Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba kalian terbagun di tubuh orang lain. Apa lagi tubuh seorang idola terkenal dan kaya raya.
Itulah yang sedang di rasakan Anya. Namun, ia bangun di tubuh Arka, seorang Leader boyband Rhapsody. Ia mendadak harus bersikap seperti seorang idola, tuntutan kerja yang berbeda.
Ia harus berjuang menghadapi sorotan media, penggemar yang fanatik, dan jadwal yang padat, sembari mencari cara untuk kembali ke tubuhnya sendiri sebelum rahasia ini terbongkar dan hidupnya hancur.
Mampukah Anya bertahan dalam peran yang tak pernah ia impikan, dan akankah ia menemukan jalan pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUJIYAKAR 10
"Anya tidak boleh dipecat. Dia harus menebus kesalahannya dengan menjadi asisten pribadiku," ucap Anya, menirukan perkataan Arka sebelumnya.
Anya berusaha keras agar tetap berada di dekat Arka, sesuai rencana mereka untuk menyelesaikan masalah ini bersama-sama hingga kembali ke tubuh masing-masing.
Shofia tampak tidak setuju. Biasanya, Arka akan langsung memecat Anya tanpa ampun. Perubahan sikap ini membuatnya curiga.
Shofia mendekat, menelisik keanehan pada diri Arka. "Ada apa denganmu? Kenapa kau melakukan ini? Bahkan menjadikannya asisten pribadi?"
"Tidak ada yang spesial," jawab Anya, berusaha meyakinkan. "Aku hanya tidak ingin melepasnya begitu saja. Dengan berada di dekatku, ini akan menjadi hukuman yang lebih berat baginya."
"Memecatnya terlalu mudah. Dia harus merasakan hukuman yang setimpal," lanjutnya dengan nada tegas.
Shofia, yang awalnya kecewa, kini tersenyum puas. Ia mengerti maksud terselubung Arka. Dalam hatinya, Shofia memang menyimpan perasaan untuk Arka.
"Kau dengar itu, Anya? Mulai sekarang, kau adalah asisten pribadi Arka. Jangan membantah atau mengeluh dengan perintah apa pun darinya, mengerti?"
"Iya, aku mengerti," jawab Arka datar.
'Beraninya dia bersikap acuh padaku? Biasanya, Anya akan bersujud memohon ampun,' batin Shofia, menepis pikiran itu.
"Baiklah, jika itu maumu, Arka. Sekarang, kembali berlatih. Lusa kalian tampil di acara besar, persiapkan dirimu baik-baik."
Tatapan Shofia beralih pada Anya. "Kau tunggu sebentar di sini. Ada tugas untukmu."
'Apa? Tugas? Bagaimana bisa Arka mengerjakan tugasku? Aduh ... bagaimana ini? Aku harus membuat alasan apa?'batin Anya panik, mencari cara agar Arka terhindar dari tugas tersebut.
"Anya harus ikut denganku! Ada hal penting yang harus ia lakukan untukku!" sahut Anya, mencoba mengarang alasan.
"Tidak, Arka! Kali ini Anya harus menyelesaikan semua masalah yang ia buat. Jadi, cepat kembali berlatih!" tolak Shofia.
"Ba ... baiklah," jawab Anya pasrah, melangkah meninggalkan ruangan dengan perasaan bersalah.
Baru saja ia keluar dari pintu, tubuhnya ditarik oleh anggota Rhapsody yang lain.
Mereka menyeretnya ke ruang latihan dan mengerumuninya dengan rasa penasaran.
Anya menatap mereka bergantian dengan bingung.
"Bagaimana? Apa kau akan memecat Anya?" tanya Lex langsung.
Jasper menarik-narik lengan bajunya, memohon. "Apa kau tidak kasihan padanya? Dia sudah lama bersama kita, berilah dia kesempatan."
"Sudah-sudah. Jika memang Arka memutuskan untuk memecat Anya, berarti kesalahannya memang fatal," sergah Jakson, mencoba menengahi.
Anya langsung menatap Jakson. Ia masih penasaran mengapa email yang diberikan Jakson berisi jadwal tur Rhapsody.
Anya menggeleng, berusaha menepis pikiran buruknya. Jakson adalah anggota tertua dan selalu baik padanya selama ini.
Tidak mungkin Jakson melakukan hal yang akan merugikan grup mereka.
"Sudah, jangan bahas ini lagi. Sekarang kita fokus latihan. Lusa kita harus tampil, kan?" sela Jakson, mengalihkan perhatian.
Semua mengangguk setuju. Mereka segera mengambil posisi dan memutar lagu baru mereka.
'Apa? Ini lagu baru? Aku belum sempat melihat mereka latihan,' gerutu Anya dalam hati. Ia terlihat kebingungan saat lagu mulai diputar.
Mereka mulai melakukan gerakan koreografi. Namun, Anya selalu salah. Ia bahkan tidak hafal koreografi lagu baru itu.
Anya memang sangat sibuk belakangan ini, hingga tidak pernah sempat menemani mereka latihan.
Baru beberapa kali gerakan, mereka berhenti. Wajah mereka tampak bingung saat melihat ke arah Anya yang sedari tadi kebingungan melalui pantulan cermin.
Jakson mendekat dan memegang pundak Anya. "Ada apa, Arka? Kenapa kau terlihat kebingungan?"
Anya menghindar dari sentuhan Jakson, sedikit menjauhkan tubuhnya. "Maaf, sepertinya aku kurang sehat. Kepalaku masih terasa sakit."
Anya merasa lega karena akhirnya bisa memberikan alasan yang masuk akal. Semua orang segera mendekat, menatap Anya dengan cemas.
"Kau yakin baik-baik saja? Perlu diperiksakan?" tanya Lex khawatir.
Anya segera melambaikan kedua tangan, mengisyaratkan tidak perlu. "Tidak! Tidak perlu. Aku hanya butuh istirahat. Iya, aku hanya butuh istirahat."
"Oke, baiklah. Kalau begitu, kau duduk saja. Biar kami yang latihan," sahut Jakson.
Mereka kembali mengambil posisi dan melakukan gerakan yang cukup energik. Anya diam-diam memperhatikan setiap gerakan mereka.
Ia harus mempelajari setiap gerakan dengan cepat. Ia tidak ingin merusak reputasi Arka. Semakin lama menjadi Arka, semakin berat baginya.
Setiap hari harus menjalani latihan berat. Makanan harus selalu dijaga, tidak bisa bebas makan apa pun yang diinginkan.
Apalagi jika jadwal sedang padat. Malam ini, dirinya juga harus menghadiri undangan dari salah satu brand ambassador iklan.
Belakangan ini, Arka memang bekerja sama dengan beberapa produk sebagai model iklan mereka.
"Ayo, kita pergi," ajak Jakson, membuyarkan lamunan Anya. Anya segera bangkit.
"Kita mau ke mana?" tanya Anya penasaran.
"Kita akan berenang. Setelah latihan, biasanya kita memang berenang agar badan lebih segar," ujar Jasper sambil merangkul pundak Anya.
"Apa? Berenang!" ucap Anya terkejut.