Dion terpaksa menikahi wanita yang tidak cintainya karena perjodohan yang diatur orang tuanya. Namun kehidupan pernikahannya hancur berantakan dan membuatnya menjadi duda.
Selepas bercerai Dion menemukan wanita yang dicintai dan hendak diajaknya menikah. Namun lagi-lagi dia harus melepaskan wanita yang dicintainya dan menuruti keinginan orang tua menikahi wanita pilihan mereka. Demi menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan, akhirnya Dion bersedia.
Pernikahan keduanya pun tidak bisa berlangsung lama. Sang istri pergi untuk selamanya setelah memberikan putri cantik untuknya.
Enam tahun menduda, Dion bertemu kembali dengan Raras, wanita yang gagal dinikahinya dulu. Ketika hendak merajut kembali jalinan kasih yang terputus, muncul Kirana di antara mereka. Kirana adalah gadis yang diinginkan Mama Dion menjadi istri ketiga anaknya.
Kepada siapa Dion melabuhkan hatinya? Apakah dia akan mengikuti kata hati menikahi Raras atau kembali mengikuti keinginan orang tua dan menikahi Kirana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Getting Closer
“Kamu mau kemana?” tanya Dion dengan suara serak.
“Ini sudah pagi. Sudah waktunya bangun.”
“Diam dulu sebentar. Biarkan aku memeluk mu sebentar lagi.”
Bisa Letisha rasakan eratnya pelukan Dion di punggungnya. Wanita itu hanya bisa pasrah saja dengan keadaannya sekarang. Tak dapat dipungkiri kalau dirinya juga merasa nyaman dengan situasi ini. Wajah Letisha sekarang tepat menghadap pada dada bidang Dion. Sementara punggungnya masih dipeluk erat oleh pria itu.
“Sudah, Mas? Aku mau siapkan sarapan buat kita.”
Perlahan Dion melepaskan pelukannya. Letisha segera beringsut lalu turun dari ranjang. Wanita itu bergegas keluar dari kamar. Dengan langkah tergesa, dia menaiki anak tangga lalu masuk ke dalam kamar. Letisha memegangi dadanya yang berdebar kencang. Apa yang terjadi barusan sukses membuat pertahanannya sedikit goyah.
Letisha masuk ke dalam kamar mandi kemudian berdiri di bawah shower. Wanita itu membiarkan air dingin menimpa kepala dan tubuhnya. Berharap lewat air dingin ini bisa mengusir bayangan Dion dari benaknya. Dia benar-benar tidak mau jatuh cinta pada suaminya. Tidak mau kembali terluka nantinya.
Cukup lama Letisha berada di kamar mandi. Dua puluh menit kemudian dia keluar dari kamar mandi. Dengan cepat dia berpakaian dan berdandan seadanya saja. Dikarenakan Dion masih belum pulih, Letisha memutuskan mengerjakan pekerjaan dari rumah saja. Urusan di kantor diserahkan pada Hilya.
“Pagi Bu,” sapa Sumi ketika Letisha memasuki dapur.
“Pagi Bi Sumi.”
“Wajahnya Ibu segar banget. Tidurnya pasti nyenyak.”
Sontak wajah Letisha langsung memerah mendengar ucapan asisten rumah tangganya. Wanita itu kembali teringat kalau dirinya tidur dalam pelukan Dion semalaman. Harus diakui kalau tidurnya lebih nyenyak semalam.
“Kita buat sarapan apa ya, Bi?” Letisha mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Terserah Ibu mau buat apa. Mungkin tanya dulu Pak Dion.”
Panjang umur, orang yang dibicarakan langsung muncul. Seketika Letisha menjadi gugup. Wanita itu tidak berani melihat pada suaminya. Hal tersebut tertangkap oleh Sumi.
“Bapak mau sarapan apa?”
“Apa saja, ngga usah yang ribet. Sandwich juga boleh kalau ada bahannya.”
“Waduh, saya ngga bisa buat sandwich, Pak. Mungkin Ibu bisa buatkan. Bahannya ada di kulkas.”
Setelah mengatakan itu, Sumi bergegas meninggalkan dapur. Dia menyeret Susi yang hendak ke dapur. Asisten rumah tangga tersebut sengaja ingin memberikan waktu berdua untuk majikannya. Sepeninggal Sumi, Letisha yang merasa gugup, menutupinya dengan membuka kulkas. Wanita itu mengambil bahan-bahan untuk membuat sandwich. Sayuran seperti tomat, daun selada dan timun sudah dicuci bersih. Lalu dia menyiapkan keju slice, mayonnaise, smoke beef dan membuat telor ceplok.
Dion memperhatikan Letisha yang tengah membuat sandwich. Bahan-bahan disusun di atas roti tawar lalu membakar roti di atas pan. Wanita itu terperanjat ketika tiba-tiba Dion memeluknya dari belakang.
“Eh.. Mas.”
“Kenapa? Memangnya aku ngga boleh bermanja sama istri sendiri?”
Dion meletakkan dagunya di bahu Letisha sambil tak melepas pelukannya. Tubuh Letisha seketika menegang. Wanita itu bingung melihat perubahan sikap Dion yang terasa tiba-tiba.
“Kamu kenapa, Mas?”
“Ngga apa-apa. Karena kamu sudah setuju kita menjalani rumah tangga seperti pasangan lain, maka kita akan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan pasangan lain. Kamu ngga keberatan kan?”
“Ngga sih, Mas. Tapi malu kalau dilihat Bi Sumi atau Susi.”
“Biarin aja. Mereka pasti ngerti kok. Asal kamu tahu, apa yang kulakukan ini salah satu impian ku dalam berumah tangga. Istri ku memasakkan makanan untuk ku dan aku menemaninya sambil memeluknya dari belakang.”
Jangan ditanya bagaimana detak jantung Letisha saat ini. Namun wanita itu tetap berusaha bersikap tenang. Akhirnya Dion melepas pelukannya setelah sandwich yang dibuat selesai dipanggang. Dion bantu membawakan sandwich, sementara Letisha mengambil dua gelas lalu mengambil susu UHT dari dalamnya.
“Kamu ngga kerja lagi hari ini?” tanya Dion.
“Ngga, Mas. Mas kan masih sakit.”
“Tapi aku udah baikan, kok. Kalau kamu mau kerja, ngga apa-apa.”
“Aku bisa kerja dari rumah. Oh ya, Mas mau makan apa hari ini?”
“Sop buntut.”
“Oke.”
“ Aku antar ke pasar?”
“Jangan, Mas masih belum sembuh benar. Ingat kata dokter, Mas harus banyak istirahat.”
“Badan ku pegal tiduran terus di kasur.”
“Sekali-kali ngga apa-apa, Mas. Nanti biar Susi aja yang belanja. Selain sop buntut mau apalagi?”
“Perkedel kentang boleh.”
“Noted.”
Sebuah senyuman terbit di wajah Dion. Hari ini dia merasa sangat bahagia, bisa merasakan indahnya hidup berumah tangga. Menyesal rasanya baru melakukan ini bersama Letisha di saat pernikahannya sudah memasuki usia dua bulan. Harusnya sejak awal dia sudah melakukan ini.
***
Setelah dua hari beristirahat di rumah, Dion pun sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Hari ini dia melarang Letisha membawa kendaraan. Pria itu ingin mengantarkan istrinya pergi ke kantor dan menjemputnya saat sore hari. Tidak ada penolakan dari Letisha. Diam-diam wanita itu senang juga dengan perubahan sikap Dion.
Sesampainya di kantor, Dion langsung masuk ke ruang kerjanya. Raras yang juga sudah datang, langsung menyusul masuk ke ruangan Dion. Dua hari tidak bertemu pria itu, tentu saja dia merasa rindu. Baru saja Dion mendaratkan bokongnya di kursi kerja, tiba-tiba Raras sudah berada di sampingnya dan menempelkan punggung tangan ke dahinya.
“Eh..”
Refleks Dion menjauhkan kepalanya, hingga keningnya tidak bersentuhan lagi dengan punggung tangan Raras. Apa yang dilakukan Dion tentu saja membuat Raras bingung. Kening wanita itu nampak berkerut.
“Kenapa?” tanya Raras.
“Kenapa apa?”
“Kenapa kamu menghindar? Aku cuma mau ngecek suhu tubuh kamu.”
“Aku sudah sembuh. Kalau belum sembuh, ngga mungkin aku masuk kerja.”
“Aku kangen kamu. Aku merasa ngga berguna, ngga bisa ngurus kamu saat sakit.”
“Bukan kewajiban mu merawat ku. Aku sudah punya istri kalau kamu lupa. Sudah pasti dia yang lebih berkewajiban mengurus ku.”
“Apa Leti mengurus mu dengan benar?”
“Tentu saja. Dia merawat ku dengan baik.”
Dion kembali mengingat momen selama dua hari terakhir. Demi mengurusnya, Letisha rela bekerja dari rumah. Dia mengurus pekerjaannya disela-sela kesibukannya mengurus suami yang sedang sakit. Perhatian dan ketelatenan Letisha dalam mengurus Dion yang membuat pria itu sembuh dengan cepat. Tanpa sadar Dion menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyuman dan hal tersebut tertangkap oleh Raras.
“Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?”
“Ngga apa-apa. Oh ya, bagaimana dengan jadwal ku? Apa kamu sudah mengatur ulang jadwal meeting?”
“Sudah.”
“Baguslah. Maaf sudah membuat mu repot dua hari belakangan ini.”
“Itu sudah tugas ku. Siang ini, bagaimana kalau kita makan siang bersama?”
Raras mendekati Dion. Wanita itu bermaksud mendudukkan dirinya di pangkuan Dion. Namun dengan cepat Dion memundurkan kursinya. Hampir saja Raras terjatuh kalau dia tidak cepat menahan tangan ke meja.
“Kamu apa-apaan sih? Aku hampir aja jatuh,” sewot Raras.
“Kamu sendiri mau apa tadi?”
“Aku cuma mau duduk di pangkuan mu saja.”
“Ras, apa harus kuingatkan lagi status ku sekarang? Aku adalah pria beristri.”
“Tapi pernikahan kalian hanya pernikahan kontrak.”
“Mau pernikahan kontrak atau bukan, aku sudah menikahi Leti dan sudah menjadi suaminya. Aku tidak mau mengkhianatinya karena aku tahu bagaimana rasanya dikhianati pasangan.”
“Tapi dia tahu soal hubungan kita. Aku yakin dia ngga akan keberatan.”
“Hubungan apa? Hubungan kita sudah berakhir.”
“Dion!”
Mata Raras membelalak, dadanya turun naik, pertanda wanita itu sudah mulai dikuasai emosi. Perkataan Dion barusan karuan membuatnya kesal.
“Lebih baik kembali ke ruangan mu. Ini masih jam kerja, jangan membicarakan masalah pribadi.”
Dion segera menyalakan laptop di depannya. Pria itu kemudian memeriksa berkas yang sudah tertata di dekatnya. Dion langsung tenggelam dengan pekerjaannya, tidak mempedulikan keberadaan Raras lagi. Diabaikan seperti itu membuat Raras dongkol. Wanita itu segera keluar dari ruangan lalu menutup pintu dengan kencang.
Sepeninggal Raras, Dion hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Pria itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Sebenarnya dia tidak tega bersikap seperti tadi Raras, namun pria itu tidak punya pilihan. Bagaimana pun juga dia sudah menjatuhkan pilihan menikahi Letisha. Terlepas ada kesepakatan di antara mereka sebelum menikah, namun nyatanya mereka sekarang sudah menjadi suami istri. Dion pun ingin menjalani pernikahan keduanya ini dengan baik. Apalagi wanita yang dinikahinya adalah perempuan yang baik. Rasanya dia akan menjadi pria brengsek kalau sampai menyakiti perasaan Letisha. Dan yang terpenting pria itu sudah mulai merasa nyaman hidup bersama istrinya.
Dion meraih ponsel yang ada di dekatnya. Dibukanya aplikasi Whatsapp, kemudian mencari nomor Letisha. Jari pria itu bergerak cepat mengetikkan sesuatu di keyboard.
[Makan siang bareng yuk.]
Mata Dion terus memandangi layar ponsel. Menunggu centang abu berubah menjadi biru. Hatinya terlonjak senang ketika centang abu sudah berubah menjadi biru. Nampak di atas layar tertera keterangan kalau Letisha sedang mengetik.
[Oke.]
[Nanti aku jemput ke kantor.]
[Iya, Mas.]
Senyum mengembang di wajah Dion. Pria itu menaruh ponsel ke meja, lalu meraih berkas yang tadi diperiksanya. Setelah berbalas pesan dengan Letisha, dia jadi lebih bersemangat untuk bekerja.
***
Kayanya Dion udah mulai ketiban eceng nih😄
Rina ini tambah hancur hidupmu, penjara pasti menantimu.
Ketika Dion mengirim chat menawarkan makan siang bersama, bukannya membalas chat dari Dion, Letisha menyuruh sopirnya untuk diantar ke kantor Blue Harmony.
Letisha sudah di ruang kerja Dion, sempat membuat Dion terkejut dengan kedatangannya.
Dion bangun dari duduknya menuju Letisha, Letisha langsung memeluk Dion. Kata keramat terucap dari mulut Letisha - "I love you. I love you, Mas."
Sebelum makan siang Letisha membantu membereskan pekerjaan Dion. Selesai dengan pekerjaannya, Dion dan Letisha beradu bibir, ciuman semakin intens.
Raras melihat adegan itu hatinya terpotek wkwkwk.
Tuh ditawarin menikah sama Mr. Liu, kau dibuat berdiri sejajar dengan Leti. Pikirkan itu Raras. Tapi setelah menerima tawaran menikah dengan Mr. Liu jangan pongah - jangan sombong, tetap tak ada apa-apanya kau dibandingkan dengan Letisha 🤭