin emas yang tampak berat dari tasnya. "Saya seorang pengangguran, jadi saya harus menghargai momen langka seperti ini! Saya akan ambil dua loyang besar pai berry merah, satu tart berry hitam, dan satu scone berry madu!"

"Wah, selera makan Anda luar biasa!" puji wanita itu sambil mulai menghitung pesanan.

"Sudah tradisi, Nyonya!" jawab Ariel sambil menyeringai. "Saya harus mengisi perut sebelum berburu artefak aneh dan barang berharga di pasar. Lagipula, saya tidak ingin Nuita dan Evelia khawatir kalau saya kelaparan saat di luar kota." Ia memamerkan sekilas kekuatan sihir uniknya tanpa menyadarinya—rambutnya berkilauan samar saat ia berbicara tentang sihir, memberikan sentuhan aura keanehan pada dirinya.

Setelah membayar dan menerima tumpukan pai yang mengejutkan, Ariel beranjak ke alun-alun utama, di mana pasar mingguan sedang berlangsung. Sambil berjalan, ia menyantap sepotong scone dengan kecepatan luar biasa.

Saat melewati sebuah kedai senjata, ia melihat kerumunan kecil di depan etalase yang berisi pedang kuno berkarat. Telinganya yang tajam menangkap pembicaraan.

"Tidak mungkin! Pedang itu dikutuk! Penjaga Toko pasti gila menjualnya dengan harga murah," kata seseorang dari kerumunan.

Mata Ariel langsung berbinar. "Terkutuk? Oh, ini menarik!"

Ia menyelinap ke tengah kerumunan, membawa sekantong besar pai di tangan kirinya. Ia melihat seorang pria muda yang tampak cemas sedang mencoba menawar pedang itu, sementara penjaga toko menggeleng.

"Maaf, Nak," kata Penjaga Toko. "Pedang ini memang memiliki reputasi buruk. Bahkan, energinya terasa sangat gelap. Kau yakin ingin membelinya? Kelihatannya kau sangat kurus dan rentan."

Pria muda itu tampak tersinggung. "Saya hanya butuh senjata murah, Tuan! Saya seorang petualang, jangan remehkan saya!"

Ariel menyela sambil mengunyah scone terakhirnya. "Betul sekali! Jangan pernah meremehkan seseorang dari penampilannya! Contohnya aku! Tubuhku yang ramping ini sanggup menghabiskan semua pai ini sekaligus!" Ia mengangkat kantong pai, lalu menunjuk pedang itu. "Permisi, Tuan Penjaga Toko. Pedang itu, boleh saya lihat?"

Penjaga Toko ragu-ragu, tapi Ariel sudah mengulurkan tangan.

Saat Ariel menyentuh bilah pedang yang gelap itu, sesuatu yang ajaib terjadi. Rambut keunguannya memancarkan cahaya yang sangat samar, nyaris tak terlihat. Energi kegelapan yang dirasakan semua orang di sana seolah tersedot dan lenyap, dinetralkan oleh sihir alami di rambutnya, tanpa Ariel menyadarinya sedikit pun.

Ariel mengangkat pedang itu, mengayunkannya ringan. "Wah, rasanya jadi enteng sekali! Ternyata hanya karat yang parah. Kurasa kutukannya sudah hilang. Mungkin karena saya punya aura keberuntungan yang luar biasa, ya?" Ia tertawa riang, padahal ia baru saja membersihkan kutukan kuno.

Pria muda itu ternganga. Penjaga Toko menggosok matanya. "Astaga! Energinya... hilang! Pedang itu terasa biasa saja sekarang!"

"Nah!" seru Ariel, mengembalikan pedang itu. "Pedang bagus, Tuan Penjaga Toko. Harganya pasti bisa naik lagi, sekarang sudah tidak terkutuk. Oh, dan kau!" Ia menunjuk Pria Muda itu. "Kalau mau jadi petualang, jangan hanya mengandalkan senjata murah. Lebih baik kumpulkan uang dulu untuk beli baju zirah yang keren. Aku sudah biasa jadi pengawal, jadi aku tahu betapa pentingnya penampilan di mata musuh!"

"Anda... siapa Anda?" tanya pria muda itu dengan takjub.

"Aku Ariel dari Suzaku! Seorang petualang, pengangguran, gourmand pai, dan pembawa artefak aneh," ia memperkenalkan diri dengan penuh kebanggaan. "Aku harus pergi, Tuan-tuan! Aku harus mencari oleh-oleh yang lebih unik dari pedang bekas. Mungkin ada artefak yang bisa membuat Camellia kaget saat aku pulang nanti!"

Ariel melambaikan tangan, meninggalkan kerumunan yang masih tercengang. Ia melanjutkan penjelajahannya di pasar, hatinya senang karena telah melakukan kehebohan kecil dan mendapatkan satu kotak penuh makanan manis. Petualangan yang menyenangkan dan tentu saja, manis.

Perjalanan pulang dari Aethelgard terasa lebih ringan bagi Ariel, meskipun tas ranselnya kini terisi penuh. Di dalamnya, ada sisa-sisa pai berry (ia hanya berhasil menghabiskan setengah dari pesanannya—sebuah rekor menahan diri!), beberapa koin perak dari pekerjaan pengawal dadakan, dan artefak 'oleh-oleh' terbarunya: sebuah cermin tangan kuno yang konon akan menunjukkan masa depan orang yang melihatnya. Namun, sejauh ini, cermin itu hanya menunjukkan pantulan wajah Ariel yang sedang makan pai.

"Yah, setidaknya masa depanku adalah makan berry manis. Tidak buruk!" gumam Ariel sambil berjalan melintasi hutan pinus yang tenang.

Ia tiba di sebuah perkemahan kecil di tepi sungai, di mana api unggun telah dinyalakan. Seorang pria tua dengan jubah penjelajah tampak sedang kesulitan menyusun kayu bakar yang basah.

Ariel tersenyum. Kesempatan lagi untuk berbuat onar—maksudku, berbuat baik!

Ia menghampiri pria tua itu dengan langkah riang.

"Permisi, Tuan Penjelajah!" sapa Ariel dengan suara keras. "Sepertinya Anda butuh bantuan! Saya Ariel, seorang petualang profesional freelancer! Saya pandai mencari kayu bakar kering, meskipun saya lebih jago makan makanan manis."

Pria tua itu mendongak, matanya sedikit terkejut melihat energi tak terbatas dari gadis muda itu. "Oh, Nona muda. Terima kasih. Kayu-kayu ini basah sekali, dan saya tidak punya banyak stamina lagi."

"Tidak masalah!" Ariel meletakkan tasnya. "Anda tahu, banyak pria meremehkan saya karena tubuh saya yang ramping ini, tapi kalau soal stamina dan kemampuan, jangan harap bisa menandingi saya! Saya bahkan pernah berkelahi dengan tiga preman besar di padang rumput dan mengalahkan mereka tanpa mengganggu waktu makan malam saya!"

Pria itu tersenyum kecil. "Sepertinya Anda punya banyak cerita, Nona."

"Tentu saja!" seru Ariel. "Saya adalah Ariel dari Suzaku! Saya pengangguran, tapi saya bersahabat erat dengan Nuita dan Evelia, dua wanita paling penting di benua. Jadi, saya selalu tahu berita terkini sambil berkelana mencari artefak aneh! Coba lihat ini!"

Ariel mengeluarkan cermin tangannya. "Ini artefak baru saya! Konon katanya menunjukkan masa depan! Anda mau coba? Tapi hati-hati, kalau hanya menunjukkan pantulan diri Anda yang makan, jangan salahkan saya!"

Pria tua itu tertawa. "Anda sangat menghibur. Saya senang bertemu dengan Anda, Nona Ariel. Saya hanya seorang peneliti tua yang sedang mencoba kembali ke kota sebelah."

Ariel mengangguk. "Kalau begitu, izinkan saya menjadi pengawal Anda sampai besok pagi! Tidak ada biaya, anggap saja ini adalah 'oleh-oleh' kebaikan untuk perjalanan pulang saya. Saya punya bakat alami untuk bergaul dengan orang-orang baru di mana pun saya berada, jadi jangan sungkan!"

Selama beberapa jam berikutnya, sambil menikmati scone terakhirnya yang super manis, Ariel tidak henti-hentinya bercerita. Ia menceritakan bagaimana ia secara tidak sengaja menetralkan kutukan pada sebuah pedang, bagaimana ia merindukan ledakan energi positif saat bertemu dengan Camellia, dan bagaimana ia berharap menemukan artefak yang lebih aneh lagi di perjalanan berikutnya—mungkin kalung yang bisa membuatnya terbang.

Saat malam menjelang dan mereka berdua duduk di samping api unggun yang hangat, pria tua itu bertanya.

"Mengapa Anda tidak bekerja di Suzaku, Nona? Dengan bakat dan koneksi Anda, Anda pasti bisa mendapat jabatan penting."

Ariel mendengus lucu. "Pekerjaan? Terikat pada meja? Tidak, terima kasih! Saya ini hiperaktif, Tuan. Saya harus bergerak, harus mencari tahu apa yang ada di balik bukit berikutnya. Lagipula, siapa yang akan membawa artefak aneh dan terkutuk kepada teman-teman saya jika bukan saya? Dan siapa yang akan memastikan semua orang bisa mendapatkan berry manis terbaik?"

Ia menatap api unggun, matanya bersinar. Rambutnya, yang membawa kekuatan sihir besar penangkal kegelapan, tampak anggun dalam cahaya api.

"Saya Ariel, petualang yang paling muda dan paling banyak bicara di antara sahabat-sahabat saya. Hidup saya adalah tentang kehebohan dan petualangan. Dan sekarang, saya harus kembali ke Suzaku, membawa semua cerita ini untuk didengarkan oleh Nuita dan Evelia. Mereka pasti akan mengomel sedikit, tapi saya tahu mereka akan merindukan oleh-oleh unik saya!"

Keesokan paginya, setelah memastikan perbekalan pria tua itu aman, Ariel pamit dengan lambaian tangan riang. Ia melanjutkan perjalanannya, membawa pulang tawa, cerita, dan cermin tangan yang hanya menunjukkan masa depannya yang manis.

...

...

Suzaku menunggu, dan Ariel, si pembuat onar energik, akan segera kembali dengan sejuta kejutan.

1
Fairuz
semangat kak jngan lupa mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!