《Terdapat ****** ******》
Harap bijak dalam membaca.....
William dan Nozela merupakan sahabat sejak mereka masih kecil. Karena suatu kejadian tak disengaja membuat keduanya menjalani kisah yang tak semsestinya. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh benih-benih cinta antara keduanya.
William yang memang sudah memiliki kekasih terpaksa dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Akankah dia mempertahakan kekasihnya atau memilih Nozela??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
"Maaf Cla, hari ini nggak bisa ke apart kamu. Aku ada tugas dan belum sempet aku kerjain."
Terdengar helaan nafas di sebrang telepon. "Ya udah deh nggak papa."
"Makasih ya udah ngertiin aku."
"Iya."
"Kalo gitu aku kerjain tugasnya dulu ya. Kamu istirahat gih."
"Kalo udah selesai kabarin ya."
"Oke. Kalo gitu aku tutup dulu telponnya. Bay sayang."
"Bay Liam."
Tut.
"Pffttt. Kerjain tugas katanya." Sindir Lego sambil menahan tawanya.
William meletakkan ponselnya di meja, dia kembali mengambil sloki di depannya lalu meminumnya. Sebenarnya mengerjakan tugas hanya alasanya saja, dia masih enggan untuk menemani Clarissa di apartemennya.
"Lo yakin dia udah nggak virgin?" Tanya Archen.
Tak.
William meletakkan gelasnya kasar. Setelah mengantarkan Clarissa pulang, dia mampir ke apartemen sahabatnya, Archen. Dia sudah menceritakan semuanya kepada kedua sahabatnya itu. Namun hanya tawa ejekan yang di berikan oleh sahabatnya.
"Mana mungkin gue bohong. Itu pengalaman pertama gue." Jawab William.
"Kasihan banget, baru pertama kali malah dapet bekas."
William hanya melirik Lego dengan malas, sebenarnya dia sedikit tersinggung dengan ucapan Lego barusan. Tapi apa yang dikatakan sahabatnya memang benar.
Terlepas dari itu, William sangat mencintai Clarissa. Clarissa adalah gadis yang tak terlalu banyak menuntutnya, apa lagi dia buka tipe gadis matre seperti kebanyakan cewek di luar sana.
Hanya satu yang disayangkan dari hubungan mereka, yaitu dia tak bisa mendekatkan Clarissa dengan sahabatnya, Ojel. Clarissa selalu cemburu jika dia dekat dengan Ojel.
William menghembuskan nafas pelan. Dia menyandarkan kepalannya ke sofa. Menatap langit-langit apartemen Archen, dia dilema dengan perasaannya sendiri.
"Kalo lo beneran cinta sama Clarissa harusnya nggak masalah dong sama masa lalunya." Ucap Lego.
Archen menepuk pundak William. "Dia nggak pernah cerita apapun?"
William menggelengkan kepalanya. "Enggak. Selama setahun ini kita baik-baik aja. Dia marah kalo gue deket sama Ojel, udah itu aja."
"Gue kalo jadi Clarissa juga bakal cemburu sih, secara lo terlalu deket nggak sih sebagai sahabat." Ucap Lego.
"Sebelum gue kenal kalian, gue udah lebih dulu kenal Ojel. Dia sahabat gue dari kecil, toh gue juga nganggep dia kaya adek gue sendiri."
Lego dan Archen saling tatap. "Iya, sahabat dari kecil." Ledek Archen.
Bugh!
William menonjok lengan Archen dengan keras. "Sialan kalian berdua."
Lego dan Archen tertawa bersama, mereka mengenal Ojel cukup baik. Dia gadis yang positive vibes jika sudah saling mengenal. Bahkan mereka berempat pernah jalan bareng, waktu awal-awal mereka masuk kuliah.
Semula mereka berdua mengira jika William kekasih Ojel karena kedekatan mereka lebih pantas di sebut kekasih, namun penafsiran mereka berubah saat William memacari Clarissa teman satu fakultas Ojel.
William bangkit dari duduknya lalu mengambil tasnya.
"Mau kemana lo?" Tanya Lego.
"Cabut." Ucap William sambil melirik jam di pergelangan tangannya.
"Tck, baru juga jam segini." Ucap Archen.
"Ngantuk gue, mau tidur." Ucap William sambil meninggalkan apartemen Archen.
Sampai di parkiran dia segera masuk ke dalam mobilnya, dia menyalakan mesin mobilnya lalu pergi. Sepanjang perjalanan dia terus memikirkan perkataan Archen tadi pagi.
"Aarrgghhh. Bodo amat lah, yang penting gue cinta sama Clarissa." Gumamnya sambil mengacak rambutnya sendiri.
Mobil William memasuki gerbang mansion Jasper, di garasi belum ada mobil mamah atau papahnya. Dia segera keluar dari mobil lalu masuk ke rumah.
"Kok baru pulang kak?" Tanya Aluna yang tengah berada di ruang tamu.
"Iya, mampir bentar tadi ke apart Archen." Jawab William kemudian masuk ke dalam lift.
Aluna hanya mengedikkan bahunya lalu kembali memainkan ponselnya.
Sampai di kamarnya yang berada di lantai tiga, William meletakkan tasnya di meja belajar lalu duduk di sofa. William melepaskan kemeja dan kaosnya, merogoh ponsel dari saku celananya lalu memainkannya.
"Tumben Ojel nggak chat gue?" Gumamnya.
William merasa kepalanya pusing, dia mencoba mencari hiburan dengan membuka akun sosial medianya. Hanya video-video random yang menurutnya tak menarik. Tangannya berselancar membuka aplikasi lain, matanya tertuju pada aplikasi terlarang.
"Sial, mikir apa gue?"
William merasa frustasi, namun sudah kepalang tanggung akhirnya dia memutuskan membuka aplikasi itu. Matanya terus menatap video tersebut, karena kamarnya kedap suara dia sedikit menaikkan volumenya. Suara pemain wanita terdengar lembut di telinganya, membuat perasaannya semakin gelisah.
William mulai melepaskan gesper serta kancing celananya, menurunkan celananya sebatas paha. Tubuhnya yang sudah tegang itu semakin terasa intens. Tangan kanannya memegangi ponsel, sementara tangan kirinya mulai mengusap dirinya dengan perlahan. William menggigit bibir bawahnya, menikmati sensasi yang mengalir dalam dirinya.
Tangan kanannya memegangi ponsel, sementara tangan kirinya mulai mengurut lembut miliknya. William menggigit bibir bawahnya, dia begitu menikmati permainannya sendiri.
"Ahh." Ucapnya sambil merem melek.
Gerakan tangan William semakin cepat, matanya tetap terpaku pada ponsel meski pikirannya melayang pada momen hangat bersama Clarissa beberapa waktu lalu. Rasa yang menyenangkan itu masih membekas kuat di benaknya. Perlahan, ia merasakan gelombang emosi yang membuncah, membuatnya menggenggam ponsel dengan erat sebagai pelampiasan perasaannya.
Ceklek!
"AAAAAA...WILLIAM, LO NGAPAIN ANJIR?"
William terkejut saat mendengar pekikan seseorang yang tiba-tiba masuk kamarnya. Dia melihat Nozela sedang berdiri di depan pintu sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Tanpa pikir panjang, William mematikan lalu meletakkan ponselnya di sofa, dia berlari ke arah sahabatnya lalu menutup pintu kamar dan tak lupa menguncinya.
"Sstttt, lo berisik banget sih. Kalo Luna atau bibik denger bisa berabe." Ucap William.
Nozela masih setia menutup matanya, saat ini posisinya berada di dalam dekapan William. Namun, Nozela merasakan sesuatu mengganjal diantara perutnya. Tingginya haya sebatas dada William saja, jadi dia bisa merasakan milik William yang besar itu menyentuh perutnya.
"L-Liam, ce-celana lo pake dulu." Ucap Nozela lirih.
William tersentak, dia kemudian melihat bagian bawahnya. Miliknya masih berdiri tegak diantara perut Nozela. Buru-buru dia melepaskan pelukannya lalu menaikkan celananya.
Jika dia punya ilmu sihir, dia ingin menghilang dari bumi saat ini juga. Dia malu sekali ketahuan PMO oleh Nozela. Untung bukan Luna yang masuk ke kamarnya.
Seketika suasana terasa canggung, William yang masih malu dan Nozela yang masih menutupi wajahnya.
"Sialan, itu tadi apa anjir? Punya William? Sumpah, gede banget." Batin Nozela.
"Udah Jel, buka aja." Ucap William mencoba tenang.
Nozela yang masih menutupi wajahnya langsung membelakan matanya saat William menyuruhnya membuka.
"Buka? Buka apa? Jangan macem-macem lo Liam!"
William gelagapan. "M-maksud gue tangan di wajah lo. Gue udah pake celana kok." Jelasnya.
"Sumpah, lo jorok banget. Udah nggak tahan lo." Ucap Nozela sambil perlahan menurunkan tangannya.
Nozela menatap William dengan kesal. "Brengsek lo."
Setelah mengumpati William, Nozela menghentak-hentakkan kakinya lalu menuju ranjang William dan menjatuhkan tubuhnya.
William mengusap kepala belakangnya, dia menatap miliknya yang masih berdiri. Dia menghembuskan nafas pelan, niat hati ingin mengusir pening justru sekarang tambah pening karena tak jadi keluar.
"Lagian lo ngapain ke sini nggak ngabarin dulu? Mana main masuk aja lagi." Ucap William sambil berjalan menuju Nozela.
"Emang gue pernah masuk kamar lo pake ngetuk pintu dulu?"
"Lagian mana tau gue kalo lo lagi main solo." Sambung Nozela.
William berdecak sebal. "Gue mau mandi dulu. Gerah."
"Udah pasti lah, habis mengejar kenikmatan." Ledek Nozela.
Blam!