Seorang lelaki bernama Muhammad Zayn Malik berusia 22 tahun yang hampir saja di hajar massa karena sebuah kesalahpahaman dan ditolong oleh seorang Kiai pendiri salah satu pesantren.
Saat itu ia sangat ketakutan karena hampir saja nyawa nya hilang seketika. Lelaki itu dibawa oleh Kiai ke pesantren miliknya. Saat itu pernikahan putri satu-satunya akan di berlangsungkan dengan seorang ustadz. Namun karena suatu kesalahan yang dilakukan oleh ustadz tersebut, ustadz itu tiba-tiba saja membatalkan pernikahannya sehari sebelum hari H. Kiai Hanan beserta keluarga tak dapat berkata lagi. Lelaki yang ditolong Abah Hanan mengajukan diri untuk menikahi putri Kiai tersebut agar keluarga besar kiai Hanan tidak menanggung malu, hal itu ia lakukan demi membalas kebaikan kiai Hanan. Dan ia pun resmi menjadi suami dari Zahra gadis 21 tahun tersebut walaupun tanpa adanya cinta diantara merekra.
Follow Ig Author @winda_srimawati
Baca juga karya pertama Author yang berjudul PENANTIAN KEKASIH HALAL
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maaf Untuk Adiva
Kini Zahra, Zayn, Hawa dan sahabat Zayn berada di kantin fakultas design. Mereka makan siang terlebih dahulu. Sembari menunggu pesanan mereka datang. Mereka mengobrol santai di salah satu meja yang mereka tempati.
Ekhem...
"Kita belum sempat kenalan kan, kenalkan nama aku Evan Mahendra, kalian bisa panggil aku Evan."
Ya, sahabat Zayn namanya Evan, ia satu jurusan dan satu kelas dengan Zayn. Namun baik Zahra maupun Hawa tidak menerima tangan Evan yang ingin berjabat tangan dengan mereka berdua. Zahra dan Hawa hanya menautkan kedua tangannya di depan dada. Evan pun menarik tangannya kembali.
"Zahra,"
"Hawa,"
Zahra dan Hawa bergantian menyebutkan nama. Tak lama pesanan mereka tiba juga, mereka makan siang itu dengan hikmat setelah menggumamkan do'a. Saat makan Zahra tersedak, Zayn segera memberikan air minum untuk istrinya itu, Zahra menerima air pemberian Zayn. Hawa dan Evan hanya tersenyum melihat keromantisan duo pasutri itu.
Uhuk...
"Pelan-pelan makannya, ini minum dulu."
"Terimakasih mas."
Zayn hanya menganggukkan kepalanya, akhirnya mereka menghabiskan makanan mereka hingga tandas tak bersisa.
"Memangnya kamu tidak gerah pakai cadar seperti itu?"
Pertanyaan Evan membuat Zahra, Zayn dan Hawa menatap dirinya. Ada saja yang ia tanyakan untuk membuat obrolan.
"Tidak, karena aku sudah terbiasa." Jawab Zahra apa adanya tanpa melihat kearah Evan.
"Ternyata kalian memang cocok, irit sekali berbicara."
Evan tidak menyangka jika Zahra juga irit berbicara sama seperti sahabatnya. Zahra memang tidak terlalu banyak berbicara dengan orang yang baru ia kenal, namun kalau ia sudah kenal dekat, apalagi dengan keluarga dan juga sahabatnya, Zahra akan lebih banyak berbicara, dan bahkan cerewet jika ia merasa sudah nyaman.
"Memangnya harus bagaimana istri gue jawab pertanyaan Lo? Harus panjang kali lebar terus senyum-senyum gitu?"
Pertanyaan Evan tadi membuat Zayn sedikit sensi. Ia tahu Evan hanya mencari obrolan. Karena ia paling tidak bisa diam jika sedang berkumpul.
"Sensi amat pak, santai bro."
Evan terkekeh melihat jawaban Zayn. Ia tahu Zayn tengah cemburu dengan dirinya. Memang kalau Zayn sudah merasa memiliki seseorang, ia akan sangat sensitif dengan apa yang ia miliki. Ia bahkan tidak akan perduli dengan pandangan orang lain terhadap dirinya.
"Mas, mas setelah ini masih ada kegiatan di kampus tidak?"
"Tidak, kenapa?"
Zayn menatap Zahra yang tengah mengajak dirinya berbicara. Zayn selalu saja tidak bisa menghindar untuk tidak menatap netra indah berwarna hazel milik sang istri.
"Setelah zhuhur Zahra masih ada kelas sampai pukul 14.30, kalau mas tidak ada kelas mas langsung pulang saja, kasian mas kalau harus nungguin Zahra. Zahra nanti bisa pulang naik kendaraan umum."
"Tidak, mas akan tungguin kamu, kebetulan kos Evan dekat sini, mas bisa singgah ke kos Evan terlebih dahulu."
"Sejak kapan gua bilang mau terima Lo di kos gue?"
ucapan Evan mendapat tatapan tajam dari Zayn. Ia pun bergidik dengan tatapan devil sang sahabat. Zayn jika sudah menatap seseorang seperti itu akan sangat menakutkan. Ia pun terkekeh dan menggaruk punggung lehernya yang tak gatal.
"Hehe, kalem bro, gue bercanda, Lo bebas mau ke kos gue kapan pun. Jangan khawatir Ra, suami kamu bisa nungguin kamu di kos aku."
Akhirnya Zahra lega karena suaminya tidak harus menunggu dirinya di kampus nan luas ini. Ia bisa belajar dengan fokus nantinya dalam mengikuti pelajaran terakhir hari ini.
"Ra, aku mau ke toilet, kamu tinggal disini dulu ya."
Hawa ingin membuang air kecil. Zahra melirik jam tangan yang ia kenakan, ternyata sebentar lagi memasuki waktu zhuhur. Zahra pun ikut dengan hawa sekalian ambil air wudhu dan melaksanakan salat zhuhur sebelum kelas dimulai.
"Barengan aja deh Wa. Sebentar lagi juga azan, kita sekalian ke kelas habis itu. Oh iya mas, Zahra duluan dengan Hawa ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Zahra berpamitan kepada Zayn, tak lupa ia meraih tangan suaminya untuk ia kecup. Demi mendapatkan keridhoan dalam proses mencari ilmu siang ini. Zayn menganggukkan kepalanya. Ia pun menatap punggung sang istri hingga tak terlihat lagi.
"Gue masih nggak nyangka bro, Lo nikah dengan wanita speak bidadari seperti istri Lo. Gue yakin pasti Zahra cantik, dari matanya yang indah sudah bisa gue bayangkan bagaimana cantiknya istri Lo."
"Apa Lo bilang. Lo lagi membayangkan istri gue? Berani Lo membayangkan istri gue?"
Mendengar penuturan Evan, membuat Zayn mendelik tajam ke arah Evan. Ia selalu saja tak bisa mengontrol dirinya untuk tidak mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. Mencari perkara saja Evan ini dengan singa jantan.
"Hehe, bukan gitu maksud gue bro. Maksud gue Lo beruntung menikahi wanita seperti Zahra. Jangan sampai Lo menyakiti hati istri Lo. Gue lihat Zahra itu wanita yang baik, bahkan ia selalu menjaga pandangannya dari setiap pasang mata yang melirik ke arahnya. Apa Lo gak menyadari jika para lelaki jomblo disekitar Zahra sedari tadi melirik ke arah Zahra?"
"Lo lelaki jomblonya."
"Ye dibilangin ngeyel. Bro, andaikan dia kembali, Lo nggak akan meninggalkan istri speak bidadari Lo itu kan?"
Deg!
Pertanyaan Evan membuat dada Zayn kian berdebar. Kenapa ia harus kembali di ingatkan dengan masa lalunya. Ia juga tidak tahu harus bagaimana jika benar wanita itu kembali. Apa ia akan memilih kembali dengan wanita yang pernah teramat ia cintai, atau saat wanita itu kembali, ia sudah melupakan wanita itu dan seratus persen sudah mencintai Zahra. Sejujurnya Zayn juga takut akan menyakiti perasaan istrinya. Bagaimanapun ia sadar jika Zahra bisa menjadi istrinya karena keinginannya. Ia yang telah meminta Zahra untuk ia nikahi menggantikan ustadz Azlan. Padahal bisa saja waktu itu ia membiarkan Zahra gagal menikah, toh bukan urusannya.
"Yee, Lo malah bengong. Gue mau balik ke kos, Lo mau ikut atau masih mau disini?"
Pertanyaan Evan membuat lamunan Zayn buyar. Ia pun mengikuti langkah Evan yang berjalan ke arah parkiran.
"Anterin gue dulu ambil motor gue di jurusan." ucap Evan.
Akhirnya mereka meninggalkan parkiran menuju fakultas bisnis dan lanjut ke kos Evan. Sedangkan di tempat pengambilan wudhu khusus perempuan, Zahra berpapasan dengan Adiva, wanita yang tengah menyimpan rasa terhadap suaminya.
"Eh, kak. Maaf, aku mau berbicara sebentar."
"Ya.."
Zahra tidak tahu apa yang akan dibicarakan oleh gadis itu kepada dirinya. Hawa pun telah lebih dulu masuk kedalam masjid.
"Aku sebelumnya mau minta maaf."
"Maaf? Untuk apa?" Tanya Zahra heran.
"Maaf karena aku beberapa kali mendekati suami kakak, tapi jujur aku sama sekali tidak tahu jika kak Zayn adalah suami kakak. Tapi sejak aku tahu, aku berusaha menghilangkan perasaan ini terhadap kak Zayn. Sekali lagi maafkan aku kak."
Adiva tertunduk malu, ia takut jika Zahra merasa jijik terhadap dirinya yang telah kurang ajar menyimpan perasaan terhadap suaminya. Namun respon Zahra sungguh berbeda dari perkiraannya.
"Sudah, lupakan saja. Toh kamu juga tidak tahu jika mas Zayn suami aku. Aku anggap kamu tidak pernah mengatakan hal ini kepada ku. Agar diantara kita tidak ada kecanggungan sama sekali. Jika kamu bertemu aku kembali, anggap saja tidak terjadi apa-apa selama ini, baik terhadap aku, maupun kepada suami aku. Ya sudah, azan sudah berkumandang, kalau begitu ayo kita shalat."
Jawaban Zahra sungguh sangat bijak sekali. Adiva sungguh tidak menyangka jika Zahra akan menjawab seperti itu. Pantas saja Zayn memperistri Zahra, dia wanita yang begitu baik dan sangat berbeda dengan wanita lainnya, begitu pikir Adiva. Paling tidak ia lega telah menyampaikan isi hatinya, agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi kedepannya jika mereka berpapasan, pasti akan ada saatnya mereka akan bertemu kembali.
...----------------...
...To Be Continued ...
Namun, akhirnya aq sadar...dg banyak membaca novel2 religius, semakin memperluas wawasanku. Bahwa semua yg telah digariskan dlm hidup kita, yakinlah bahwa Allah memberikan yg terbaik kpd kita...keyakinan itu hrs terua dihayati dr hati, byk² berdoa dan istighfar...