Lucinda de Vries mengira acara wisudanya akan menjadi hari kebahagiaannya sebagai sarjana kedokteran akan tetapi semua berakhir bencana karena dia harus menggantikan kakak kandungnya sendiri yang melarikan diri dari acara pernikahannya.
Dan Lucinda harus mau menggantikan posisi kakak perempuannya itu sebagai pengantin pengganti.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Lucinda de Vries nantinya, bahagiakah dia ataukah dia harus menderita ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 KEVIN ROBOH LAGI
Pukulan Lucinda sontak mengejutkan Kevin Jansen, dengan kondisinya yang masih lemah sehabis siuman dari tidur panjangnya.
Kejutan itu membuat syok Kevin Jansen sehingga dia terjatuh lunglai dan tergeletak di lantai.
Melihat hal itu lantas Lucinda tertegun, dipandanginya tubuh Kevin yang terbaring diam.
"Ehk ?!"
Gumam Lucinda tercengang, giliran dirinya yang ketakutan saat dia melihat Kevin terbaring diam kembali.
"Ke-Kevin... !!!''
Panggilnya lalu menghampiri Kevin yang ada di lantai ruangan rahasia ini.
"Kevin !!!"
Panggil Lucinda sembari mengguncangkan badan Kevin yang terdiam.
"Kevin ! Bangun, Kevin ! Jangan bercanda padaku, Kevin !"
Teriak Lucinda kebingungan dan nyaris membeku kaku.
Digoyang-goyangkannya sekali lagi badan Kevin Jansen yang roboh tak bergerak lagi sehingga Lucinda langsung panik.
Wajahnya pias karena ketakukan saat dia melihat kondisi Kevin kembali tak sadarkan diri.
"Kevin... Bangun, Kevin.... !"
Panggil Lucinda dengan nada suara cemas.
Namun, Kevin tetap terdiam tanpa bereaksi sedikitpun dengan panggilan Lucinda padanya.
"Kevin... !"
Lucinda menengok wajah Kevin yang terpejam diam, diperiksanya kedua mata milik Kevin tanpa banyak kata lagi, dia langsung menarik tubuh Kevin supaya terbangun.
Ditariknya kedua tangan Kevin agar dia bisa berdiri kemudian Lucinda memapah tubuh Kevin yang lemas.
Dengan susah payah, Lucinda berusaha menopang badan Kevin yang berat sehingga langkah kaki mereka terseret lamban.
Lucinda membawa kembali Kevin masuk ke kamar pribadinya, dia akan membaringkan Kevin di tempat tidurnya.
"Kevin... !"
Panggil Lucinda saat Kevin telah berhasil dibaringkan ke atas tempat tidurnya.
"Secepatnya aku menangani kondisi Kevin sebelum orang-orang disini tahu kalau dia telah tersadar kembali..."
Kata Lucinda segera menyuntikkan cairan obat ke tubuh Kevin.
Setelah dia selesai memasukkan cairan obat dalam tubuh Kevin untuk menstimulasi peningkatan imun tubuh Kevin agar lebih meningkat lagi, Lucinda bergegas keluar dari area tempat pembaringan yang tertutup tirai itu.
Belum langkah kakinya melangkah jauh dari area tersebut.
Dari arah ruangan rahasia terdengar derap langkah kaki memasuki ruangan itu, Lucinda sadar cepat karena dia lupa menutup pintu rahasia kembali.
Cepat-cepat Lucinda berlari ke arah jalan rahasia lalu menutup dinding yang menjadi pintu keluar-masuk dari ruang rahasia.
"Drrrt... ! Drrrt... ! Drrrt... !"
Perlahan-lahan dinding di ruangan kamar Kevin terkunci semula.
Lucinda tergesa-gesa kembali ke kasur kecil dimana dia biasa berbaring disana, direbahkan tubuhnya ke atas kasur.
Dan dari ruangan rahasia, seseorang muncul memasuki ruangan kamar mewah ini.
"Tap... ! Tap... ! Tap... !"
Lucinda memasang telinga, dia tajamkan pendengarannya dan dia juga meningkatkan kewaspadaannya terhadap siapa yang datang ke kamar ini sedangkan kedua matanya terpejam rapat.
"Bagaimana keadaannya hari ini ?"
Suara yang tak asing di telinga Lucinda terdengar jelas namun Lucinda tidak berani menengoknya.
"Panembahan Sugeng telah datang ke kamar ini !"
Pikir Lucinda gelisah, dia sangat was-was jika sewaktu-waktu Kevin tersadar dan Sugeng mengetahuinya.
Kedua tangannya mencengkeram kuat-kuat ujung kain selimut tebalnya.
Terdengar lagi suara yang berasal dari panembahan Sugeng di area tempat pembaringan Kevin.
"Ya, Tuhanku, sampai kapan raden akan terbaring seperti ini, aku sudah bosan mengurusmu, raden..."
Kemudian terdengar suara tawa kecil dari panembahan Sugeng.
"Aku datang hari ini untuk minta cap jari tanganmu karena aku kehabisan uang untuk berbelanja kebutuhan sehari-hariku, raden..."
Lucinda yang tak berani bergerak sama sekali dari kasur kecilnya hanya bisa mengintip kelakuan Sugeng dari arah dia berbaring.
Letak kasur kecil dimana Lucinda terbaring saat ini langsung menghadap lurus ke area tempat pembaringan Kevin sehingga pemandangan yang ada di area Kevin dapat terpantau jelas dari tempat Lucinda.
Bayangan tubuh panembahan Sugeng terpantul jelas dari balik tirai yang tertutup rapat itu, tampak bayangan Sugeng bergerak-gerak di sana.
Entah apa yang sedang dia lakukan sekarang, Lucinda hanya bisa memantaunya dari kejauhan.
"Terimakasih telah memberikan hak kebebasan pada saya untuk mencairkan rekening Bank milik anda, semoga berkat ini mampu mempercepat kesembuhanmu, raden."
Suara Sugeng terdengar jelas dari bilik tirai tertutup.
"Aku berharap suatu hari nanti jika itu memungkinkan bagi raden untuk siuman dan bangun dari koma panjang ini, kita bisa saling tersenyum senang..."
Mendengar ucapan panembahan Sugeng sontak membuat Lucinda geram dibuatnya.
Tanpa tersadar dia terbangun dengan sendirinya dan melangkah menghampiri area pembaringan Kevin.
"SREEEET... !!!"
Tirai tersibak cepat, Lucinda menatap tajam ke dalam area tersebut.
Kemunculannya yang tiba-tiba sontak mengejutkan panembahan Sugeng sehingga dia hampir saja menjatuhkan lembaran kertas di tangannya.
"A-aanda, nyonya... ???"
Ucap Sugeng tersentak kaget sembari terbelalak lebar.
"Apa yang kau lakukan disini ?"
Tanya Lucinda tajam dengan sorot mata dinginnya.
"Sa-saaya, saya sedang memeriksa kondisi raden Kevin seperti kegiatan biasanya..."
Sahut Sugeng belingsatan karena tertangkap basah.
"Oh, yah ?"
Ucap Lucinda sembari melirik ke arah kertas yang digenggam oleh Sugeng.
"Apa itu ? Coba aku lihat !"
Rampas Lucinda sembari menarik lembaran kertas dari genggaman tangan Sugeng.
Lucinda membaca dengan seksama lembaran kertas di tangannya, sorot matanya teralihkan pada Sugeng.
Tampak Sugeng berubah kebingungan saat Lucinda memperhatikan dirinya.
"Apa ini, ada catatan rekening Bank atas nama Kevin Jansen, kau memakai uang suamiku selama ini ?"
Tanya Lucinda dengan ekspresi dingin lalu mendekati Sugeng.
"Ehk, ti-tidak, saya hanya membelanjakan sedikit uang milik raden untuk kebutuhan sehari-hari di rumah ini, nyonya..."
Jawab Sugeng mulai gelisah bercampur ketakutan.
"Untuk membeli satu unit apartemen mewah, dan satu buah mobil lamborghini edisi terbaru ???"
Kata Lucinda sembari menautkan kedua alisnya dan menunjukkan lembaran kertas di tangannya.
"Kau bilang ini kebutuhan sehari-hari di rumah ini ??? Bagaimana kau bisa menyebutkan bahwa ini sekedar pengeluaran harian dan semua barang-barang ini atas nama pribadimu ???"
Lucinda mencerca Sugeng dengan pertanyaan bertubi-tubi.
Tiba-tiba Sugeng tertawa kemudian menatap sinis kepada Lucinda sembari berkata.
"Apa urusanmu ? Hah ?"
Ucap Sugeng dengan kedua mata melotot tajam.
Tampaknya Sugeng mulai dibuat kesal oleh Lucinda yang banyak ingin tahu urusan di rumah ini.
"Memang urusan di rumah ini bukanlah urusanku, tapi aku berhak bertanya padamu karena aku istri dari Kevin Jansen pemilik kekayaan disini..."
Lucinda membalas menatap dingin, datar dan tenang.
Ujung bibirnya terangkat sedikit naik lalu berdecak pelan.
"Bisa-bisanya kau berbuat korupsi di rumah ini bahkan dengan beraninya menipulasi kekayaan milik Kevin untuk kepentingan pribadimu, Sugeng..."
Sambung Lucinda terdengar datar penuh ketenangan.
"Apa pedulimu, kau masih baru di rumah ini tanpa kau tahu apa-apa yang terjadi disini, bisa dibilang kau anak ingusan yang tidak berpengalaman, Lucinda."
Kata Sugeng sembari menatap tajam pada Lucinda.
"Yah, kau benar, aku hanya anak ingusan dan orang baru di rumah ini namun aku tidak akan membiarkan tindak kejahatan ada di rumah ini terutama jika itu mengancam keselamatan Kevin sebagai pemilik kekayaan."
"Hahahahaha... !"
Sugeng tergelak tawa lalu mencibir sinis pada Lucinda.
"Tengik ! Ingat !"
Kata Sugeng memperingatkan sembari menunjukkan jari telunjuknya kepada Lucinda yang ada di hadapannya.
"Kau hanyalah pengantin pengganti bagi Kevin dan statusmu bisa tergantikan kembali jika kakakmu mau kembali pada Kevin sesuai surat wasiat kakekmu maka semua kesombongan pada dirimu akan segera lenyap !"
Ancam Sugeng dengan mata melotot tajam.
Lucinda membuang mukanya lalu tertawa pelan.
"Yah, jika aku mau melepaskan status resmiku sebagai istri Kevin maka kau maupun Chatarina bisa mengubah isi surat wasiat kakek Bekker Ishaq Kuiper dan menetapkan kakakku sebagai istri sah Kevin..."
Ucap Lucinda dengan nada tegasnya seraya menghampiri Sugeng kemudian menatapnya lekat-lekat.