Rendra Adyatama hanya memiliki dua hal: rumah tua yang hampir roboh peninggalan orang tuanya, dan status murid beasiswa di SMA Bhakti Kencana—sekolah elite yang dipenuhi anak pejabat dan konglomerat yang selalu merendahkannya. Dikelilingi kemewahan yang bukan miliknya, Rendra hanya mengandalkan kecerdasan, ketegasan, dan fisik atletisnya untuk bertahan, sambil bekerja sambilan menjaga warnet.
Hingga suatu malam, takdir—atau lebih tepatnya, sebuah Sistem—memberikan kunci untuk mendobrak dinding kemiskinannya. Mata Rendra kini mampu melihat masa depan 24 jam ke depan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilo Ginting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17. Umpan Balik dari Elena dan Pembelian Kekuatan
Peringatan yang Rendra kirimkan kepada Elena Paramita—tentang pertemuan rahasia ayahnya—adalah langkah yang berani, bahkan ceroboh, jika dilihat dari sudut pandang Wirawan. Itu adalah langkah di luar kendali mafia. Namun, Rendra tahu, untuk mengalahkan predator, ia harus memahami mangsanya, dan dalam kasus ini, Elena adalah mangsa sekaligus predator yang terikat.
Keesokan paginya, inbox Rendra bergetar. Sebuah email dari Elena.
Subjek: Re: Validasi Lahan X Isi: Analisis angkamu sempurna. Terima kasih.
Di bawah baris resmi itu, ada satu baris terpisah yang tidak profesional:
Peringatan tentang pertemuan Ayahku... bagaimana kau tahu? Aku harap ini bukan cara murahanmu untuk mencari perhatian. Jangan pernah menyentuh urusan pribadiku lagi. Fokus pada angka. Jangan paksa aku melaporkan perbuatan mu ini pada Tuan Wirawan.
Respons Elena dingin, tetapi ada celah. Dia tidak membantah pertemuan itu, dan ancamannya menunjukkan bahwa dia khawatir Rendra tahu. Rendra berhasil. Dia telah menanamkan benih kecurigaan dan rasa takut pada Elena, menciptakan keterikatan psikologis di luar kendali Wirawan. Elena sekarang tahu, Rendra bisa melihat lebih dari sekadar angka.
Dengan uang tunai Rp500.000.000 dari Wirawan dan modal investasi Rp155.250.000, Rendra memiliki lebih dari Rp650.000.000. Jumlah ini sangat besar, tetapi berbahaya untuk disimpan di bank biasa atau di bawah lantai rumah reotnya.
Rendra harus membeli aset yang akan memberinya keamanan dan leverage tanpa menarik perhatian Tuan Wirawan. Ia tidak bisa membeli rumah mewah.
Rendra menggunakan Visi nya untuk mencari peluang properti yang tidak mencolok: sebuah ruko kecil di kawasan komersial yang ramai dengan lalu lintas, yang bisa ia gunakan sebagai tempat tinggal dan kantor analisis saham rahasia.
Dalam Visinya, ia melihat ruko bekas di kawasan Jakarta Timur, yang dimiliki oleh pasangan paruh baya yang terdesak kebutuhan uang. Ruko itu dijual jauh di bawah harga pasar karena dijual mendadak.
Rendra bertindak cepat. Ia menggunakan perantara terpercaya yang ia temukan melalui koneksi online (dengan verifikasi Visi nya untuk memastikan perantara itu tidak akan mengkhianatinya). Ia melakukan transaksi tunai yang cepat dan rapi.
Rendra membeli ruko itu seharga Rp400.000.000. Ia merenovasi bagian dalamnya, menjadikannya sebuah bunker modern: lantai atas sebagai kantor dan kamar tidur yang dilengkapi insulasi suara dan alat keamanan mutakhir, lantai bawah sebagai toko vape kecil yang ia operasikan hanya untuk alibi dan menyembunyikan server analisisnya.
Ini adalah pembelian kekuatan. Rendra kini memiliki kantor pusatnya sendiri, jauh dari pengawasan lingkungan kumuh dan rumah orang tuanya. Ia memindahkan semua peralatan analisisnya, laptop barunya, dan semua uangnya.
Rendra tahu, kunci untuk melawan Wirawan adalah melalui Elena. Ia harus mengonfirmasi keterikatan emosional Elena pada ayahnya (Ayah Clara) yang tercantum dalam file W Network.
Ia memfokuskan Visi nya pada kantor Ayah Clara (seorang politisi).
Deg!
Rendra melihat Ayah Clara terlihat panik, memegang dokumen perizinan proyek yang dibekukan. Ayah Clara menerima telepon, raut wajahnya berubah putus asa. Kemudian, Rendra melihat Ayah Clara menghubungi Elena, memohon bantuan. Di Visi itu, Rendra melihat Elena, meskipun sedang rapat penting, langsung meninggalkan kantornya dengan wajah pucat setelah menerima telepon itu.
Target. Keterikatan emosional Elena pada Ayahnya sangat kuat.
Rendra menyusun rencana. Ia tidak akan melawan Elena dengan ancaman. Ia akan melawannya dengan solusi.
Rendra kembali ke file perizinan lahan rahasia yang pernah Elena kirimkan. Ia menemukan satu celah kecil yang tidak terlihat oleh mata biasa: meskipun skema holding company Wirawan sempurna secara legal, ada satu masalah birokrasi kecil di badan perizinan kota yang bisa menghambat proyek itu selama berbulan-bulan. Elena tidak melihatnya karena ia fokus pada dokumen utama.
Rendra mengirim email resmi kepada Elena, menyamar sebagai asisten analitik bayangan.
Subjek: Urgent: Celah Perizinan Proyek Lahan X Isi: Nona Paramita, saya melihat kejanggalan minor pada Lampiran D, bagian 3. Badan XX memiliki prosedur baru yang akan menahan dokumen ini selama 60 hari. Solusi: Hubungi segera Badan YY untuk mendapatkan dispensasi A3. Ini akan melewati penundaan.
Ini adalah bukti kedua Rendra. Bukti bahwa ia lebih pintar dari Elena, dan dia dapat menyelamatkan Elena dari kegagalan.
Malam itu, Rendra kembali ke rumah lamanya untuk mengambil sisa barang. Saat ia berjalan melewati koridor gelap, ia mendengar langkah kaki cepat di belakangnya.
Rendra berbalik. Itu Pak Bima. Guru sejarah yang memberinya W Network.
Pak Bima tampak pucat dan terburu-buru. "Rendra! Kau harus segera pergi dari sini!"
"Ada apa, Pak?"
"Jaringan W. Mereka tahu kau sedang memata-matai. Bukan dari trading-mu. Ada orang di internal mereka yang curiga kau terlalu tahu tentang Elena," bisik Pak Bima, matanya penuh kekhawatiran. "Aku mendengar rumor. Wirawan sedang menyiapkan orang untuk 'menangani'mu."
"Saya sudah siap, Pak. Saya sudah pindah. Saya sudah punya tempat aman," kata Rendra, menenangkan.
Pak Bima menghela napas lega. "Bagus. Tapi dengar, Rendra. Jangan pernah percaya siapa pun, bahkan Clara. Kecuali satu orang: dirimu sendiri dan data. Aku hanya bisa membantumu dari jauh, tapi kau sendirian dalam perang ini."
Pak Bima menyerahkan Rendra sebuah kunci kecil yang usang. "Ini kunciku. Di sekolah, di bawah meja kerjaku, ada kotak besi. Di dalamnya, ada data backup lengkap tentang semua skema Wirawan dalam 20 tahun terakhir. Jika aku menghilang, kau harus mengambilnya. Itu adalah jaminan hidupmu."
"Terima kasih, Pak Bima," Rendra menerima kunci itu, menyadari pengorbanan gurunya.
Rendra meninggalkan rumah tuanya malam itu, bukan lagi sebagai anak miskin, tetapi sebagai seorang agen yang memiliki ruko bunker senilai Rp400 juta, uang tunai tersisa Rp250 juta, dan kini memegang kunci untuk menghancurkan jaringan mafia.
Peran sebagai murid beasiswa sudah hampir usai. Peran sebagai penantang Tuan Wirawan baru saja dimulai.
Semangat Thor