NovelToon NovelToon
SENORITA DEL AMOR

SENORITA DEL AMOR

Status: tamat
Genre:Misteri / CEO / Roman-Angst Mafia / Tamat
Popularitas:27.3k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Series #1

•••Lanjutan dari novel TAWANAN PRIA PSIKOPAT (Season 1 & 2)•••

Universidad Autonoma de Madrid (UAM) menjadi tempat di mana kehidupan Maula seketika berubah drastis. Ia datang ke Spanyol untuk pendidikan namun takdir justru membawa dirinya pada hubungan rumit yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Rayden Salvatore, terus berjuang untuk menjaga gadis kecilnya itu dari semua yang membahayakan. Sayangnya dia selalu kecolongan sehingga Rayden tidak diizinkan oleh ayah Maula untuk mendekati anaknya lagi.

Maula bertahan dengan dirinya, sedangkan Rayden berjuang demi cintanya. Apa keduanya mampu untuk bersatu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 : Perempuan di Garis Depan

...•••Selamat Membaca•••...

Malam itu, Gaza kembali diterpa gelombang serangan udara. Sirene meraung panjang, memecah keheningan yang sekejap saja mereka rasakan sejak tiba di sana.

Maula dan Sofia sedang di klinik lapangan, membantu merawat luka-luka ringan ketika suara bom pertama mengguncang bangunan dengan dahsyat.

“Ke ruang bawah tanah! Cepat!” teriak salah seorang staf lokal.

Mereka berlari terbirit-birit menuruni tangga sempit menuju bunker yang hanya muat sekitar sepuluh orang. Debu beterbangan, suara kaca pecah dan jeritan bercampur menjadi satu.

Namun ledakan kedua datang lebih dekat.

Guncangan keras membuat dinding bunker retak, dan Maula terjatuh, kepalanya terbentur dan berdarah. Sofia yang berusaha membantunya terpental ke sisi lain ruang bawah tanah.

Dalam kepanikan, Maula mendengar Sofia menangis tersedu-sedu. Dia meraih tangan Sofia, menggenggam erat.

“Maula... aku takut,” suaranya bergetar. Maula tahu kalau Sofia sedang teringat kejadian memilukan di masa lalu.

“Aku di sini, Sofia. Kita akan melewati ini bersama,” jawabnya, mencoba menenangkan diri sendiri.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti sejam, serangan berhenti. Mereka keluar dengan badan yang penuh luka dan debu. Klinik rusak parah, beberapa rekan relawan terluka bahkan ada yang hilang.

Malam itu, di antara reruntuhan, Maula dan Sofia duduk berdampingan, saling menopang luka—fisik dan batin.

Di Gaza, bahkan udara terasa seperti peluru yang tak terlihat. Tidak hanya berjuang untuk menyembuhkan tubuh orang lain, tapi juga untuk menyelamatkan sisa-sisa kemanusiaan yang tersisa dalam diri sendiri.

Setelah serangan terakhir, suasana Gaza berubah menjadi medan pertempuran yang tak terlihat namun nyata. Maula tidak hanya bertugas sebagai relawan medis, tapi juga menyaksikan dan ikut berjuang bersama para wanita Palestina yang tak kenal takut.

Di sebuah rumah sederhana yang dijadikan markas sementara, Maula bertemu dengan Fatima, seorang ibu muda yang kehilangan suaminya saat serangan pertama.

“Zionis tidak hanya merampas tanah kami, mereka juga ingin merenggut kehormatan kami,” kata Fatima dengan mata penuh bara.

Di tengah reruntuhan, para wanita mengorganisir diri. Mereka mengatur jaringan komunikasi, mengumpulkan bantuan, dan yang terpenting—membangun benteng pertahanan psikologis.

“Harga diri kami adalah senjata paling ampuh,” ujar Amina, perempuan tua yang terkenal sebagai penyair dan pejuang budaya. “Kami tidak akan membiarkan mereka menghancurkan identitas kami, mulai dari tubuh kami.”

Maula belajar banyak dari mereka—bahwa perjuangan bukan hanya soal senjata, tapi tentang mempertahankan jati diri dalam situasi yang merendahkan.

...***...

Suatu malam, saat patroli kecil, Maula bersama beberapa wanita menghadapi sekelompok tentara yang mencoba memasuki wilayah mereka tanpa izin. Dengan suara lantang dan keberanian yang membara, Fatima menolak menyerah pada intimidasi.

“Kami berdiri di sini bukan untuk bersembunyi, tapi untuk melindungi hak kami sebagai manusia,” katanya tegas.

Para wanita lain mengangkat tangan, membentuk barisan tanpa senjata, namun penuh kekuatan.

Maula merasakan getaran dalam dirinya. Ini bukan sekadar perjuangan fisik, tapi jiwa yang tak bisa dipatahkan.

“Perempuan Palestina mengajarkan aku arti sebenarnya dari keberanian, bukan melawan dengan pedang, tapi melawan dengan hati yang tak pernah menyerah.”

Karena para tentara mulai main fisik, Maula mengambil busur panah yang telah disediakan oleh Fatima. Ada puluhan anak panah dan dia berdiri di tempat yang tinggi, membidik satu per satu ke arah tentara.

Tembakan terus mengarah pada Maula, dia tidak peduli. Maula mengambil dua anak panah sekaligus lalu membidik ke mereka, bertubi-tubi sehingga tempat itu menjadi hujan anak panah.

Sofia begitu kagum dengan keberanian temannya. Perempuan yang menjadi perisai tanpa senjata itu sangat puas melihat mayat tentara tergeletak di tanah.

Maula turun dan bergabung, dia mencabut anak panah itu dan menghancurkan mata semua tentara tersebut, tentara yang masih bernapas tentunya.

“Rasakan itu, cuih.” Maula meludahi mereka semua. Sorakan kemenangan melaung di udara. Lagi-lagi mata tajam nan indah kembali menyaksikan keberanian Maula. Senyumnya mengambang dengan sempurna.

“Senorita Del Amor.” Kalimat itu lirih keluar dari bibirnya. (Nona Cinta)

Ya, Maula membawa ribuan cinta dalam dirinya lalu dia bagikan kepada yang butuh itu.

...***...

Malam itu, langit Gaza memerah oleh sorot lampu-lampu kendaraan militer dan kilatan tembakan yang terus mengoyak udara. Maula berdiri bersama Fatima, Amina, dan puluhan perempuan lain di sebuah gang sempit yang menjadi garis pertahanan terakhir sebelum rumah-rumah mereka dikuasai.

Suara langkah tentara zionis menggema, disertai suara perintah berbahasa Ibrani yang asing bagi mereka.

“Jangan mundur!” teriak Fatima, menggenggam batu di tangannya. Di sampingnya, Maula berdiri dengan busur panah di tangannya.

Para wanita memblokade jalan dengan kursi, pot bunga, dan barang apa pun yang bisa dijadikan penghalang. Beberapa melempar batu, yang lain memukul dengan kayu.

Tembakan gas air mata dilemparkan dari depan. Batuk dan air mata menyergap para zionis, tapi tidak ada satu pun yang mundur.

Di antara ledakan dan asap, Maula mendengar suara Fatima berteriak, “Kalian tidak akan menodai tanah ini dengan darah kami! Kami adalah penjaga kehormatan Palestina!”

Salah satu tentara mencoba maju, tapi terkena lemparan batu keras hingga tersungkur.

Maula berlari membantu seorang wanita yang terpeleset. Di saat itu, ia merasakan sebuah peluru melesat sangat dekat di telinganya.

Detik itu, ia tahu bahwa ini bukan sekadar perang fisik, tapi perang untuk mempertahankan martabat dan harapan.

Wanita itu tertembak, peluru itu melewati rambutnya. Maula yang tak kuat melihat itu, mulai memainkan busurnya. Menaiki lokasi tertinggi lalu membidik para tentara itu. Dua anak panah dia ambil dan posisikan dengan tepat. Pria yang selalu mengawasi dia selama di Palestina muncul di sampingnya, membawa satu busur yang jauh lebih kuat dan anak panah yang banyak.

“Siap?” Maula mengangguk, mereka berdua membidik para tentara bersenjata lalu menembakkan anak panah, hujan anak panah kembali terjadi dan kali ini jauh lebih banyak.

Dua pemanah terbaik ini berhasil melumpuhkan pasukan lawan.

Ketika pasukan mundur setelah beberapa jam, udara dipenuhi bau asap dan debu. Tapi di wajah para pejuang perempuan itu, terpancar kemenangan—meski luka dan lelah menyelimuti tubuh mereka.

Maula memeluk Fatima, berkata, “Kita mungkin kalah dalam jumlah, tapi tidak dalam semangat.”

Fatima tersenyum lelah, “Perjuangan ini untuk anak-anak kita. Untuk setiap wanita yang dipaksa diam.”

Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang dan debu, Maula sadar satu hal yaitu keberanian itu menular, dan cinta pada tanah serta harga diri adalah senjata terkuat.

Maula mengedarkan pandangan, mencari pria yang membantunya tadi.

“Ke mana dia?” gumam Maula.

Pria itu sudah pergi ketika Maula berlari ke rombongan para perempuan. Di kejauhan, dia kembali tersenyum, penuh rasa bangga melihat gadis itu.

“Senorita, datang dengan jiwa pembunuh pada tempat yang tepat.” Dia pergi menjauh, seakan mengawasi Maula dari kejauhan.

...•••Bersambung•••...

1
Radella
good
Syaqilla
awesome
Naxed2448
👍
Dewi Dejiya
awesome
Dinda Kirana
Awesome
Khadijah Jaelani
amazing
Iguana Scrub
luar biasa
adi_nata
motor itu kenapa tiba tiba ada ? sudah ada di rumah itu sebelumnya atau diantar seseorang ?
adi_nata: ya .. mungkin memang imajinasiku yang terbatas jadi terkadang agak bingung menangkap alur cerita. cuma bisa fokus pada satu titik keterangan.
🌺Shella BTS🌺: Oh ya beda pandangan ya, tapi kalo dri segi alur sih, mereka kan beberes di rumah dulu dan Rayden sempat bilang kalo rumahnya deket. Jadi ke supermarket ya pake kendaraan Rayden, deket lah bolak balik ke rumah dia 😁
total 6 replies
Khaira Delisya
ada lanjutannya gak Thor🥹🥹
Vebi Gusriyeni: Ada kakak, judulnya SENORITA PERDIDA
total 1 replies
adi_nata
lha dianya sendiri juga biadab.
Vebi Gusriyeni: Namanya juga psikopat
total 1 replies
adi_nata
seorang gadis belia bisa melalukan tindakan brutal semacam ini. luka seperti apa yang mendorongnya ?
adi_nata: oke siap author Vebi
Vebi Gusriyeni: Hehe aman, ntar baca aja dari awal biar gak bingung ya ☺ btw nanti kalo ada salah alur atau kekeliruan di tengah cerita bisa kasih respon dan saran, ntar aku perbaiki. Makasih udah kasih dukungannya ☺☺
total 4 replies
Yuyun Asrifani
Suka🥰
Bunda Rian Putra
terbaik
Ukhty Hawa
Baca dari season 1 sampai ke series ini benar2 menghayati, terbawa suasana hingga susah move on dari tokohnya 👍
Cherry Clode
good
Miami Zena
Awesome
Sader Krena
Amazing
Inay Inayah
keren
Flo Teris
awesome
Alya Nurhidayat
Best
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!